Prolog

138 24 14
                                    

LAKI-LAKI muda itu kepayahan mengayuh sekoci mungilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LAKI-LAKI muda itu kepayahan mengayuh sekoci mungilnya. Sejak karam perahu ikannya, ia berjuang mengerahkan seluruh jerih payahnya. Segala cara ia lakukan demi menyelamatkan diri dari amukan samudra Tenggara, samudra yang dikenal paling beringas di seantero wilayah Haaras.

Dalam sekejap mata, lautan di Tenggara menjelma menjadi hamparan yang tak mengenal belas kasihan. Meski keseharian pemuda itu sebagai nelayan amat bergantung pada sumber daya lautan, ada kalanya Shamasta_(1) mengutus petaka untuk menghadang di tengah pelayaran.

Malam itu, petaka yang tak diharapkannya tiba. Sepertiga malam silam, perahu ikan yang pemuda itu tumpangi bersama para kolega nelayannya karam dihantam badai Tenggara. Puji Shamasta! Saat badai meluluhlantakkan perahunya, ia berhasil menggapai sekoci di pinggir galangan. Maka, tatkala perahu ikannya raib ditelan samudera, ia mampu bertahan seorang diri di permukaan.

 Maka, tatkala perahu ikannya raib ditelan samudera, ia mampu bertahan seorang diri di permukaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam balutan gulita dan guyuran hujan yang memecah pandangan, pemuda itu tak berkecil harapan. Kedua tangannya yang kokoh niscaya mendayung sekocinya untuk mencari daratan.

Tak kurang ratusan embus napas telah ia kerahkan demi melawan ombak ganas yang bernafsu menelannya hidup-hidup. Tak terhitung berapa lama sudah otot-otot lengannya menopang dayung dalam genggamannya.

Tiba-tiba, selintas harapan merekah di benak sang nelayan muda. Di tengah hantaman badai dan ombak yang mengamuk, perut sekocinya menyerempet batu karang. Pertanda bahwa ia telah tiba di perairan dangkal. Pertanda bahwa kakinya bakal menjamah daratan terjal. Pertanda bahwa doanya dikabulkan oleh dewa-dewi Shamasta yang kekal.

Maka, ia pun semakin bersikeras menerjang gempuran badai. Kelopak matanya menyipit agar leluasa menembus kegelapan. Di ambang batas penglihatan, sebentuk titik akhirnya terlihat samar di kejauhan.

 Di ambang batas penglihatan, sebentuk titik akhirnya terlihat samar di kejauhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Genderang KhatulistiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang