19. Desa Terkutuk

27 6 1
                                    

SAMANTHA terbang dengan anggun sembari meliuk-liuk ringan di atas awan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAMANTHA terbang dengan anggun sembari meliuk-liuk ringan di atas awan. Kepakan sayap Gorda betina berusia 15 kemarau itu mengayun indah tatkala disorot pancaran Sham yang hendak terbenam menuju langit timur.

Di atas punggung Samantha, di antara bulu-bulu halusnya yang beriak diterpa angin, Althamis Dorgha Marhem, sang panglima pasukan udara Lakhsatra, tengah mengendarai dan mengendalikan laju si Gorda betina.

Di atas punggung Samantha, di antara bulu-bulu halusnya yang beriak diterpa angin, Althamis Dorgha Marhem, sang panglima pasukan udara Lakhsatra, tengah mengendarai dan mengendalikan laju si Gorda betina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara, puluhan ekor Gorda lain dengan usia lebih muda juga ikut beterbangan mengikuti arah laju Samantha. Dengan kendali penuh dari masing-masing penunggangnya, burung-burung raksasa itu membentuk formasi laksana ujung anak panah yang mengarah ke selatan. Di atas awan dan di bawah naungan Sham, makhluk-makhluk bersayap itu memekik saling bersahutan.

Saat tengah asyik memusatkan perhatian pada jalur perjalanan, Althamis Dorgha dikejutkan dengan kemunculan salah seekor burung Gorda dari arah belakang yang mencoba mengimbangi laju terbang Samantha. Maka, terlihatlah olehnya salah seorang prajurit penunggang Gorda berusia muda yang sejak awal mengikuti tepat di belakang posisi terbangnya.

“Althamis, sesaat lagi kita akan tiba!” seru sang prajurit muda dengan tutur lantang mengalahkan suara angin yang menderu.

“Baiklah, Firaz! Bentuk formasi terbang rendah!” balas Althamis Dorgha, seraya mengirim isyarat dengan memutar telunjuknya.

Tak lama setelahnya, sang prajurit bernama Firaz segera mengirim isyarat yang sama kepada para penunggang Gorda yang melaju di belakangnya. Dan, dalam hitungan sepeminuman teh, ke-90 burung Gorda yang semula beterbangan di atas awan serentak bergerak turun. Dengan tetap mempertahankan posisi terbang masing-masing, mereka bermanuver menuruni gumpalan awan.

 Dengan tetap mempertahankan posisi terbang masing-masing, mereka bermanuver menuruni gumpalan awan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Genderang KhatulistiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang