Aileen melihat bangunan bergaya classic modern yang megah di depannya. Aileen mengedarkan pandangannya pada rumah yang membuatnya kagum itu."Ini rumah orang tua aku," bisik Dylan saat berada disamping Aileen. Menyadarkan Aileen yang masih menatap kagum rumahnya itu.
"Wah," hanya itu yang bisa di ucapkan Aileen tanpa komentar lain. Dari pada Aileen muluk-muluk memuji keindahan rumah ini malah nanti akan terkesan norak untuk dirinya dimata Dylan . Lebih baik ia mengucapkan kata itu saja untuk mewakili rasa kagumnya.
Dylan menarik tangannya masuk ke dalam rumahnya. Terlihat beberapa pelayan berjajar menjadi dua barisan menyambut kedatangan Dylan dan Aileen. Beberapa dari mereka mengucakan selamat datang kepada Tuan Mudanya itu beserta tamunya -seorang gadis- yang mengekor di belakangnya.
Salah satu pelayan yang Aileen yakini adalah kepala pelayan di rumah mewah itu mengiring mereka menuju ruang tamu. Aileen masih mengaggumi rumah ini dalam diam. Perabotan rumah ini pun tak kalah mahal dan mewah mendukung interiornya. Dylan mempersilahkan Aileen untuk duduk. Dylan pun duduk di sebelah Aileen.
"Kok sepi?" tanya Aileen yang tidak melihat orang lain yang ada di dalam rumah Dylan selain dirinya.
"Iya, Daddy lagi pulang ke LA, mama baru aja ke London tadi. Makanya sepi."
"London?"
"Iya, kenapa?"
"Ah-mm engga, hehe,"
Dylan tau apa Aileen pikirkan. Ya, pasti tentang ibunya. Ibunya yang tinggal di London.
Jadi rumah ini tidak ada pemiliknya selain Dylan sekarang? Rumah semegah ini tapi tidak ada pemiliknya mungkin benar-benar terasa sepi dan kosong. Walaupun ada beberapa pelayan yang bekerja tetap saja suasanyanya sepi jika tidak ada pemiliknya.
Tak lama seorang pelayan membawa nampan yang terdapat dua gelas minuman dan beberapa cookies lalu menaruhnya di meja.
"Ohh jadi ini rumah kamu yang kamu bilang diusir itu di sini? Hahaha" Dylan melirik sebal Aileen yang meledeknya sekilas.
"Iyaa, hari ini aku udah boleh pulang kesini," jelas Dylan.
"Udah boleh pulang apa kesempatan gak ada orang jadi pulang, hm?" Aileen masih saja meledek Dylan.
"Udah boleh pulang Aiii," Ucap Dylan gemas sambil mencubit hidung Aileen yang mungil.
"Akhirnya yah,"
Aileen mengulum senyumnya untuk Dylan. Aileen sadar bahwa Dylan diusir dari rumah ini juga karena dirinya. Karena insiden waktu itu. Memang bukan sepenuhnya salahnya. Dylan juga salah karena ulahnya waktu itu. Ya, sekarang masa hukuman Dylan sudah usai. Hanna sudah membolehkan Dylan kembali pulang ke rumahnya.
Aileen mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Tangannya meraih minuman yang dibuat oleh pelayan Dylan tadi dan meminumnya.
"Kita mau ngapain disini?" tanya Aileen polos. Dylan terkekeh mendengar pertanyaan Aileen itu.
"Ikut aku yuk," Dylan menarik tangan Aileen memaksanya untuk berdiri dan menyeretnya untuk mengikuti langkahnya.
Kebiasaan.
Dylan membawa Aileen kedalam sebuah ruangan. Aileen masuk ke dalam sebuah kamar tidur yang cukup luas. Aileen sempat menatap kagum kamar Dylan yang tergolong rapih untuk ukuran seorang anak laki-laki.
"Mau ngapain?" tanyanya lagi dengan polosnya. Dylan kembali terkekeh melihat ekspresinya. Sebuah ide terlintas untuk menjahili Aileen yang terlampau polos itu.
Dylan mendekati dirinya dengan Aileen dari belakang. Aileen terkesiap dengan ulahnya. Tangan Dylan meraih menyibakan rambut panjang Ailen yang tergerai, memperlihatkan bahunya, lalu menyentuhnya lembut membuat tubuhnya meremang. Dylan mendaratkan dagunya ke bahu Aileen sambil melingkarkan tangannya di pinggang Aileen. Tidakkah Dylan tau perbuatannya itu sungguh membuat Aileen tidak berkutik dan Aileen merasakan jantungnya yang seakan akan loncat dari tempatnya bahkan Aileen tidak bisa bernafss dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Enamored
Teen FictionThe moonlight that shines on us is always the same I'm still lost in your orbit I can do this all night long Because wherever I am, me without you is just half. "You were an entire story to me, I was nothing but a sentence to you." -A "Because I bro...