"Segala sesuatu itu butuh usaha, gagal itu kesuksesan yang tertunda. So, jangan pernah nyerah dan putus asa."_Diki.
Setelah Galen mengambil pesanannya, lelaki itu bergegas pergi. Hari semakin sore, akhirnya Ema tiba di rumahnya. Tibanya di sana, gadis itu dibuat kagum dengan dekorasi yang indah.
"Ini siapa yang buat?" wajahnya terlihat senang. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
"Siapa lagi kalau bukan Diki sama Roby, gue mah bantu doa aja," jawab Arul.
"Dih, dasar," ujar Ema.
Tiba-tiba Galen menyodorkan es bubur sum-sum yang ia beli tadi. "Nih, pesanan kalian," ujarnya.
Arul dengan antusias mengambilnya dari tangan Galen. "Eh, kok es batunya cair sih? Ini mah bukan es bubur sum-sum kalau gak ada es-nya," Arul protes.
Ema nyeletuk ucapan Arul barusan. "Rul, kayak di rumah gue gak ada es batu aja deh, gitu aja disibukin. Ribet banget lo jadi cowok."
"Tau lo, apa-apa dibawa susah," imbuh Diki.
"Ikut campur aja lo," sungut Arul.
"Ribut aja terus, nanti nih kerjaan gak akan selesai, udah sore banget nih. Kita buka angkringan bentar lagi, gak usah bikin semua rencana ancur gara-gara hal sepele ya!" peringat Roby.
Semuanya pun diam, Arul pun tak banyak bicara lagi. Lelaki itu pergi ke dalam bersama Ema untuk menyiapkan es bubur sum-sum yang ia beli tadi.
Setelah kepergian Ema dan Arul, Diki menyiapkan tempat masak mereka. Menata belanjaan yang telah dibeli Galen dan Ema. Kerjaanya seperti propesional, untuk usia 17 tahun seperti dirinya.
"Guys, udah jadi nih. Minum dulu yuk, nanti lanjut kerja lagi," ujar Ema.
Mereka pun merapat, duduk dengan tenang. Menikmati es bubur sum-sum disore hari sangat enak, semesta pun mendukung, hembusan angin yang sejuk menambahkan kesan ketenangan.
"Ayo kita selesain sekarang, biar punya waktu buat siap-siap." Ajak Diki yang mulai beranjak dari duduknya.
Mereka pun mulai bekerja lagi, keseruan mereka saat menjalankan tugas. Direkam Ema, sebagai momen untuk kisah mereka. Sesekli Arul bernyanyi, mengajak yang lainnya bergembira sampai Diki yang dibuat kesal dengan tingkah laku Arul.
"Diki, Diki, lo tau gak, kenapa burung itu bisa terbang?"
"Gak tau, lo tanya aja sama burungnya."
"Diki, Diki, lo tau gak, kenapa orang kalau jalan pake kaki?" tanya Arul lagi.
Diki merasa geram. "Ya iyalah pake kaki, emangnya lo. Udah ya Arul, jangan sampe kenceng ini gue lemparin kemuka lo!!"
Arul berkedik takut, tapi anak itu tidak kapok-kapok juga. Ia terus mengganggu Diki, sampai ia ditekur oleh Galen.
"Rul, gak usah ganggu, selesain tugas lo!" seru Galen.
"Galak amat pak."
Tak ada respon dari Galen, lelaki itu pergi meninggalkan Arul seorang diri. Waktu sudah menunjukan pukul 17.30 akhirnya mereka selesai juga. Rumah Ema benar-benar terlihat cantik, banyak lampu yang menghiasi perkarangan rumahnya. Sekarang rumahnya menjadi ramai, tidak seperti biasanya sepi tanpa penghuni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit
Teen FictionMemiliki trauma yang berat, lalu disembuhkan dengan rasa kasih sayang. Bukan soal percintaan saja, tapi tentang persahabatan juga. Mereka yang memiliki mimpi, bekerja sama untuk meraihnya. Saling menompah satu sama lain, saling memahami dan menyayan...