"Aileen?"
Aileen tersadar ketika seseorang menyebutkan namanya.
"Eh-ah-iya Dylan?" Aileen masih terkagum-kagum dengan sosok Dylan di depannya saat ini.
"Lo kenapa?"
"Ah-ng-enggaa"
"Udah siap?"
"Mm udah kok,"
"Okay let's go," pintu apartment Aileen terkunci otomatis saat Dylan menarik tangannya keluar dan mengikuti langkahnya.
Entah kenapa, Aileen perhatikan sejak ia bertemu dengan Dylan. Setiap Dylan membawanya ke suatu tempat, ia gemar sekali menggenggam tangan Aileen.
Tanpa terfikir oleh Aileen, ia bertemu dengan Dylan sejak kecelakaannya malam itu. Ia tidak menyangka masih terus berhubungan dengan Dylan bahkan seringkali chatting hingga jalan bersama seperti malam ini. Bahkan mengantar jemput Aileen ke sekolah sudah menjadi hal yang biasa.
Ia pikir setelah kejadian itu dan setelah Dylan bertanggung jawab dengan ulahnya, Dylan akan hilang begitu saja. Ya seperti kebanyakan orang yang bertemu dengan seseorang yang belum dikenalnya tanpa disengaja. Pasti detik itu juga orang itu sadar bahwa ia tidak mungkin bertemu dengan seseorang itu lagi. Kecuali dengan suatu kebetulan.
Dalam perjalan mereka tidak terlalu banyak bicara. Aileen mendengarkan musik yang terputar dalam Porsche milik Dylan ini. Aileen membelakkan matanya saat ia melihat bahwa mobil mahal inilah yang Dylan bawa untuk menjemputnya.
Electronic dance music yang diputar dalam mobil itu cukup menghibur Aileen yang mengentakan kakinya kecil di bawah sana. Ini memang selera musik milik Aileen.
Mereka masuk ke dalam sebuah komplek, namun bukan komplek perumahan. Di depan pandangannya Aileen melihat jalur yang berliku memutar tanpa ujung. Hanya diberi garis hitam putih yang menandakan sebagai awal jalur dan akhir jalur. Tempat itu terlihat seperti arena balapan. Terlihat dari tepi jalur yang terdapat sebuah spot untuk penonton.
Di depan mobil Dylan yang berhenti. Jajaran mobil-mobil yang tak kalah mahal sejenis Dylan terhampar di pandangan Aileen. Matanya dan mulutnya membulat sempurna,nampak terlihat seperti orang bodoh.
Aileen tersadar saat bunyi rem tangan yang di tarik Dylan mengusik keterkejutannya. Ia menormalkan mimiknya agar tidak terkesan norak di mata Dylan.
"Ini tempat apa?" Tanya Aileen saat Dylan melepas seatbelt yang ia kenakan. Sekaligus melepas seatbelt yang masih terpasang di kursi Aileen.
"Udah turun aja yuk,"
"Gak mau ah malu,"
"Kenapa harus malu? Ini tempat tongkrongan gue, dan mereka semua temen-temen gue, " Aileen menatap kearah yang ditunjuk Dylan dari dalam mobil.
"Gue disini ajaa dehhh," Aileen masih kukuh.
"Hhh okaay gue turun dulu yaa,"
Sebelum membuka pintu mobilnya. Dylan menekan sebuah tombol yang secara otomatis membuka atap mobilnya.
Aileen memperhatikan Dylan yang berjalan menghampiri teman-temannya. Teman-temannya menyambut kedatangan Dylan. Sebagian dari mereka melirik Aileen yang masih betah berada di mobil Dylan.
"Bawa cewe nih?" Tanya temannya dan Dylan hanya tersenyum tipis.
Dylan menunjuk Aileen dan memperkenalkannya pada teman-temannya. Teman-temannya yang sebagian dari mereka duduk diatas kap mobil menoleh kearah Aileen yang sedang memperhatikan mereka dan melemparkan senyuman untuk menyapanya. Aileen melemparkan senyumannya juga untuk membalas sapaan mereka.
