29 - The Collector

71 0 0
                                    

Suara berisik kendaraan yang lalu lalang membangunkanku. Aku di kosan Tari, ia masih tidur telanjang; terlentang dengan kedua tangan di atas kepalanya, membuat dadanya terlihat melebar. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 11 siang, jelas aku bolos sekolah hari ini.

Aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Tapi ... absen pagi burungku terasa sangat sakit, terasa perih. Aku sampai meringis menahannya.

Tadi malam kuacak-acak vagina gemuk Tari berkali-kali. Kuentot dia sampai lemas tak berdaya. Kulumuri liang menggemaskan itu dengan peju kentalku hingga akhirnya lendir nafsu itu cair -tak lagi kental, dan hanya menyemprot sedikit sekali.

Pergumulan kami semalam hingga 7 kali. Di sesi terakhir sebelum tidur, kami bercinta dengan gaya malas. Tari berbaring terlentang di atas tubuhku dan hanya menggerak-gerakkan pinggulnya dengan lambat karena saking lelahnya. Kami berdua sangat kelelahan, tapi kelamin kami tak ingin berhenti bermain. Sesi terakhir memakan waktu hingga satu jam lebih sebelum akhirnya aku ejakulasi -entah menyemprotkan apalagi.

Luar biasa memang, Tari menjadi sangat liar semalam. Bahkan untuk ukuran cewek bookingan, ia jauh lebih liar. Seolah kemaluannya kesetanan. Permainan role playing yang kami lakoni jelas membuatnya menggila. Tari haus akan cinta.

Aku diam-diam memeriksa isi lemari pakaiannya. Aku mencari celana dalam yang familiar. Dan kudapati celana dalam tanga katun bergaris yang berwarna putih dan pink.

Nah, ini dia! Ini seperti salah satu celana dalam wanita yang kumiliki. Kuambil celana dalam itu dan kumasukkan ke dalam tasku.

Kemudian aku kembali berbaring di sampingnya menunggunya bangun tidur. Aku ingin main sekali lagi sebelum pulang. Nice ....

---

Aku diomeli habis-habisan oleh Ayah ketika ketahuan bolos sekolah. Aku meminta maaf dan beralasan jika aku ketiduran di rumah Fendi. Tentu aku telah mengatur strategi dulu sebelumnya dan berkoordinasi dengan Fendi yang setuju untuk melindungiku dengan syarat aku harus menghubungi Gadis yang ternyata juga absen tanpa kabar hari ini.

Ibu melindungiku dan membelaku yang sama sekali tidak pernah bolos sekolah dari kecil, "Mungkin dia benar-benar ketiduran, Yah" kata Ibu.

Aku pun masuk ke kamar dan menguncinya. Aku ingin langsung mencocokkan celana dalam yang kuambil dari lemari pakaian Tari tadi. Dan benar saja, itu memang salah satu celana dalam yang kubawa dari masa depan. Berarti sekarang aku sudah memastikan 3 orang: Tari, Vero, dan Sasti. Tinggal tersisa 5 wanita lagi.

Aku pisahkan tiga celana dalam yang sudah diketahui milik siapa. Rasa penasaran yang tinggi membuatku ingin ber-astal ria lagi dengan kain kain penutup vagina itu. Tapi ... rasanya tidak seru, ya kan? Lebih seru jika aku mengetahuinya secara tak sengaja nanti.

Keesokan harinya aku masuk sekolah seperti biasa. Tapi ... sekolah terasa menjadi lebih menyenangkan kini. Karena aku tahu, aku masih akan bercinta dengan 5 wanita lagi nantinya. Pasti kelimanya ada di sini.

Aku tak dapat menahan pikiran kotorku ketika berjumpa dengan Vero di kelas. Aku senyum-senyum sendiri mengingat astral-ku yang menangkap basah Vero saat membaca novel erotis sambil bermasturbasi di ruang kelas Filosofi Hobi. Atau saat tak sengaja duduk bersebelahan dengan Sasti di kantin saat jam makan siang. Bayangan saat kuperawani gadis pintar itu di ruangan mini theater di perjalanan astral-ku seketika muncul. Bagaimana malunya Sasti saat tahu bahwa bukan aku yang membuat puisi-puisi pujaan untuknya. Dan bagaimana dia sampai berani memberiku celana dalamnya saat sedang menonton bioskop. Gila!

Deduksi Astral - [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang