TRETAN OTHAMA menjadi sosok paling belia di antara rombongan pelayat yang tumpah ruah di areal pemakaman Aidhen siang itu. Namun, setelah beberapa hari menjalin keakraban dengan sejumlah Malek dari beberapa wilayah bagian Haaras, pemuda 14 kemarau itu agaknya mulai terbiasa dengan keadaan.
Sepanjang acara prosesi pemakaman mendiang pamannya, Sang Baginda Khalefa Gharda Othama, senyum hangat nyaris tak pernah luntur dari wajah Tretan yang putih terawat. Ia juga terlihat tak lagi canggung mengakrabi Malek Bona Simbala, kepala keluarga istana Rhana sekaligus penguasa kawasan Bordakh, salah seorang sekutu Fathi Arthameda Dinares.
Akan tetapi, semua sikap cair yang ditunjukkannya sejak awal acara pemakaman mendadak berubah setelah kedatangan seorang pria paruh baya.
Tepat sebelum agenda penghormatan terakhir bagi mendiang Khalefa Gharda Othama rampung dilaksanakan oleh keseluruhan pelayat, pria itu tiba-tiba datang dan mencuri perhatian para pelayat. Dengan membonceng seorang prajurit penunggang burung Gorda, ia lantas turun dengan bantuan sejumlah prajurit lainnya, lalu duduk di atas kursi besi beroda dua.
"Ayah?" ujar Tretan, dengan tampang terkesiap.
Tak hanya Tretan, rombongan pelayat yang sebagian besar terdiri dari tetamu kehormatan istana Lakhsa pun turut terkejut melihat kedatangan sosok pria berkursi roda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genderang Khatulistiwa
FantasyPemilihan Khalefa (raja) ke-22 bakal dihelat meriah di ibukota negeri Haaras, Lakhsatra, pasca wafatnya Baginda Khalefa ke-21, Gharda Othama. Seluruh Malek penguasa kedelapan wilayah Haaras diundang ke ibukota untuk mengirim kandidat masing-masing. ...