14

37K 2.3K 229
                                    

Still on Xaniel POV

Matahari sudah terlihat ingin menenggelamkan dirinya, membuat langit akan berubah lebih gelap. Namun hal tersebut tidak membuat seorang pemuda menghentikan aksi kejinya.

Sebuah benda dengan bentuk korek api yang nyatanya adalah sebilah pisau tersebut sudah terlihat berwarna merah pekat. Serta tangan yang memegang benda itu juga ikut berwarna merah. Darah kian mengalir tanpa henti, sebab pemuda yang memegang benda tipuan tersebut terlihat seperti tidak mau berhenti melakukan aksi pembunuhannya.

Sudah banyak ekor kelinci yang berserakan disana. Tentu saja, mulai dari jam sekolah masih berjalan sampai kini menjelang Maghrib, ia tidak beranjak untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Huh! I'm done!" serunya sembari melempar korban terakhirnya tanpa belas kasih.

Xaniel melipat benda favoritnya kemudian kembali menaruhnya didalam sakunya tanpa membersihkan noda darahnya. Membuat celana SMA berwarna abu abu tersebut kini bernodakan dengan darah. Tapi Xaniel tidak peduli. Ia melangkah menuju motornya yang terparkir rapi disana. Menaikinya dan langsung meninggalkan hutan tersebut tanpa membersihkan korban korbannya.

---

35 Menit. Waktu yang dibutuhkan Xaniel kembali ke apartemennya. Cukup lama, sehingga membuat Xaniel lelah. Ia langsung bejalan menaiki apartemennya.

Membanting pintu dan melemparkan dirinya ke sofa panjang yang terdapat di ruang utama. Xaniel menatap ke arah atap sambil memikirkan kembali hal yang membuatnya kepikiran sedari tadi.

Pemuda tersebut mengusap kasar wajahnya. Namun suara dentingan ponsel membuatnya membuka tasnya kemudian mencari benda yang baru saja berbunyi. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Xaniel menyalakan ponselnya.

Disana terdapat pop up notifikasi pesan dari seseorang. Rahang Xaniel mengeras, genggaman tangan di ponselnya kian menguat. Terdengar Geraman kecil keluar dari bibirnya, menandakan betapa emosinya dirinya.

Bangkit dari duduknya dan kembali meraih kunci motornya. Ia berjalan tergesa gesa dengan tangan yang mengepal kuat. Serta aura yang membuat orang yang melaluinya bergidik ngeri.

Xaniel kembali melajukan motornya. Dengan emosi yang kian membara saat mengingat pesan yang baru saja diterimanya.

Bajingan Tua
Malam ini saya tunggu kamu dirumah. Jika tidak datang , kamu tau sendiri akibatnya. Anakku sayang...

----

Disinilah Xaniel berada. Mansion yang sebenarnya mengandung banyak kenangan indah bersama sang ibunda, namun juga menjadi saksi bisu tentang sifat bajingan dari ayahnya. Ralat, Bajingan tua.

Xaniel memarkirkan motornya di luar pagar mansion tersebut. Terlalu malas untuk memasukkan kedalam bangunan yang ada bajingan tua didalamnya.

Ia memasuki mansion tersebut dengan membuka kasar pintu utama. Membuat seorang pria paruh baya yang tengah menonton TV kini bernjengit kaget.

Pria tersebut memegang dadanya dan melihat pelaku yang kini menatapnya emosi. Saat melihat ternyata yang datang adalah Xaniel, Anaknya. Pria tersebut menyunggingkan bibirnya.

"Oh, kamu dateng? Hahaha ayah kira kamu tidak peduli" ucapnya meremehkan. Yang semakin membuat mata hitam Xaniel menunjukkan emosinya.

About FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang