KAGHAR DHAENIS, sang Malek wilayah Kepulauan Timur, pemimpin besar para Lakhsman, menatap lautan lepas yang membiru sejak sang Sham mewujud di ufuk timur. Telah beratus dayung lamanya, bahtera yang ditumpanginya berlayar dari dermaga pelabuhan Patala di ujung barat daya pulau Palada.
Sebelum fajar menyingsing, Maleka Sheba Dhaenis dan ketiga putra-putrinya turut serta mengantarkannya ke Patala dan melepas kepergiannya bersama si bungsu, Bethany. Pagi itu sesungguhnya ia tak merasakan apa-apa, tetapi selang beberapa lama setelah bahteranya berlayar, perlahan-lahan kerinduannya terhadap tempat tinggalnya mencengkeram sanubari.
Belum genap seperempat hari sejak meninggalkan istana Baghar, Kaghar Dhaenis sudah rindu melihat putra sulungnya, Godham, serta adiknya, Tharem, unjuk kebolehan bertempur di hadapan para prajurit muda.
Mendadak sang Malek ingin menyaksikan lagi bagaimana Godham mempergunakan kekuatan tubuhnya yang tiada tanding di kalangan prajurit seluruh Baghar, atau bagaimana Tharem memanfaatkan kelincahannya memainkan tombak trisula. Begitupun pula, kepiawaian putrinya, Farana, sang pemanah paling andal di kalangan seluruh prajurit perempuan di tanah Palada.
Namun, yang paling utama, Kaghar sungguh tak kuasa menepis kangen pada istrinya, Sheba Dhaenis, sang Maleka.
Pagi itu, Kaghar memilih untuk menepi dari kegiatan seluruh pasukan dan awak bahtera yang ikut menyertainya menuju Lakhsatra. Ia termenung menyendiri di pinggir ekor bahteranya yang lonjong. Tatapannya masih saja tertuju pada pemandangan pulau Palada yang dari kejauhan terlihat membentang di tengah lautan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genderang Khatulistiwa
ФэнтезиPemilihan Khalefa (raja) ke-22 bakal dihelat meriah di ibukota negeri Haaras, Lakhsatra, pasca wafatnya Baginda Khalefa ke-21, Gharda Othama. Seluruh Malek penguasa kedelapan wilayah Haaras diundang ke ibukota untuk mengirim kandidat masing-masing. ...