22

4.5K 500 40
                                    

[Greesella]

Pagi ini aku harus menunggu Cynthia di stasiun MRT. Dia mengajak ku pergi ke pameran seni yang ramai menjadi perbincangan beberapa hari terakhir. Tampak fomo bukan? Ya. Memang pada dasarnya kami berdua ini adalah manusia fomo. Kami juga berencana pergi ke sana dengan menaiki MRT.

Drttt...

"Hallo,"

"Dimana?"

"Depan vending machine,"

"Sebentar...."

Ya aku menunggu setelah kata sebentar itu. Ku rasa 30 detik aku menunggu.

"Oh, yang kek bocah mau kerja kelompok itu?"

"Idih banget, dimana?"

"Kanan,"

Aku menoleh ke kanan, dia melambaikan tangan. Pantas dia menghinaku seperti anak sekolah yang hendak pergi mengerjakan tugas kelompok, aku menggunakan tas ransel yang biasa ku pakai ke sekolah. Sedangkan dia, tampak seperti mbak-mbak kuliahan yang memang sudah begitu gayanya sehari-hari.

Aku mematikan telpon.

"Dah lama nunggu?" Tanya Cynthia.

"Lumayan, dua puluh menit sih," jawabku.

"Sorry ya lama, Ci Gre mendadak minta dianterin dulu ke rumah Ci Shani,"

"No problem,"

Dia membelikan minuman dari vending machine sebagai permintaan maaf. Aku meminum dan memaafkannya, tenang saja.

Kami berdua menunggu MRT yang searah dengan tujuan kami. Hanya perlu lima menit menunggu dan kereta itu tiba. Aku segera menarik tangan Cynthia masuk karena banyak orang yang akan ikut masuk ke MRT ke arah yang sama.

Benar seperti dugaanku. Seketika MRT penuh, aku dan Cynthia terpaksa berdiri. Karena semua tempat duduk sudah terisi penuh. Didominasi oleh ibu-ibu dan anaknya yang masih kecil.

"Ya, kita harus berdiri sampe stasiun tujuan," ucapku memberi pengertian pada Cynthia. Aku takut dia tidak betah berdiri lama-lama.

"Gapapa," jawabnya.

Tanganku berpegangan pada hand grip yang ada. Pun juga sama halnya dengan Cynthia, namun dia juga berpegangan pada lenganku. Dia tidak setinggi itu memang, dia masih 5-7 cm dibawahku. Hingga di stasiun berikutnya, kami masih berdiri dan MRT semakin sesak. Mau tak mau aku harus lebih dekat lagi dengan Cynthia.

"Ternyata rasanya naik kendaraan umum gini ya," ucap Cynthia padaku dengan tubuh yang sudah pasti berhimpitan denganku.

"Kalo sepi enak sih, tapi kalo rame gini ya gitu deh," jawabku.

"Gapapa, sekali-sekali nyobain jadi rakyat biasa," ucapnya. Aku tertawa.

Ku rasakan tangannya yang mulai turun. Mungkin dia sudah lelah dengan kedua tangan berada di atas. Yang semula berada di lengan kini malah kini menggenggam jemariku. Ibu jari nya bergerak-gerak mengusap punggung ibu jariku. Tak lama kemudian kepalanya bersandar pada lenganku, lalu ia mulai membuka ponsel.

Aku bisa melihat apa saja isi chat di ponselnya. Dia juga tidak berniat menyembunyikan itu dari ku sepertinya. Tangannya yang kesulitan memegang hand grip mulai mengeluarkan headset dari tas. Memasangnya ke ponsel dan telinga. Dia mulai memilih lagu dari playlist miliknya tapi tak ada yang ia minati sepertinya.

"Keknya bingung banget mau dengerin lagu apa," ucapku.

"Iya sih, mau ikut dengerin ga?" Tanyanya.

"Boleh,"

Scandalous (Greesel x Cynthia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang