25. PDKT-an

18 4 0
                                    

"Kamu seperti bintang di atas sana. Indah, namun, sulit untuk ku gapai."_Asep. 

Semakin hari, Ningrum dan Asep semakin dekat. Tidak ada lagi rasa canggung diantara keduanya.

Begitu pula pertemanan mereka, Risa pun, sekarang lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ema dan teman-temannya, hal itu membuat Tika cemburu.

Tika melihat Risa tertawa bahagia bersama Ema dan teman-temannya. Hal yang tidak pernah ia lihat saat gadis itu masih bersama dirinya.

"Ih, awas aja. Gue bakal balas lo Ema!" geramnnya.

Bella mengelus pundak Tika. Menyuruh gadis itu untuk tenang. "Udahlah Tik, biarin aja. Nanti juga dia bakal balik kalau butuh," ujar Bella.

Tika tak merespon perkataan Bella. Ia pergi dari tempatnya, meninggal Bella seorang diri.

"Emang susah dibilangin," gumam Bella.

Di tempat duduk Ema, mereka berkumpul. Saling bercerita satu sama lain. Galen yang sangat mendukung hubungan Asep dengan Ningrum terus memojoki keduanya.

"Eh, eh, tau gak sih. Kayaknya bentar lagi ada yang jadian nih," kompor Galen.

"Wah, siapa tuh?" lanjut Ema.

Pasangan yang sangat serasi, sefrekuensi, mereka bisa menjadi teman, bisa pula menjadi seorang pasangan. Tak banyak orang yang menjalani hubungan seperti mereka, apalagi mereka sangat jarang bertengkar. Kehidupan asmara mereka sangat lucu. Hanya ada pertengkaran-pertengkaran kecil saja setiap harinya, hanya karena kejahilan Galen yang mengundang amarah Ema.

"Ih, apaan sih, gak ada ya. Gak usah ngaco," bantah Ningrum. Ema senyum-senyum sendiri, memainkan alisnya kepada Ningrum. Gadis itu membuang pandangannya ke arah lain. Pipinya sudah memerah, ia tidak ingin jadi bahan obrolan anak-anak Argde geng.

"Halah, sok iya lo Rum, bilang aja mau kan. Gak usah malu-malu, nanti diembat orang lain nangis lo," lagi-lagi Galen mengompori keduanya.

Saat mereka sedang asik bercanda, Arul datang dengan wajah sendu. Belakangan ini, setelah ia putus, sikapnya jadi berubah. Sudah jarang ngumpul, bahkan saat mereka sedang ada diangkringan. Arul tidak bekerja seperti biasanya. Laki-laki itu lebih banyak melamun.

Diki terus mengamati pergerakan Arul. Ketika ia menyadari Arul telah berubah, ia menghampiri laki-laki itu.

"Lo kenapa sih?" tanpa basa-basi, Arul bertanya.

Arul tersadar dari lamunannya, karena kedatangan Diki. "Ha? Em..., gue gak kenapa-napa kok," kilahnya.

Diki ikut duduk disamping Arul. Dari dulu sampai sekarang, Diki sangat hafal dengan tingkah Arul. Bagi Diki, Arul itu seperti adik kecilnya, yang harus ia beri arahan terus.

"Gue tau, lo masih gak terima sama semua ini. Tapi, lo pernah mikir gini gak sih? 'Gue udah disakitin, kenapa gue mau balik lagi ya?' Pernah gak sih Rul?" Arul sontak menggelengkan kepalanya.

"Gak pernah, karena gue benar-benar cinta sama dia, sayang sama dia. Gue juga gak pernah mikir kalau endingnya bakal sama lagi. Salah gue kasih kesempatan kedua?"

"Ini nih, lo bego banget Rul, gue gak ngerti ya. Lo kalau nasehatin teman-teman lo yang putus cinta, atau cerita tentang pasangannya. Lo seakan-akan jadi orang yang paling bijak, tapi nyatanya lo lebih bego dari mereka," kesal Diki.

Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang