"Mentari punya cahaya untuk bumi. Begitu pula pelangi, yang punya warna untuk bahagia."
~Galen Satya~
Derasnya hujan membuat banyak orang berteduh, sepasang kekasih tengah menikmati hujan yang datang membasahi bumi.
"Ay, mungkin gak, ada pelangi setelah hujan?" tanya seseorang gadis cantik dengan ke kagumannya pada semesta.
"Mungkin aja, pelangi itu memang gak datang setiap hujan turun. Tapi, setiap hujan yang turun membasahi bumi, pasti terselip pelangi," jelas laki-laki berbadan tinggi.
Galen Satya—cowok humoris yang penuh rahasia dalam hidupnya. Tawa hanya semata-mata untuk menutupi semua lukanya.
Mata gadis itu berbinar menatap air hujan yang turun dengan deras. Seulas senyum terpancar dari bibirnya. Lelaki yang bersamanya pun tersenyum simpul menatap gadisnya.
Sedikit demi sedikit, hujan mulai reda. Banyak orang yang berteduh mulai beranjak dari tempatnya.
Galen menyerahkan sebuah helem pada Ema. Gadis itu menatap Galen penuh pertanyaan.
Ema Kamania—wanita yang menyimpan banyak luka. Menaruh banyak harapan pada Galen, karena saat ini ia hanya punya laki-laki itu alasannya untuk pulang.
"Untuk apa?" tanyanya.
"Pulang dong, hujannya juga udah mulai reda. Emangnya kamu mau minep di sini?" Balas Galen sambil tertawa kecil.
"Gak maulah, enakan tidur di rumah."
Tidak ada lagi pertanyaan yang dilontarkan Ema. Keduanya segera berjalan pergi.
Disepanjang perjalanan, Ema merentangkan kedua tangannya. Menghirup udara bekas hujan, sungguh nikmat . Hujan seolah membangkitkan memori lama yang sempat hilang.
"Ay, tau gak kenapa aku suka hujan?" suara Ema membuka pembicaraan mereka yang beberapa menit lalu sempat hilang.
"Gak tau, emangnya kenapa?"
"Coba deh, rasain aroma air hujannya. Tutup mata kamu, nikmati setiap rintiknya. Suasananya terasa tenang, adem, dan nyaman. Ah, aku selalu menunggu momen ini," ujarnya.
Tapi, Galen tidak bisa diajak serius. Laki-laki itu membuat lelucon yang membuat Ema kesal.
"Sayang, kalau akau mejem, yang ada kita nabrak pohon. Mending nabrak super market kita langsung belanja, kalau nabrak pohon. Eh malah celaka," tuturnya.
Ema yang sedang asik menutup matanya, untuk menikmati hujan pun langsung terjaga. Menatap lelakinya dengan penuh emosi.
"Lo mah gak bisa diajak romantis dikit, heran banget deh gue," kesalnya. Kata sayang pun tak terlontar lagi dari mulut Ema.
"Buset, emosi mulu deh lo. Sensi ya mbak?" tanya Galen penuh kebahagiaan. Rencananya selalu berhasil untuk mengahancurkan mood sang kekasih.
"Galen!! Lo kenapa ngeselin banget sih? Gue makan juga lo lama-lama," emosinya.
Galen hanya tertawa, menatap wajah Ema dari kaca spion motor. Wajah gadis itu memerah, bukan karena ia salting, tapi menahan emosi menghadapi lelakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit
Teen FictionMemiliki trauma yang berat, lalu disembuhkan dengan rasa kasih sayang. Bukan soal percintaan saja, tapi tentang persahabatan juga. Mereka yang memiliki mimpi, bekerja sama untuk meraihnya. Saling menompah satu sama lain, saling memahami dan menyayan...