Dylan yang memiliki tubuh tinggi tegap itu berjalan kearahnya.
"Ai, turun ajaa,"
"Hm, iya dehh," Dylan membukakan pintu untuk Aileen. Akhirnya Aileen turun mengikuti langkah Dylan, karena tidak enak hati dengan teman-teman Dylan.
Aileen bersandar di sebuah mobil Audy R8 dan disampingnya Dylan duduk diatas kap mobil itu seperti yang teman-temannya lakukan.
Aileen memasang senyumannya sedaritadi. Memperhatikan obrolan Dylan dengan temannya. Beberapa teman wanitanya menatapnya dengan sinis.
Dylan merogoh sesuatu di kantong jaketnya. Sebuah rokok. Dylan membakar rokok itu dengan koreknya. Sama seperti yang teman-temannya lakukan. Aileen memicingkan mayanya menatap Dylan yang sedang menghembuskan asap rokok yang dihisapnya. Asap rokok itu menyambangi indra penciuman Aileen.
Aileen mengalihkan pandangannya dan mengibaskan tangannya menghindari asap rokok itu. Lalu ia berlalu begitu saja kembali ke mobil Dylan. Aileen duduk dan menekan tombol yang tadi di tekan Dylan. Atap mobil itu secara otomatis tertutup.
"Demi apapun gue benci asap rokok."
Dylan menatap Aileen yang berlalu menjauhinya dan kembali masuk ke dalam mobilnya yang kini dengan atap yang tertutup.
"Bro, gue balik ya."
"Woi baru juga bentaran udah balik aja."
Dylan menunjuk Aileen dengan dagunya.
"Taudeh yang sekarang punya cewe." Dylan terkekeh dan berlalu dari teman-temannya.
Dylan masuk ke dalam mobilnya.
"Ai lo kenapa?"
"Engga."
Dylan paham sepertinya kalau Aileen tidak menyukai dirinya yang merokok.
"Ai, jangan maraah." Rajuk Dylan yang menatap Aileen yang melempar pandangannya keluar jendela.
Dylan meraih dagu Aileen untuk menatapnya.
"Gue janji deh gak akan ngelakuin hal itu lagi,"
Dylan benar-benar berjanji untuk Aileen.
"Bukan gitu, gue gak suka aja ngeliat cowo yang ngerokok depan gue. Gue gak suka asapnya."
"Iyaa, gue ngerti."
Aileen kembali melempar pandangannya keluar jendela.
Kini mobil Dylan sudah melaju meninggalkan tempat tersebut.
"Dylan?"
"Hmm?" Dylan menatap Aileen sekilas.
"Lo suka balapan mobil ya?" tanya Aileen yang sejak tadi menyimpan pertanyaan itu dalam pikirannya.
"Engga, gue cuma ngumpul sama anak mobil aja tadii, kita balapan kalo lagi ada event aja."
"Ehiya, temen-temen cewek lo cantik cantik yaa,"
Saat di arena tadi, Aileen memperhatikan teman-teman Dylan yang kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dari kalangan atas dan berkelas.
"Engga ah biasa aja,"
Aileen mengerutkan keningnya menatap Dylan.
"Cantikan lo," sambung Dylan sambil menatap Aileen. Aileen memutar bola matanya dan kembali melempar pandangannya keluar jendela.
Tanpa sadar Dylan memperhatikan wajah Aileen dengan semburat merah di pipinya. Tangan Dylan terulur untuk mencubit pipi Aileen dengan gemas. Aileen menyembunyikan senyumnya. Dylan mengusap puncak kepala Aileen.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Enamored
Teen FictionThe moonlight that shines on us is always the same I'm still lost in your orbit I can do this all night long Because wherever I am, me without you is just half. "You were an entire story to me, I was nothing but a sentence to you." -A "Because I bro...