16. Hal Langka

33 6 1
                                    

"Semua butuh waktu untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin."_Arul. 

Semua pengunjung sudah tidak ada lagi. Jam menunjukkan pukul 21.30 anak-anak Argde Geng pun menutup angkringan mereka. Hanya dihari minggu angkringan Argde tutup jam 22.15, dihari biasanya hanya sampai jam 21.30 saja. Karena mereka masih sekolah, jadi butuh waktu untuk istirahat.

"Kalian udah pada makan belum?" Tanya Ema. 

"Belum, kebetulan kita lapar  Ma," sahut Arul.

"Ya udah, kalian duduk sini dulu ya, gue buatin kalian makan." Ema pergi dari tempat mereka. Kembali ke dapur angkringan.

Wajah Ema begitu cantik, saat rambutnya disanggul. Auranya sangat beda seperti biasanya. Dengan lihai ia memasak, sosok seorang Ibu terlihat jelas dari mimik wajahnya.

Sekitar lima menit, hidangan itu sudah siap. Ema membawa nampan yang berisi makanan dan minuman.

"Wah, makan masakan Ema. Btw besok lo bawain bekal apa?" Arul seperti orang yang tidak tahu malu, Ema sudah seperti Saudaranya sendiri.

"liat aja besok, emangnya kalian mau dibuatin apa?" Ema mengeluarkan buku kecil, untuk menghitung pemasukan dan pengeluaran angkringan mereka.

Penglihatan Ema tidak jelas lagi, akibat matanya sering terkena cahaya laptop. Mau tidak mau gadis itu harus memakai kaca mata.

"Bentar ya, gue mau ke  dalam dulu," pamit Ema.

"Ngapain?" tanya Galen.

"Ngambil mata tambahan," cetus Ema.

"Mata lo ada berapa Ma? Kok kayaknya banyak banget," Arul bertanya dengan heran.

"Iya, ada banyak, jadi kalau Galen macam-macam mata-mata gue ada banyak." Setelah berucap gadis itu melangkah pergi. Meninggal Galen dengan tatapan binggungnya.

"Sejak kapan Ema jadi cemburuan gini ya?" Galen mengaruk teguknya yang tak gatal.

"Wajah Gal, soalnya banyak yang mau deketin lo. Bayangin aja kalau lo di posisi Ema. Pasti lo ngelakuin hal yang sama, apalagi tadi Tika pake gandeng tangan lo segala kan. Gimana dia gak cemburu coba?" ujar Roby.

"Iya juga sih By, gue harus lebih tegas lagi. Ini soal perasaan," balas Galen.

Tak lama, Ema kembali ke tempat mereka. Ema benar-benar berubah, biasa ia tidak pernah menggunakan kaca mata di depan orang lain. Kali ini ia menggunakannya, semakin lama kesehatan matanya menurun.

"Masya Allah, cantik banget," puji Arul.

"Biasa aja tuh," balas Ema santai.

"Sumpah, kali ini Ema cakep banget, kayaknya ganti stelan sabilah ya, biar gak ada lagi yang dekatin Galen," saran Arul.

"Gue setuju," jawab Galen, Diki, dan Roby kompak.

"Apaan sih kalian, udah abisin makanannya terus pulang, udah malam. Besok kalian harus sekolah kan?" Ema kembali membuka pembukuan angkringan.

Keempat lelaki itu pun tak menganggu Ema lagi. Mereka lekas menghabiskan makanannya, lalu berpamitan pulang.

"Kita pulang dulu ya Ma," pamit Roby.

Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang