03 - Oh, Bayi Sahej?

151 9 205
                                    

"Sayang,"

Pria ini menoleh mendengar panggilan itu. Di ambang pintu, seorang wanita berdiri menyandar sambil memasang wajah cemberutnya. Hal itu malah membuat pria berkemeja biru tua itu terkekeh pelan.

"Ada apa, Sayangku?"

Dengan langkah yang agak bedebum, wanita itu masuk dan mendudukkan dirinya di meja depan pria tersebut.

"Ada apa, hm? Kau butuh sesuatu?" tanya pria itu lembut.

"Kau selalu saja sibuk bekerja. Viju, aku juga ingin menghabiskan waktu denganmu, tapi kau terus saja bertatap-tatapan dengan laptopmu itu. Memangnya secantik apa dia sampai kau lebih memilihnya daripada aku?" oceh wanita itu dengan tangan yang disilangkan di depan dada.

Pria itu, Vijay, mengacak-acak gemas rambut wanita yang merupakan istrinya itu. "Ah, jadi ada yang cemburu dengan laptop?" katanya sedikit meledek.

"Aku tidak cemburu, Tuan. Aku hanya khawatir, ketika semua perempuan di dunia ini cemas suaminya melirik perempuan lain, tapi suamiku ini malah meliriknya pada benda kotak datar bernama laptop," balas Saanvi yang nada bicaranya dibuat seolah-olah sedang tersakiti.

Vijay terkekeh sekali lagi, lantas menutup laptopnya itu dan memutar duduknya agar fokus menghadap istrinya. "Jadi, kau mau melakukan apa sekarang?"

Mata Saanvi langsung berbinar-binar. Dengan gerakan cepat, dia berlari keluar dan masuk tak lama setelahnya sambil membawa ponsel.

"Ada yang mau aku tunjukkan padamu," ujar Istri Vijay itu. "Lihat ini, manis sekali, bukan? Kau mau membelikannya untukku?" lanjutnya sembari menatap suaminya dengan pupil mata yang membesar.

Vijay mengernyit, "Baju bayi? Sayang, kita kan tidak punya bayi. Lalu untuk apa kita beli itu?"

"Kan nanti juga kita pasti punya bayi. Kita beli saja, persiapan untuk bayi kita nanti. Kau mau, ya? Ya, ya, ya ...? Ayolah," Saanvi memasang wajahnya yang paling imut. Padahal meski tidak begini, apa pun yang menjadi keinginannya pasti akan dituruti oleh suaminya itu.

"Baiklah, baiklah. Kita beli baju bayi itu. Kau mau berapa? Satu? Dua? Atau satu lusin? Atau kita beli setoko-tokonya sekalian?" tanya Vijay setengah bercanda.

Saanvi membolak-balikkan bola matanya. "Sombongnyaa," katanya pura-pura kesal, tetapi Vijay justru tertawa mendengar itu. "Beli satu saja, tapi nanti kita beli yang lainnya juga. Bagaimana? Kau setuju, kan?" kata Saanvi ceria.

"Apa pun untukmu, Sayang. Sekarang kau mau apa lagi?"

Saanvi meringis, memperlihatkan senyumannya yang manis itu. "Bagaimana kalau kita---"

Tok

Tok

Tok

Gangguan itu menghentikan ucapan Saanvi. Dia dan Vijay menoleh ke arah pintu, di mana di sana berdiri seorang gadis yang sedang menyandar di pintu dengan wajah juteknya.

"Sadhvi, ada apa?" tanya Saanvi.

Gadis bernama Sadhvi itu mengeluarkan permen lollipop dari mulutnya. "Dad memanggil kalian," katanya datar.

Vijay dan Saanvi saling memandang. Mereka seperti berunding lewat tatapan itu, tapi jelas saja hanya mereka yang mengerti.

"Ada apa?" tanya keduanya hampir bersamaan.

"Hal penting katanya," jawab Sadhvi tanpa memperhatikan lawan bicaranya. Adik Saanvi yang bertubuh tinggi kurus itu kembali fokus memainkan ponselnya sambil memakan lollipop itu.

Sepasang suami-istri itu saling tatap selama beberapa saat, sebelum akhirnya berdiri dan bergandengan tangan keluar. Sadhvi terus menatap layar ponselnya sampai kedua orang yang merupakan kakak dan kakak iparnya itu melewati dirinya.

Welcome, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang