Twelve.

55 7 4
                                    

Aileen menghempaskan tubuhnya ke bangkunya dan menyandarkan kepalanya di meja sambil menutup matanya. Pelajaran olahraga kali ini begitu melelahkan untuknya. Ditambah lagi dengan mentari yang semangat sekali menyinarkan sinarnya ke dunia pagi ini dengan begitu terik.

Uji kekuatan fisik dengan lari 10 kali lapangan, ditambah back up, sit up, pull up, dan lainnya. Itu sangat melelahkan untuk Aileen. Aileen memaksimalkan energinya untuk melawan terik mentari dan menghadapi rangkaian ujian fisiknya itu. Demi mendapatkan angka 90. Jika karena ia tidak mengincar angka 90 di lembar penilaian Pak Seno -guru olahraganya-, ia tak mungkin mau untuk melakukan hal yang melelahkan seperti itu. Sungguh Aileen sangat tidak suka berjumpa dengan kata remedial.

Aileen mengatur nafasnya yang berat setelah ia mengganti baju olahraganya dengan seragamnya seperti semula. Lalu kembali menidurkan kepalanya di atas meja. Nindy menghampirinya. Langkahnya yang sumringah tiba tiba terhenti saat melihat Aileen yang notabennya adalah sahabatnya itu dengan wajah yang pucat dan nampak begitu kelelahan.

Bertepatan dengan bel istirahat, Nindy yang tau bahwa Aileen sedang tertidur pun berniat untuk membangunnya, namun bukan berniat untuk menganggunya.

"Aileen?" Nindy menguncang bahu Aileen perlahan. Aileen langsung membuka matanya ketika sadar ada orang yang menyentuhnya.

"Hmm?"

"Lo kenapaa?" Tanya Nindy perihatin.

"Capek. Lemes."

"Makan dulu yukk, biar gak lemess," tawar Nindy perhatian. Aileen menjawab tanpa suara, hanya dengan menggelengkan kepalanya. Yang artinya ia menolak tawaran Nindy.

"Yaudah, kalo gitu gue ke kantin duluu yahh," Aileen mengangguk mengiyakan perkataan Nindy. Nindy berlalu meninggalkan Aileen.

***

Hari ini sangat melelahkan untuk Aileen. Ditambah beberapa mata pelajaran yang ulangan mendadak hari ini. Membuat kepalanya hampir pecah dan sangat menguras tenaganya untuk berfikir.

Sekolah sudah hampir sepi saat Aileen menunggu Dylan yang menjemputnya. Aileen melangkahkan kakinya perlahan menuju ke luar sekokah. Dylan sudah datang menjemputnya.

Dylan bersandar di pintu mobilnya mengamati Aileen yang berjalan ke arahnya. Terik mentari begitu menyengat sore hari ini. Aileen merasa langkahnya semakin berat. Matanya nampak kunang-kunang. Ia melihat ke arah Dylan tanpa berkedip. Membiarkannya melihat cahaya cahaya kuning yang menghalangi pandangannya. Tiba tiba semua berubah menjadi gelap.

"Aileen!!"

Samar samar Aileen mendengar seseorang menyerukan namanya dan langkah seseorang yang berlari ke arahnya.

Ya Tuhan apa yang terjadi?

Tubuhnya limbung begitu saja. Aileen mengira ia akan jatuh membentur aspal yang keras namun dugaannya meleset saat merasakan sebuah tangan melingkar di pinggang dan kepalanya. Dylan mengguncang tubuhnya perlahan dan menggenggam wajah pucatnya dan matanya yang terpejam. Berusaha untuk menyadarkannya.

"Aileen?!"

Aileen tidak dapat mendengar dan merasakan apapun lagi. Kali ini semua benar benar menjadi gelap dan sunyi.

Dylan yang panik langsung saja membawa Aileen masuk ke dalam mobilnya. Menidurkan Aileen di jok belakang mobilnya.

Dylan mengemudikan mobilnya cepat melesat meninggalkan sekolah Aileen. Tak ada tujuan lain selain membawa Aileen ke rumah sakit, pikir Dylan. Ia benar-benar tidak tau apa yang terjadi dengan Aileen.

***

Ohalluwww my beloved readers!!!! Sudah memasuki liburan panjang yah. Author udah bisa fokus buat ngelanjutin cerita ini.
Huah senang sekali taburan bintang sudah mencapai angka 100, aku seneng banget dan semangat buat ngelanjutin cerita ini.

Btw fyi, ini bukan cerita pertama author. Tapi aku butuh banget kritik dan saran kalian. Biar aku bisa nulis dengan lebih baik lagi. Di tunggu banget yah kritik dan sarannya di comment.

Bagi yang suka sama cerita aku, hehe makasih buat votenya. Jangan lupa terus update dan vote cerita aku. Vote itu berguna banget biar bikin aku semangat nulis cerita ini.

Huaahh kayaknya aku bacot banget yaa, oke deeh kalo gitu author cabut dulu hehehehe,

See youuu on the next part.

*[unedited] maafkan typo yang bertebaran karena author sangat males untuk edit ehehe*

Thanks,
Jessie Stephvie.

Be EnamoredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang