26 - Astral [Explicit]

123 0 0
                                    

Kasihan Tari. Ia harus jadi sasaran birahiku semalam. Aku kembali menumpahkan benihku di dalam tubuhnya. Meskipun hanya sekedar pelampiasan, tapi aku berhasil membuatnya orgasme beberapa kali. Bahkan Tari sampai harus mengganti seprainya karena penuh dengan keringat kami juga semburan kencing vaginanya. Aku seperti mendapatkan kekuatan super untuk memuaskan wanita!

Pagi ini tubuhku sudah tenang karena nafsu yang berhasil terlampiaskan, namun kepalaku masih dipenuhi pikiran kotor. Adegan ciuman panas sambil menggerayangi Gadis masih terus terbayang di benakku. Andai saja ada Kianti di sini, aku bisa bermain-main dengan tubuhnya. Merasakan hasrat yang sama seperti hasratku semalam saat bersama Gadis. Bukan cinta, namun rasa penasaran ingin mencicipi sesuatu yang belum pernah kumasuki.

Lalu ... aku teringat omongan Kianti soal kemampuan astral-ku yang dapat melihat kemungkinan di masa depan. Tidak ... bukan cuma kemungkinan, tapi khayalanku akan masa depan. Sontak aku membongkar lemariku untuk mencari kantong yang berisi banyak celana dalam wanita, aku langsung menghamparkannya begitu kutemukan. Celana dalam tipe bikini yang berenda dan berwarna pink menarik perhatianku.

Aku memejamkan mata, coba berkonsentrasi seperti yang dikatakan Kianti dari masa depan, sambil memegang celana dalam menggemaskan itu. Tiba-tiba aku berada di ruangan kelas yang kecil dengan lemari yang penuh buku, ini ... kelas Filosofi Hobi! Aku melihat wanita yang berambut panjang berwarna hitam keemasan sedang berdiri membelakangiku. Semula aku tak mengenalnya, tapi begitu kudekati dari samping ... ternyata itu adalah Vero. Anehnya ia tidak bergerak, hanya seperti patung manekin, seolah-olah waktu berhenti berjalan.

Aku membuka mataku dan kembali berada di kamar. Sepertinya ada yang kurang. Ah! Ya, khayalan! Mungkin aku harus mengkhayalkan sesuatu tentang Vero. Terus terang aku tidak menyangka Vero memakai celana dalam seperti ini, ia tipe wanita pemalu yang seharusnya bercelana dalam normal, bukan bikini dengan renda. Aku mulai kembali berkonsentrasi sambil memegang celana dalam itu, kali ini otakku sudah siap mengkhayalkan sesuatu tentang Vero.

Kudapati diriku kembali berada di kelas Filosofi Hobi seperti sebelumnya. Namun, Vero tidak ada di hadapanku, kelasnya kosong. Aku coba mencari perlahan ke belakang lemari-lemari buku yang ada di belakang kelas. Aku pun menemukan Vero, ia sedang duduk membaca sesuatu. Dan ... gilanya, ia tiba-tiba menyelipkan sebelah tangannya ke dalam roknya!

Hah? Vero??? Coli!?!?!? Serius???

Entah mengapa aku kaget, padahal toh ini adalah khayalanku sendiri. Memang akulah yang berandai-andai Vero seperti ini. Ia ternyata sedang membaca novel cabul milik Kirana. Tanpa berhati-hati aku mendekatinya, karena ia tidak dapat melihatku. Ya, kan?

Salah! Vero ternyata dapat melihatku! Aku sama terkejutnya dengan dia ketika kami saling menyadari situasi masing-masing. Aku tak menyangka ini, terakhir aku mencoba astral adalah menyentuh Kianti masa depan dan menontoni diriku sendiri yang sedang bercinta dengan Kianti.

"Magi ...!?" Vero memekik kaget. "Kamu ngapain di sini?" tanyanya sambil mengeluarkan tangannya dari rok secepat kilat; menutup buku novel.

"K-Kamu sendiri ... ngapain?"

"Eh? Ng ... anu ..., mmm ...." Vero kebingungan.

Aku mendekatinya dan segera merebut novel yang disembunyikan di belakang tubuhnya.

"Gi ...!" serunya dengan panik.

Aku ingin memastikan bahwa yang dibacanya ini adalah novel cabul milik Kirana yang berjudul Nafsu Terlarang. Dan benar saja, memang Vero sedang membaca itu sesuai dugaanku, eh- sesuai khayalanku.

Deduksi Astral - [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang