"Orang sirik itu banyak, tapi orang yang bisa memahami kita sedikit."_Roby.
Pagi ini Ema datang dengan tumpukan dokumen ditangannya. Gadis itu tak menunggu Galen yang sedang memarkirkan motornya. Ia pergi dan meninggalkan sang kekasih sendirian.
"Gue harus nyusun berkas ini lagi, semalam gue kecapeaan banget, jadi gak sempat," ujarnya pada dirinya sendiri.
Ema jalan tidak lihat-lihat, tiba-tiba Tika dan dan kedua temannya menabraknya.
"Ups, sory gak sengaja, salah siapa jalan gak pake mata," ujarnya. Sorot matanya menatap tajam ke arah Ema.
Ema yang tidak ingin diolok-olok lagi, ia pun melawan Tika. Baginya sudah cukup dirinya dihina.
"Bukan gak sengaja, emang niat lo pengen cari gara-gara sama gue. Gak capek apa hidup lo gangguin orang terus?" Ema membersihkan kertas-kertas yang berserakan dilantai.
Tika hanya melihati Ema, gadis itu tersenyum penuh kemenangan. Membanggakan diri atas apa yg ia lakukan.
"Kayaknya lo butuh bantuan, mau gue bantuin gak?" suara Tika membuat Ema mendongakan kepalanya ke atas.
"Gak usah makasih!" tegas Ema.
Saat mereka sedang sibuk, dan Ema membersihkan berkasnya. Galen datang diantara mereka, melihat itu. Emosi Galen pagi-pagi seperti ini sudah memuncak.
"Yang nyuruh kalian gangguin cewek gue siapa? Lo ya Tika, gak ada udahnya gangguin Ema. Muak lama-lama gue ngeliat lo, gak ada harga dirinya banget ngejar cowok. Kodrat cewek itu dikejar, bukan mengejar," tutur Galen. Kata-kata yang terlontar dari mulut Galen membuat Tika sakit hati. Semua itu ia lakukan agar gadis itu tak mengejarnya lagi dan tidak menganggu hubungannya dengan Ema.
Tika mematung, matanya memerah, tanpa memperdulikan Tika. Galen mengandeng Ema, membawa gadisnya masuk.
"Lo gak lawan perlaku Tika sama teman-temannya?"
"Bego aja gue gak lawan. Lo pikri gue cewek yang menyek-menyek, yang harus bilang ke pacaranya kalau digangguin? Ngadu gini, ayang aku digangguin dia. Masa tadi aku dikata-katain ayang. Cih, najir, gak ada sejarahnya dalam hidup gue," bantah Ema.
"Good, ini baru pacarannya Galen. Tapi, kadang gue malah kasian sama diri gue sendiri Ma," curhat Galen.
Ema mengerutkan keningnya, binggung dengan kata yang barus saja Galen lontarkan. "Kenapa lo jadi binggung?" Ema bertanya.
"Iya, lo terlalu mandiri, gue sebagai cowok lo kayak gimana gitu," balasnya.
"Gak usah lo pikirin soal itu, semandiri apapun gue, tetap aja gue butuh lo Galen."
Tak ada lagi pembahasan yang mereka bicarakan. Ema pun duduk manis, menyapa teman-temannya.
"Hai guys," sapanya.
"Wih tuan putri udah datang, pangerannya mana?" Arul sangat suka mencari masalah. Jika sehari saja tidak membuat orang emosi. Rasanya ada yang kurang.
"Apa lo nanya-nanya gue," celetuk Galen tiba-tiba.
"Gak papa, nanya aja, emang gak boleh apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit
Teen FictionMemiliki trauma yang berat, lalu disembuhkan dengan rasa kasih sayang. Bukan soal percintaan saja, tapi tentang persahabatan juga. Mereka yang memiliki mimpi, bekerja sama untuk meraihnya. Saling menompah satu sama lain, saling memahami dan menyayan...