Langkah kecil mengiringi Nindy menuju seseorang yang tengah duduk di kantin yang tentunya ramai di jam istirahat seperti ini.
"Hai Rioo,"
"Eh hai Nin,"
"Ini ada titipan lagi dari seseorang." Ucap Nindy sambil memberi sebuah kotak pada Rio.
Rio membuka sebuah kotak yang diberikan Nindy kepadanya. Dia melihat sebuah sepatu bola incarannya yang ingin ia beli, tapi malah ia mendapatkannya lebih dulu tanpa membeli.
'Gue tau pasti ini lo yang ngasih Ai," dalam hati Rio tersenyum.
"Wah thanks ya Nin, bilang makasih banyak juga sama yang ngasih, bilang jugaa kalo mau ngasih langsung ajaa hehe"
"Okee Rioo,"
Dari kejauhan Aileen memperhatikan Nindy, sahabatnya, yang sedang memberi hadiah untuk Rio. Ia tersenyum tipis melihat wajah riang milik Nindy saat ia berhadapan dan memberi hadiahnya kepada Rio.
"Mau sampe kapan Nin sembunyi terus?"
***
Aileen melangkah berjalan ke arah luar sekolah. Jam pelajaran yang sangat membuatnya penat akhirnya telah usai. Di tambah ulangan yang bertubi-tubi diberikan guru. Ya untung saja Aileen memiliki otak yang cerdas sehingga ulangan dapat dihadapinnya dengan mudah.
Sebuah motor berhenti disamping langkah Aileen. Aileen mengenal motor itu. Lelaki yang membawa motor itu melepas helm yang ia gunakan. Aileen menoleh ke pemilik motor tersebut.
"Dylann?"
"Cepet naik," Aileen mengerutkam keningnya sejenak. Lalu Aileen paham dan mengerti tujuan Dylan datang kepadanya, yaitu untuk menjemputnya. Aileen telah duduk diatas motor Dylan.
"Gue kan gak pake helm," ucap Aileen pada Dylan mengingat rumahnya cukup jauh dari sekolahnya.
"Tenang aja,"
Aileen mengiyakan jawaban dari Dylan. Aileen memperhatikan jalan yang ditempuh oleh motor Dylan.
"Ai, gak ada acara apa-apa kan hari ini?"
'Kok lo bisa tau nama panggilan gue.....'
"Ha? Eh-iya gue gak ada acara apa-apa kok."
"Okee," Dylan melajukan motor sportnya kencang. Beberapa kendaraan lain di depannya berusaha ia halau agar Dylan mendapatkan jalannya terlebih dahulu dari pada yang lain.
Di depan terdapat sebuah belokan. Dylan melajukan motornya semakin cepat. Saat motor itu belok dengan cepat, motor itu condong ke arah yang sama seperti arah belokan. Membuat Aileen memejamkan matanya dan mengeratkan pegangannya di jaket kulit hitam milik Dylan.
"Gila lu yak bawa motor, gue takut jatoh bodoh!"
"Ehehe sorry sorry,"
Mereka sampai di apartment Aileen.
"Mau mampir dulu?" Melihat Dylan yang melajukan motornya ke arah parkiran.
"Engga mau nganter lo sampe depan apartment lo aja."
"Gak sekalian mampir aja sihh,"
Mereka berdua berjalan memasuki lift. Aileen menekan tombol 16 dan lift pun membawa mereka ke lantai tersebut.
Setibanya mereka di depan apartment Aileen. Aileen menekan sebuah code access untuk masuk ke dalamnya.
Sebelumnya ia berkata pada Dylan, "Yakin nih gamau masuk dulu?"
"Engga gue langsung aja,"
"Hmm oke,"
"Ehiya Ai, nanti malem gak ada acara kan? gue jemput lo ya,"
"Mau kemana?"
