33 - Glitch

58 0 0
                                    

Materi malam berlangsung seperti biasanya, namun aku sangat lelah dan mengantuk. Tadi siang menghabiskan banyak energi bagiku. Bukan karena perjalanan dari hutan untuk menemukan jalan kembali ke villa karena Kirana tadi tidak kuat dan memutuskan untuk menyerah. Tapi karena persenggamaan mendadak di tepi sungai dengan Kirana yang membuatku sangat kelelahan.

Yang paling absurd adalah Kirana kembali normal seperti sediakala seolah tak pernah terjadi apa-apa. Ia berinteraksi secara normal, tak ada kecanggungan seperti pada Tari, Kianti, atau Gadis. Seolah sex kami itu hanya kebetulan karena setan lewat! Gila!

Semakin ke sini, pikiranku semakin kotor dan jorok. Isi kepalaku tak jauh dari selangkangan perempuan. Seperti saat ini misalnya, aku tak sengaja memperhatikan tali bra Ratu dari belakang, karena bajunya yang tipis. Dan itu membuatku berkhayal yang bukan-bukan.

Dan tidak cuma itu, aku merasa seolah alam memang membuatku demikian. Menggiring dan menyediakan peluang bagiku untuk ML, bahkan di waktu, tempat, dan situasi yang tak terduga sekali pun. Selalu ada kesempatan bagiku untuk bercinta dengan wanita.

Keesokan harinya, para siswa calon pejabat OSIS ditugaskan untuk mengamati masalah-masalah umum yang ada di sekitar. Aku kebagian sekelompok dengan Panji -teman seangkatan yang tak kukenal baik, Vero, dan Sasti. Sasti yang bersemangat ternyata telah memiliki rencana soal kegiatan ini, ia mengajak kami untuk mengajarkan warga sekitar yang kebanyakan merupakan pedagang tentang bagaimana caranya membuat pembukuan sederhana yang lebih baik.

Kami pun setuju dengan ide Sasti, dan mulai mendatangi para pedagang kecil di sekitar villa. Tak kupungkiri aku cukup merasa geli ketika melihat Sasti yang berbicara sopan dengan pedagang-pedagang kecil itu, tak ada yang lucu, tapi ... aku ingat ia yang memberikan celana dalamnya padaku dengan cuma-cuma karena salah sangka dalam perjalanan astral-ku beberapa hari yang lalu. Belum lagi ..., ia kuperawani di situ. Aku kadang suka tersenyum sendiri dalam bayangan cabul yang kini memang sering terlintas di kepalaku.

Saat kami sedang berbincang dengan salah satu pedagang, kulihat Ratu bersama kelompoknya sedang berjalan di seberang. Ia kelihatan sangat letih. Beberapa saat kemudian aku melihat Ratu tiba-tiba jatuh tersungkur! Dengan sigap aku langsung berlari menyebrang menghampirinya. Tak kupedulikan mobil besar yang lalu lalang.

"Eh, Ratu kenapa, guys?" tanyaku pada teman-teman kelompoknya yang kebetulan semuanya perempuan.

"Duh, gak tau, nih. Dia tiba-tiba pingsan," jawab salah seorang dengan panik.

"Emang kalian abis ngapain?"

"Kita abis dari daerah bawah tadi, bantu susun rencana kegiatan karang taruna. Tempatnya emang jauh ...," sahut salah seorang lagi.

Aku tak berlama-lama lagi dan langsung menggendong Ratu; segera kubawa kembali ke villa. Tubuhnya tidak terlalu berat. Sesampainya di villa, ternyata hanya ada Bu Salwa yang adalah dokter sekolah. Ia memang ikut kegiatan LDKS untuk berjaga masalah kesehatan para siswa. Sementara itu villa kosong karena kegiatan hari ini yang sibuk di luar.

"Eh? Itu kenapa, Gi?" tanya Bu Salwa padaku.

"Gak tau, Bu. Tadi dia tiba-tiba pingsan di jalan," sahutku.

Bu Salwa menyuruhku untuk membaringkan Ratu di kamar belakang villa utama yang dijadikan tempat perawatan kesehatan. Lalu ia segera memeriksa Ratu.

"Oh ..., kayaknya cuma kecapekan dia," kata Bu Salwa. "Istirahat sebentar juga nanti baikan, kok."

"Buuu! Bu Salwa!" seru seseorang dari luar.

Bu Salwa pun bergegas keluar. "Tunggu ya, Gi," katanya padaku.

Deduksi Astral - [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang