11 - Salah Paham

82 10 191
                                    

"Adi Sayang, bayi siapa itu?"

Aditya bergidik ngeri. Entah mengapa aura mistis dari pertanyaan Sandhya begitu terasa, sampai-sampai bulu kuduknya berdiri semua, sementara dirinya hanya bisa terdiam kaku di tempat tanpa bisa bergerak maupun mengatakan satu patah kata saja.

"Aryan, Sayangku, apa itu bayimu? Kau bilang kita akan punya anak bersama-sama, dan yang hamil aku, lalu apa itu? Kau membelah diri?"

Aryan merinding. Angin dingin rasanya meniup seluruh bagian tubuhnya hingga menembus kalbu, eh, maksudnya tulang.

Zavier di sebelah kanan Aditya sudah tertawa terpingkal-pingkal seorang diri, sedang Sahej di sebelah kiri Aryan masih terbengong-bengong.

"Adi Baby, apa kau sekarang cosplay Barfi? Kenapa diam saja?" Sandhya kembali bersuara. Sepasang mata tajamnya itu menatap Aditya, menjadikan Aditya lemas tak bertenaga dan ingin segera berlari ke pelukan Ibunya di India.

"Aryan, mulutmu masih berfungsi, kan? Apa perlu aku charge dulu?"

Aryan menggeleng kuat-kuat. Kini dia sadar, diam tak ada gunanya. Malah suasana akan semakin bertambah mencekam jika dirinya tak segera memberi klarifikasi. "H-H-Haseena, b-bayi ini ... bayi ini bukan milikku," ujarnya terbata.

"Juga bukan milikku," tambah Aditya.

"Lalu milik siapa?" sahut Sandhya dengan suara teramat tenang, tapi sungguh, Aditya akan lebih senang kalau Sandhya berubah jadi Hulk saja daripada harus bertanya dengan tatapan mematikan seperti ini.

"S-Sandy, dengarkan aku. Bayi ini bukan milikku, tapi milik Zavier," kata Aditya sebisa mungkin mencoba biasa saja.

Zavier masih tertawa terpingkal-pingkal meski sudah dituduh. Sambil berusaha menghentikan tawanya, dia berkata, "Sandy, yang menggendong bayi itu dan membawakan barang-barangnya adalah kekasihmu dan kekasih Haseena, jadi mana mungkin itu bayiku?"

Sandhya mengembalikan tatapan mematikannya pada Aditya yang kini menggeleng.

"Sandy, aku ini seorang pria, aku tidak punya rahim, jadi bagaimana mungkin aku bisa melahirkan. Iya, kan?" Aditya masih berusaha memasang wajah ceria, meski sia-sia.

"Kau memang tidak bisa melahirkan, tetapi gadis yang kau kencani kan bisa," celetuk Aryan polos.

Aditya melotot dan nyaris menjitak kepala Aryan jika posisinya sedang tidak menggendong bayi itu. Sementara Sandhya, dia mulai terisak-isak palsu tanpa air mata. Dia sedih, sedih sekali malah, tapi pabrik air mata dalam dirinya memang payah. Selalu saja menggagalkan cita-citanya yang ingin menangis.

"Apa jangan-jangan sebenarnya itu bayimu, Aryan? Kau mengkhianatiku? Kau bermain dengan wanita lain di belakangku?" Haseena juga terisak-isak palsu ketika mengatakan itu, tapi sama, tidak ada air mata yang keluar. Karena sama seperti Sandhya, dia tak bisa menangis.

"Tidak, Hasu. Aku bersumpah atas nama Zavier, itu bukan bayiku," kata Aryan bersungguh-sungguh, tak lupa ia menempelkan tangannya ke kepala Zavier.

"Nanti aku bisa mati, Bodoh!" kesal Zavier sambil menyingkirkan tangan Aryan dari kepalanya.

"Aku sungguh tak percaya kau melakukan hal ini padaku, Adi!" seru Sandhya masih dengan isakannya.

Welcome, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang