"Bahagia itu mudah, cukup ikhlas dengan keadaan dan rasa bersyukur yang tertanam dalam jiwa kita."
~Ema Kamania~
Jam sudah menunjukkan pukul 7.15. Namun, batang hidung Galen belum terlihat juga. Ema sudah seperti orang gila menunggu Galen datang, ia mondar-mandir tidak jelas, sambil melihati jam tangannya.
"Mana sih Galen? Udah lama juga gue nunggunya, bisa-bisa telat ini," gerutu Ema.
Tak lama kemudian, motor hitam menghampiri Ema yang sedang berdiri tepat di depan pagar rumahnya. Galen datang dengan senyum manis yang terpancar. Tapi, wajah Ema sudah berubah, seakan ia tidak siap diajak bercanda.
"Pagi cantik, udah lama ya?"
Basa-basi macam apa yang Galen lakukan? Jika saja Ema seperti wanita kebanyakannya, yang suka ngambek gak jelas. Sudah pasti Galen kewalahan. Untungnya, Ema beda dari mereka.
"Pengen nampol tapi sayang," gumam Ema pelan.
"Woi, disapa malah diam aja," tegur Galen.
"Kenapa lama banget sih? Gak biasanya," selidik Ema.
Galen tersenyum dengan deretan gigi, menatap Ema dengan wajah manja.
"Sayang, semalam itu anak-anak pada ngumpul, jadi aku tidurnya kemalaman. Eh, niat bangun pagi malah kesiangan," jelasnya.
Ema tidak ingin ambil pusing, gadis itu lekas naik ke atas motor milik Galen. Disepanjang perjalanan, mereka tidak membahas apa pun. Mood Ema sedang tidak baik, dan ia sangat malas ribut pagi-pagi, Kata Ema, ribut pagi jauh rezeki.
Sepuluh menit lamanya mereka menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai juga.
"Ay, udah nyampe nih," ujar Galen.
Ema turun dari motor Galen, melangkah ke depan. Saat tiba di sana, gerbang sekolah sudah tutup.
"Yah, tutup. Lo sih kelamaan," omel Ema.
"Salah siapa gerbangnya kecepatan ditutup," kilah Galen.
"Debat sama lo gak ada habisnya, capek gue Gal," keluh Ema. Ekspresinya sudah tidak bersahabat.
Sorot mata Ema menganalisir disetiap sudut. Mencari kesempatan untuk masuk.
"Ada pak Hadi gak ya?"
Saat sedang mencari satpam, Galen mengejutkan Ema. Mengajak gadis itu untuk mengikutinya.
"Ikutin aku yok, aku tau jalan rahasia masuk sekolah," ujarnya.
"Agak gak yakin sih, tapi boleh dicoba. Kalau sampe aneh-aneh awas aja!" ancam Ema.
"Gak akan kok, ya udah ayok!"
Kedua-nya berjalanan sambil bergandengan tangan, sangat romantis bukan? Tapi semua itu tak berlangsung lama.
"Eheh, tunggu-tunggu. Kalau kita lewat belakang. Motor kamu gimana Ay?" Ema bertanya.
"Tinggalinlah, pulang sekolah baru diambil. Gak akan ilang gini, kan parkirnya depan gerbang sekolah," jelas Galen.
Ketika semua sudah merasa aman. Mereka kembali melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit
Teen FictionMemiliki trauma yang berat, lalu disembuhkan dengan rasa kasih sayang. Bukan soal percintaan saja, tapi tentang persahabatan juga. Mereka yang memiliki mimpi, bekerja sama untuk meraihnya. Saling menompah satu sama lain, saling memahami dan menyayan...