27. Pelindung Laut Selatan

12 3 0
                                    

ALTHAMIS DORGHA MARHEM terkesiap sesaat setelah kelopak matanya tersibak sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ALTHAMIS DORGHA MARHEM terkesiap sesaat setelah kelopak matanya tersibak sempurna. Seketika itu juga, seluruh ingatannya pulih.

Sebelum kesadarannya menguap, sesungguhnya Dorgha sudah yakin ajalnya akan tiba di semenanjung Zaltan. Saat tubuhnya terjatuh dari Samantha, Gorda tunggangannya, di saat itulah ia mempersiapkan diri untuk menghadapi bayangan kematian.

Oleh karena itu, tatkala sang Althamis menyadari dirinya tiba-tiba terbangun di sebuah ranjang yang nyaman, di dalam sebuah kamar yang terawat rapi laksana kamar pribadi seorang anggota keluarga istana, panglima besar angkatan udara Lakhsatra itu tertegun. Di dalam benaknya, seketika muncul sejumlah pertanyaan.

Apakah seseorang telah menyelamatkan nyawanya? Bagaimana mungkin dirinya bisa selamat dari arus deras samudera selatan yang terkenal beringas di seantero Haaras? Atau, apakah ia telah berada di surga? Apakah ia layak mendapatkan ganjaran surga set...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah seseorang telah menyelamatkan nyawanya? Bagaimana mungkin dirinya bisa selamat dari arus deras samudera selatan yang terkenal beringas di seantero Haaras? Atau, apakah ia telah berada di surga? Apakah ia layak mendapatkan ganjaran surga setelah belasan kemarau masa hidupnya ia habiskan untuk mengutuki takdir Shamasta sejak peristiwa pembantaian menimpa keluarganya di pesisir timur Ethan?

Dengan kepala yang masih belum sanggup mencerna keadaan, Dorgha mencoba bangkit. Ia bahkan masih bisa merasakan nyeri yang menjalari sekujur tubuhnya meski tak satu pun luka tergores di kulit badannya.

Mendapati keberadaan sebentuk cermin rias di samping ranjang tempat tidur, ia perlahan melangkah untuk menyambangi benda yang sesungguhnya hanya lazim berada di dalam kamar tidur seorang permaisuri atau putri istana itu.

Melalui pantulan cermin, Dorgha melihat tubuhnya yang bertelanjang dada masih mampu bergerak layaknya makhluk bernyawa. Tak ada luka apapun, terkecuali bekas luka bakar di separuh wajahnya yang ia dapatkan sejak ia masih belia. Pun, luka itu telah lama mengering meski setiap kali ia melihat bekas luka itu, rasa sakit di relung batinnya seketika bak disiram air garam.

 Pun, luka itu telah lama mengering meski setiap kali ia melihat bekas luka itu, rasa sakit di relung batinnya seketika bak disiram air garam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Genderang KhatulistiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang