Nindy membuka pintu kamar Aileen perlahan. Mereka -Nindy dan Rio- melangkah masuk ke dalam kamar Aileen dan menyapa Aileen.
"Aiii......ii"
Suara Nindy menyusut dan langkahnya terhenti.
"Nindy?"
Aileen terkejut dengan kedatangan Nindy dan Rio di kamarnya secara tiba-tiba itu.
Rio pun terdiam sejenak dengan apa yang dilihatnya saat ini. Aileen tidak sendiri di kamarnya, namun....
"D-dylan??"
Dylan melihat kedatangan teman Aileen yang menjenguknya. Namun di luar dugaan, ternyata Dylan malah bertemu dengan seorang yang ia kenal.
"Rio??"
Dylan pun sontak bangkit dan berdiri menghampiri Rio yang masih berdiri di depan pintu kamar Aileen memandangnya.
"Eh gilaa bro, apa kabar luu?" Sapa Dylan sambil mempertemukan telapakan tangannya dengan Rio di udara.
"Baikk, lo gimanaa? Lhaa gue pikir lo di LA?"
"Baik jugaa, udahh balik dari kapan tau guee,"
"Ah gila lo balik gak bilang bilang." Rio meninju bahu Dylan pelan.
Mereka saling bercengkrama satu sama lain. Membuat Aileen mengerutkan keningnya bingung. Aileen menghiraukan pertanyaan Nindy yang sudah berada di sampingnya tentang siapa itu Dylan. Ia masih tertegun dengan kedua orang yang asik ber-reoni-ria di kamarnya.
"Kalian....?"
Dylan dan Rio pun menoleh ke arah Aileen yang bersuara. Lalu mereka tersenyum menahan tawa melihat ekspresi Aileen yang terlihat bingung.
Dylan dan Rio saling mengenal satu sama lain sejak lama. Rio adalah teman masa kecil Dylan. Begitu sebaliknya. Masa masa kecil mereka habiskan bersama. Dari robot, permainan bola kaki dan basket sampai bertransformasi menjadi PS dan Xbox mereka lakukan bersama. Kebetulan dulu rumah Dylan bersebelahan dengan rumah Rio.
Dylan lahir di LA, tak lama setelah itu orang tuanya membawanya ke Indonesia, tempat asal ibunya, Hanna. Beberapa tahun kemudian orang tuanya sepakat untuk tinggal di LA karena pekerjaan ayahnya yang berpusat di sana. Mereka berpisah karena Dylan harus pindah ke LA mengikuti orang tuanya. Lagi pula LA adalah kampung halamannya seperti ayahnya.
Dylan dan Rio pun berpisah. Dylan pun kesulitan menghubungi Rio karena tidak ada kontak Rio yang ia punya. Dan sampai sekarang mereka baru di pertemukan kembali.
"Jadi kalian saling kenal?" Tanya Aileen setelah mendengar penjelasan dari keduanya. Dylan dan Rio pun mengangguk dengan pasti. Aileen tidak menyangka bahwa Dylan dan Rio saling mengenal lebih dulu dari pada dirinya.
"Gila dunia sempit banget yaa," ucap Aileen.
"Hahaha, iyaa kebetulan banget gue bisa ketemu Dylan disini. Btw kok kalian bisa kenal?"
"Iyaa bisaa,"
Aileen dan Dylan saling melirik satu sama lain. Sebenarnya Aileen enggan menceritakannya. Namun Dylan meyakinkan Ailenn saat ia menatapnya.
Lalu Dylan menceritakan awal bertemu dirinya dengan Aileen. Dari awal sampai sekarang.
"Ohh i see. Jadi ini yang nabrak lo waktu itu Ai?" Bisik Nindy yang di jawab dengan anggukan Aileen.
"Ehiyaa makasih banget lho Rio, Nindy udah jenguk gue disini."
"Sama sama Ai. Ehiya gimana keadaan lo?"
"Hmm udah mendingan sih gak pusing kayak kemaren. Tapi masih lemes."
"Uww kasiaan my sistaa sakittt," Nindy memeluk Aileen. Aileen tersenyum melihat tingkah Nindy.
Rio dan Dylan masih saja berbincang satu sama lain. Wajar saja setelah sekian lama tidak bertemu.
Aileen tersenyum memandang keduanya yang bercanda seolah-olah mereka masih berumur 10 tahun. Seakan dunia berputar kembali pada masa kanak kanaknya.
Di tambah Nindy yang malu malu kucing saat berkenalan dengan Dylan. Membuat Aileen terkikik melihat sahabatnya itu. Karena Aileen yakin Nindy diam diam mengagumi wajah Dylan yang tampan.
"Tadi kalian berdua dateng kesininya bareng?" Tanya Aileen pada Nindy dan Rio yang berniat untuk meledek Nindy hingga membuatnya semakim salah tingkah.
"Iyaa," jawab keduanya serempak. Aileen tersenyum jahil pada mereka berdua.
"Ekhm nih ya," ucap Aileen jahil yang membuat wajah Nindy memerah diledeknya. Aileen dan Rio terkekeh saat Nindy menutupi wajahnya dengan bantal.
Aileen senang kini orang orang terdekatnya yang ia sayangi berada di sampingnya. Meskipun ia sedang dalam keadaan sakit. Itu tak masalah untuknya. Setidaknya itu dapat membuatnya tersenyum.
Mereka membuat Aileen tidak lagi merasa bahwa Aileen hanya seorang diri di dunia ini yang idak mempunyai siapa siapa lagi. Kehadiran mereka membuat hidup Aileen lebih berarti. Ditambah mereka yang begitu perhatian dan mengerti tentang dirinya.
Tiba tiba keadaan berubah menjadi hening saat Dylan menyebutkan pukul berapa sekarang.
"Aii waktunya makan dan minum obat!!" Teriak ketiganya serempak, membuat Aileen menutup telinganya. Aileen memutar bola matanya. Sungguh Aileen tidak suka dengan obat-obatan. Lagian ia juga tidak lapar.
Hah sudahlah, daripada telinganya pengang mendengar celotehan mereka jika ia bersikeras untuk tidak makan. Lebih baik ia makan dan tentu saja Dylan akan memberinya obat yang dianjurkan dokter untuk di minum sesuai dosisnya. Dengan begitu mungkin efek obat tidurnya dapat memejamkan matanya sejenak beristirahat untuk hari ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Enamored
Fiksi RemajaThe moonlight that shines on us is always the same I'm still lost in your orbit I can do this all night long Because wherever I am, me without you is just half. "You were an entire story to me, I was nothing but a sentence to you." -A "Because I bro...