Tempat sepi yang dipenuhi dengan makam tersebut merupakan tempat yang dikunjungi sepasang kekasih itu. Ayana sendiri heran. Mengapa mereka disini? Siapa yang meninggal?
Ia kemudian menatap Xaniel yang sudah berjalan di sampingnya dengan tatapan datarnya. "Siapa yang meninggal El?" tanyanya.
Xaniel bungkam. Ia menatap Ayana dengan senyum kecilnya. Tapi Ayana melihat sebuah tatapan sendu terdapat di mata Xaniel membuatnya bingung. Xaniel menggenggam tangan Ayana erat sambil berjalan kearah sebuah makam. Ia berusaha menahan air mata yang ingin turun dari matanya.
Sampailah mereka di sebuah makam. Ayana membaca nama yang tercantum di nisan tersebut. 'Maesyah Alana Claymon'.
'Nama cewek? mantannya El kah?' pikirnya.
Xaniel menarik tangan Ayana untuk ikut berjongkok dengannya. Ayana hanya menurut saja. Kemudian terdengar helaan nafas dari lelakinya. Ayana mengalihkan pandangannya menatap manik hitam lelakinya. Ia melihat manik tersebut sudah menampung banyak air mata, yang bisa saja turun jika sang pemilik mengerjapkan matanya.
"Ini bunda El"
Oh iya. Ayana baru ingat kalau bunda El sudah tiada. Kenapa ia sangat lemot. Namun, mendengar kalimat tersebut membuat hati Ayana mencelos. Entah mengapa suara lirih Xaniel membuat hatinya sakit. Ia kemudian mengeratkan genggaman mereka, berusaha menguatkan Xaniel. Tatapannya masih tertuju pada lelakinya.
Xaniel membalas tatapan Ayana dengan senyum kecilnya. "Ayo kenalan sama bunda Ay"
Ayana menatap nisan milik bunda Xaniel. Ia kemudian tersenyum tipis. "Hai bundanya El. Ini Ayana, ah bukan. Ini Aya-nya El. Tante tau ga? Sebenarnya Aya sama El hampir putus loh! Tapi El tunjukin ke Aya kalo dia serius sama Aya. Aya jadi terharu dehh" Ayana terkekeh.
Xaniel masih memperhatikan Ayana yang terus bercerita kepada bundanya. "Anak tante hebat banget. Pasti karna bundanya juga hebat. Aya hampir nyesel, kalo aja kemarin nolak El. Hehe maaf ya tante udah nolak El kemarin. Tapi Aya usahain bakal tetep sama El apapun yang terjadi, kecuali El sendiri sih yang nyuruh Aya pergi" ucapannya terhenti.
Tangannya terulur untuk mengusap nisan tersebut. "Tante yang tenang ya disana. El sama Aya bakal selalu doain tante. Tante tenang aja, El bakal Aya jaga sepenuh hati Aya. Tapi kalo El nakal sama Aya, entar tante gentayangin El yaa hihi."
Ayana kemudian menatap Xaniel yang sedari tadi tidak berhenti menatapnya. Ia sedikit terkejut melihat rahang tegas tersebut sudah dijatuhi air mata. Ayana mengulurkan tangannya mengusap air mata sang kekasih.
"El kenapa hm?"
Xaniel menggeleng, ia kemudian menarik pinggang Ayana dan memeluk erat Aya-nya. "Ayy..." suara lirihnya membuat Ayana seperti ingin menangis juga.
"Iya El? El-nya Aya kenapa? siapa yang nyakitin?" tanya Ayana. Ia menumpukan dagunya di bahu kekar Xaniel dan mengusap punggung kokoh yang bergetar tersebut.
Xaniel menggeleng kecil di ceruk leher Ayana. "Bunda El udah gada. Suami bunda udah ga sayang sama bunda. Dia selingkuh tiap hari. Dia bawa jalang beda beda dirumah tiap hari. Dia sering marahin El. Dia ngatain El ga guna. Dia jahat Ayy. El sendiri." adu Xaniel sambil terisak kuat.
Lagi. Ayana mendengar aduan menyedihkan itu lagi. Hatinya sangat sakit. Hidup lelakinya ternyata semenyedihkan itu. Kenapa ia baru tau sekarang? Tanpa sadar air matanya ikut luruh mendengar aduan Xaniel.
Ayana mengeratkan pelukan lelakinya. "El sayang. El ga sendiri. Aya kan udah bilang, El sekarang punya Aya. Kalo El ada apa apa datang ke Aya. Cari Aya. Aya bakal selalu ada buat El. Aya bakal jadi rumah ternyaman El. El jangan sedih yaa? Hati Aya sakit sekali liat El Aya kayak gini. El harus kuat, biar bunda El bangga sama El. Pasti bunda El sedih liat El nangis gini. El jangan sedih ya. Aya sayang banget sama El" ujarnya menenangkan sang lelaki. Lalu mendaratkan sebuah kecupan manis di pipi sang kekasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/338324716-288-k733989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Figuran
FantasyNayana Agrelyna Axifa. Gadis introvert yang hidup di sebuah panti asuhan. Dari kecil jarang ada yang mau berteman dengannya, hanya ibu panti yang sering berinteraksi dengan Nayana. Nayana tidak peduli mengapa ia bisa di panti asuhan sejak bayi. Menu...