"Jalan-jalan aja,"
"Um... Boleh, kebetulan gue lagi stress sama pelajaran hehe,"
"Oke deh kalo gitu, sampe ketemu nanti malem ya?"
"Oke Dylan, byee" Dylan berjalan menjauhi apartment milik Aileen. Sedangkan Aileen menutup pintunya dan bersandar dibalik pintu sambil tersenyum senang.
***
Mentari sudah menebar warna jingga yang indah di sore hari. Sungguh Aileen sangat mencintai pesona alam macam ini.
Entah kenapa saat melihat langit indah di sore hari itu dapat menghilangkan penatnya akibat aktivitasnya di sekolah.
Aileen baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Seperti janjinya dengan Dylan malam nanti, ia tengah bersiap-siap untuk itu.
iPhonenya tiba-tiba berdering.
Nindy.
Aileen meraih iPhonenya yang berada di nakas samping tempat tidurnya.
"Hallo,"
"Aiiiii!!!" Nindy bertiak nyaring di seberang telepon sana.
"Gue tau lo lagi seneng,"
"Gimanaaaaaa Ai?"
"Doi suka tuh sama sepatunya. Tadi pas balik gue liat doi make sepatunya buat latihan futsal." Jelas Aileen sambil menyisir rambutnya yang panjang sepunggung.
"Haaa? Demi apaaa? Aduh aduh gue seneng banget dehhh,"
"Mau tau gak supaya seneng lo itu terealisasikan?"
"Bahasa tinggi amat, bu. Gimana gimana?"
"YA LO AKUIN AJA KALO ITU LO YANG KASIH." Aileen menyerukan dengan gemas pada Nindy.
"Ihhh Ai, gue masih takut buat ngakuin. Ya you know lah gimana..."
"Hhh.... Iyaiya i know. But, i think we've to endcall this convos."
"Whyy? Gue masih mau cerita banyak nihh,"
"Gue mau pergi dan sekarang lagi siap siap, mending lo cerita besok aja oke?"
"Hmm yaudah dehh, byee Aiii. Mwahh"
"Byee." Aileen menyudahi sambungannya dengan Nindy. Ia hanya menggeleng-gelengkan tingkah sahabatnya itu yang tergila-gila dengan Rio namun tidak berani menunjukannya pada Rio.
Hari sudah mulai gelap. Sebentar lagi Dylan akan menjemputnya. Aileen mulai memoles wajahnya dengan cream pelembab. Lalu memilih dress malam berwarna biru tua dengan panjang selutut. Lalu ia menambahkan jaket jeans untuk menutupi bagian atas dress yang terlalu terbuka.
Aileen mulai memoleskan make up natural di wajahnya. Hanya menambahkan bedak, mascara dan lip balm favoritenya saja sudah membuat kadar kecantikannya meningkat.
Selesainya Aileen dengan make upnya kebetulan bertepatan sekali dengan bell apartmentnya yang berbunyi.
"Itu pasti Dylan,"
Aileen sudah siap dengan tas jinjing hitamnya dan memilih simple wedges untuk ia kenakan.
Aileen berjalan kearah pintu dan membukanya.
Aileen melihat siapa yang datang dan menekan tombol bell apartmentnya tadi. Aileen tercengang sekaligus terkaget dengan siapa yang dilihatnya. Matanya membulat sempurna.
Seorang laki-laki bertubuh tinggi, berahang tegas dan mata hazelnya yang tajam, dengan rambut spikenya yang di tata tidak begitu rapih namun memberi kesan cool. Dengan kaus putih polos dan jaket kulit hitam. Aileen memperhatikan laki-laki itu tanpa kedip.
"Aileen?"
***
![](https://img.wattpad.com/cover/41144794-288-k773843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Enamored
Teen FictionThe moonlight that shines on us is always the same I'm still lost in your orbit I can do this all night long Because wherever I am, me without you is just half. "You were an entire story to me, I was nothing but a sentence to you." -A "Because I bro...