37. Cuek

19 2 0
                                    

"Aku menghabiskan banyak waktu untuk dirimu. Tapi, kenapa kamu tiba-tiba berubah? Kamu yang ku kenal dengan hangat. Kini berubah jadi orang yang tak mengenal diriku. Mengapa?_Ema.

Setelah tidak masuk kemarin. Hari ini Ema memutuskan untuk masuk, ia sangat bosan di rumah seorang diri.

"Yey, hari ini gue sekolah. Akhirnya, gue ketemu mereka lagi. Gak sabar." Gadis itu berlari ke luar rumahnya. Memesan ojek online.

Senyumannya terpancar hari ini, setelah kemarin sempat menghilang. Sekitar sepuluh menit lamanya, ia menempuh perjalanan. Akhirnya ia sudah sampai juga, tepat saat ia masuk gerbang. Ia melihat teman-temannya yang berada di parkiran.

"Hai semua," sapanya.

Yang lain tak menyadari kehadiran Ema. Tapi, Arul. Lelaki itu menyadari kehadiran gadis itu.

"Hai Ma, udah sembuh?" Ema hanya mengangguk sebagai jawaban.

Saat Ema hadir, Diki hanya memberikan senyuman. Sedangkan Roby, langsung pergi ketika Sonia memanggil namanya. Tanpa peduli akan adanya Ema. Galen, laki-laki itu seolah tak peduli. Menyapa kekasihnya pun tidak.

"Gue duluan ya," pamitnya. Lelaki itu melangkah menuju kelas.

"Rul, Ma, gue juga duluan ya," pamit Diki.

Ema hanya bisa diam melihat perubahan pacar dan teman-temannya.

"Kok cuek sih? Gue gak berarti lagi apa ya? Padahal waktu itu Roby bilang, gimana kalau Argde Geng gak ada gue. Dia juga yang bilang, kalau gue warna dalam hidup kalian. Tapi, kenapa berubah?" masih pagi. Tapi, Ema sudah mengundang hujan dimatanya.

Arul langsung mengusap pundak Ema dengan hangat. Lelaki itu meyakinkan Ema, bahwa mereka akan kembali seperti dulu lagi.

"Udahlah, gue yakin. Semuanya pasti bakal balik lagi kayak dulu. Sekarang, kita pikirin gimana caranya ya, jangan sedih lagi dong. Entar, muka lo tambah jelek," kebiasaan Arul yang suka menghibur orang lain. Walaupun kadang, ia ingin sekali marah pada teman-temannya. Memaki mereka semua, bahkan Galen, orang pertama yang ingin ia marahi. Karena telah membuat Ema merasa sendiri lagi.

"Gue harap, semua kembali seperti semula," inginnya. Bukan hanya Ema. Arul pun menginginkan hal yang sama.

"Ya udah yok, masuk kelas. Pasti di kelas ada Ningrum yang udah nungguin lo."

Tak menolak atau pun membatah, Ema mengikuti ajakan Arul.

Awal ia melangkahkan kaki. Suasana kelas seperti asing baginya, padahal baru sehari ia tidak berada di tempat ini.

"Kok, gue ngerasa jadi anak baru ya?" sedikit kekehan. Ia tidak ingin terlihat sedih di depan Arul lagi. Meskipun lelaki itu menyadarinya.

"Udahlah, masuk aja. Ngapain lo pikirin. Kalau pun mereka ngejauhin lo, masih ada gue yang bakalan nemenin lo, bahkan ngejaga lo. Gak usah takut ya." Ema tersenyum pada Arul. Arul memang keras kepala, namun, ia tahu bagaimana cara menilai seseorang dengan baik. Bahkan ia tak akan meninggalkan orang itu.

"Makasih ya, di saat yang lainnya pergi. Lo memilih untuk tinggal," mungkin hanya seulas kata-kata yang Ema lontarkan. Namun, terdapat banyak makna dalam kalimat itu.

Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang