31. Awal Dari Semuanya

16 4 0
                                    

"Tawa adalah kebahagiaan yang tak bisa terlupakan."_Ningrum.

Semenjak kenaikan kelas XII, mereka semua mengubah kebiasaan buruk mereka. Galen yang sering membuat guru marah-marah, perilakunya itu ia hilangkan. Tak ada kenakalan yang ia lakukan lagi.

"Huf, ternyata seenak ini kalau gak buat ulah," ujar Galen. Namun, ketenanganya itu dihempas oleh Arul, ia selalu ingin membuat momen yang menyenangkan sebelum keluar dari sekolahnya.

"Aduh Gal, ini tuh momen yang paling indah tau. Tahun depan kita udah gak bisa kayak gini lagi," ucap Arul.

"Lo mah, nakal dibanggain," sahut Diki tiba-tiba.

"Bukan gitu Dik, kita kan harus buat momen yang indah gitu loh. Bentar lagi kita kan lulus, momen kayak gini gak akan kita rasain lagi," jelasnya.

Apa yang Arul katakan ada benarnya, waktu mereka tak lama lagi. Tidak sampai 1 tahun mereka sekolah.

"Oke, kalau gitu, mari kita nikmati hari-hari terakhir ini," ucap Galen dengan semangat.

Roby menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku para sahabatnya. Semenjak kejadian waktu itu, Roby lebih banyak diam, dan menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Ia tidak ingin memikirkan hal yang akan menyakiti hatinya.

Ema dan Ningrum sibuk dengan handphone mereka masing-masing. Asep yang baru masuk ke dalam kelas, lelaki itu langsung menghampiri Ningrum.

"Yang, kamu lagi sibuk gak?" Ema yang berbeda disebelah Ningrum, berdeham. Ningrum menyadari aksi Ema. Gadis itu langsung menyuruh Ema untuk pergi sebentar.

"Em..., Ma maaf banget, gue bukannya mau ngusir  lo. Ada hal penting yang harus gue omongin sama Asep," Ningrum berbisik pada Ema.

Ema pun tidak merasa keberatan sama sekali, gadis itu segera pergi. Dan menghampiri pacar dan temannya.

"Ada apa Sep?" tanya Ningrum.

"Binggung mau cerita dari mana dulu," Asep seperti orang kehilangan arah.

"Kamu kenapa sih?" lagi-lagi Ningrum dibuat binggung dengan tingkah laku Asep.

"Yang, kalau misalnya aku gak di sini lagi. Apa yang akan kamu lakukan?" Ningrum menaikan satu alisnya, pertanda bahwa ia membutuhkan jawaban.

"Maksudnya? Kamu kenapa jadi ngaco gini sih?"

Asep mencoba menjelaskan semuanya pada gadisnya, kenyataan itu memang pahit. Namun,harus dikatakan.

"Aku serius Yang, Papah nyuruh aku pindah keluar nengri," jelas Asep.

Ningrum menggelengkan kepalanya, membantah semua ucapan yang terlontar dari mulut Asep.

"Gak! Kamu pasti bercanda, mau kasih aku kejutan ya?" Meskipun sedikit kecewa, Ningrum masih tetap tersenyum.

"Aku gak bercanda yang, aku serius. Aku bukan Galen yang sering bercanda," jawabnya.

"Tapi, kenapa?"

"Aku minta maaf sama kamu," Asep tidak tega melihat Ningrum. Gadis itu menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang