BAB 22, asrama vania?

291 11 2
                                    


"j-jangan tinggalin gw nis" ucap vania dengan memeluk tanisha dengan erat, menanggis sekuat-kuatnya membuat hijab yang tanisha kenakan cukup basah. Untung nya saja pengunjung yang tadi telah berpulang an.

....~♡~....

setelah ke duanya meluapkan isi hati mereka masing-masing, dan tanisha mendapatkan beberapa panggilan telfon dari suaminya mereka pun memutuskan pulang saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


setelah ke duanya meluapkan isi hati mereka masing-masing, dan tanisha mendapatkan beberapa panggilan telfon dari suaminya mereka pun memutuskan pulang saja.

"assalamualaikum" salam tanisha, sedangkan vania membantu mang soleh untuk menaruh belanjaan mereka di dapur pesantren dan setengahnya untuk dapur ndalem.

Tanisha pun memasuki rumah, ia terkejut tiba-tiba terdapat seorang pria melipat tangannya di dada sambil mencuat kan bibirnya ke bawah.

"lama banget, zakki dari tadi nungguin" lucu sekali suami dari wanita ini ia seperti mengadu kepada ibunya.

"loh, aku kira mas pulangnya sore" ucap tanisha sambil menyium punggung dan telapak tangan faiz.

"kangeen" ucap faiz lirih dan langsung menghambur kepelukan sang istri.

"ass- tagfirullah" ucap vania dan mang soleh langsung puter balik, karna ia melihat sepasang pasutri ini saling menempelkan bibir mereka membuat vania dan mang soleh terkejut, bisa-bisanya ciuman di depan pintu terbuka begini.

Faiz dan tanisha pun tersadar langsung melepas tautannya.

"ekhem, maaf saya khilaf" ucap faiz langsung mengubah wajahnya menjadi dingin, sedangkan tanisha menunduk menahan malu setengah mati.

"a-afwan gus t-tadi kita ga sengaja, yakan mang" ucap vania di angguki mang soleh.

"y-ya sudah taro belanjaannya ke dapur biar saya bantu"

Mang soleh dan faiz pun menaruh belanjaan tersebut ke dapur  sedangkan vania dan tanisha berdiam diri, suasana kini menjadi canggung, tanisha setia menunduk menutup wajah merahnya. Sedangkan vania ia juga merasa bersalah karna telah membuat sahabatnya ini malu, tapi bukan vania nama nya jika tidak menjahili teman nya ini.

Berjalan mendekati tanisha "cepet tumbuh ya debay " gumam vania yang masih terdengar oleh tanisha sambil mengelus perut tanisha, membuat tanisha menegang seketika, vania pun langsung pergi meninggalkan ndalem menuju ke asrama nya.

"astagfirullah!!!" teriak batin tanisha.

.

.

.

.

.

GUS FAIZ UNTUK TANISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang