14. Samantha

39 9 0
                                    

MENARA UTAMA GORT menjadi saksi kedatangan tak kurang 90 prajurit dari Lakhsatra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MENARA UTAMA GORT menjadi saksi kedatangan tak kurang 90 prajurit dari Lakhsatra. Alih-alih ikut bergabung dengan komando pasukan pengamanan acara pemilihan Khalefa ke-22 di ibukota, para prajurit terpilih ini justru dikerahkan untuk memadati kawasan penangkaran Gort.

 Alih-alih ikut bergabung dengan komando pasukan pengamanan acara pemilihan Khalefa ke-22 di ibukota, para prajurit terpilih ini justru dikerahkan untuk memadati kawasan penangkaran Gort

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampak di bawah menara utama, Althamis Dorgha Marhem, didampingi Rabi Ankara, sedang menyiapkan para prajurit untuk memasuki kubah-kubah kandang Gorda secara bergantian.

Melalui lorong-lorong bawah tanah yang bermuara menuju bagian dalam kubah-kubah raksasa, para pria berjubah zirah merah itu berbaris untuk menunggu giliran masuk. Selain itu, terlihat pula beberapa orang murid Rabi Ankara turut membantu mereka saat berada di dalam kubah.

“Kau masih ingat dirimu di masa lalu, Dorgha?” Sembari memerhatikan kegiatan para prajurit dan para Rabi muda murid-muridnya, Rabi Ankara bertanya pada pria dengan bekas luka bakar di separuh wajahnya, Althamis Dorgha Marhem.

“Kau masih ingat dirimu di masa lalu, Dorgha?” Sembari memerhatikan kegiatan para prajurit dan para Rabi muda murid-muridnya, Rabi Ankara bertanya pada pria dengan bekas luka bakar di separuh wajahnya, Althamis Dorgha Marhem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kau masih bisa membaca pikiranku, Rabi?” Sang Althamis justru balik bertanya.

“Tentu saja. Kau pikir setelah beberapa kemarau kau meninggalkan tempat ini, aku akan kehilangan kemampuan yang hanya bisa kulakukan padamu itu?” Sang Rabi tersenyum tipis.

Sambil sejenak menerawang, Althamis Dorgha turut pula merajut senyum yang sama. Bekas luka bakar di separuh wajahnya pun ikut tersungging karena senyumnya.

Genderang KhatulistiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang