29. Sayap-Sayap Malam dari Bhati

11 2 0
                                    

DI TENGAH terik Sham yang mulai melembut, Maleka Sheba Dhaenis termenung di atas dek bahtera utama istana Baghar yang sore itu tengah bersiap mengangkat sauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DI TENGAH terik Sham yang mulai melembut, Maleka Sheba Dhaenis termenung di atas dek bahtera utama istana Baghar yang sore itu tengah bersiap mengangkat sauh. Tak seperti biasanya, pelabuhan Patala petang itu dipadati oleh tak kurang 30 lebih bahtera perang dari seluruh istana di seantero wilayah Kepulauan Timur.

Sejak menerima surat Babilia dari Lakhsatra yang dikirim oleh Ajudan Reman kemarin, Maleka Sheba langsung bertindak dengan meminta seluruh Laksman, kepala-kepala keluarga istana lain di Kepulauan Timur untuk mengirimkan armada bahtera mereka masin...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak menerima surat Babilia dari Lakhsatra yang dikirim oleh Ajudan Reman kemarin, Maleka Sheba langsung bertindak dengan meminta seluruh Laksman, kepala-kepala keluarga istana lain di Kepulauan Timur untuk mengirimkan armada bahtera mereka masing-masing ke Patala. Tanpa berpikir panjang, istri Malek Kaghar Dhaenis tersebut berniat memimpin pasukan menuju Lakhsatra untuk menjemput suami dan anak bungsunya yang konon berada dalam marabahaya.

Di tengah hilir mudik para prajurit istana Baghar dan awak bahtera yang sibuk mempersiapkan keberangkatan, sang Maleka tampak menyandarkan kedua lengannya pada tepian bahteranya. Sepucuk surat baru saja tiba dalam genggamannya setelah diantarkan oleh salah seorang prajurit. Perlahan, wanita paruh baya berambut merah menyala itu membuka surat tersebut untuk membacanya.

Tidak, surat itu bukan dari Ajudan Reman atau dari Lakhsatra, melainkan dari pulau Thalab, tanah kelahiran sang Maleka. Pita merah bersimbol lumba-lumba yang menjadi lambang kebanggaan istana Thalab jelas-jelas menjadi penanda.

 
Putriku terkasih,
 
Telah kuutus delapan bahtera bermuatan puluhan prajurit di atasnya untuk menyertaimu menuju ibukota. Kau tak perlu risau dengan istana Baghar yang hendak kau tinggalkan. Sejumlah sayap-sayap malam dari pulau Bhati akan tiba petang ini untuk menjaga kota Baghar saat kau dan putra-putrimu bertolak ke Lakhsatra.
 
Ingatlah pesanku baik-baik. Jangan ikuti amarahmu. Tetaplah menunggu bersama armadamu di garis perbatasan.

Dewa Saghara memberkatimu, Anakku.
 
-Lakhsman Shabar Alayda

 
Pelan-pelan, kerumuk pada kening Maleka Sheba Dhaenis terurai selepas membaca surat yang ditulis langsung oleh ayahandanya, Shabar Alayda, sang Lakhsman istana Thalab.

Maleka Sheba tak heran ketika ayahnya menyinggung perihal pasukan bantuan dari pulau Bhati. Sebagai istana yang berada di ujung paling timur negeri Haaras, istana Thalab sudah sejak lama menjalin keakraban dengan suku-suku terpencil dari pulau Bhati, pulau yang letaknya berbatasan langsung dengan bagian utara dataran besar Akhom.

Genderang KhatulistiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang