20 - Aryan Selingkuh?

58 8 111
                                    

Zavier tidak tahu, amalan apa yang ia lakukan sampai membuatnya kedatangan Haseena dan Sandhya ke tempat kerjanya. Selesai bertemu Harleen dan curhat tadi, dia memang langsung pergi bekerja. Tengah malam sudah lewat dan dia mulai mengeluh ketika kedua bidadari itu datang.

Sekarang, mereka berdua sudah mabuk berat. Tentu saja, mereka sudah menghabiskan hampir satu botol minuman beralkohol. Untuk mereka yang tidak biasa, itu sudah jumlah yang sangat besar.

"Aku mau menari sampai pagi, aku mau cari pacar baru di aplikasi kencan," racau Haseena dari tadi.

"Di sini ada banyak pria, Hasu. Kenapa harus repot-repot cari di aplikasi? Nanti kuotamu malah habis lagi," balas Sandhya.

Zavier cengar-cengir sendiri walau masih tak paham masalah apa yang menimpa kedua gadis itu. Keduanya tak mau cerita meski sudah ditanya. Saat baru tiba saja mereka sudah menodong Zavier, memaksa pria itu memberikan minuman.

"Zavier, kau mau selingkuh denganku, tidak?" tanya Haseena dengan suara yang tidak jelas.

"Haseena, kita ini gadis baik-baik, jangan selingkuh," sahut Sandhya.

Zavier geleng-geleng, lalu kembali tersenyum lebar. "Kenapa harus selingkuh? Putuskan saja Aryan, jadi kita tidak perlu jadi selingkuhan dan dianggap buruk di mata dunia," usulnya.

Haseena dan Sandhya mengangguk-angguk. Dalam kondisi ini, mereka pasti tidak mengerti apa yang Zavier katakan, Zavier juga tahu itu, tapi dia tak peduli.

"Zav, maukah kau jadi kekasihku juga? Adi bisa begitu, jadi aku juga harus bisa," racau Sandhya.

Zavier menyengir lebar-lebar. Satu botol, dua gadis terpikat. "Ya, ya, tentu. Sekarang kita pergi dari sini? Sebentar lagi pagi."

Keduanya mengangguk-angguk saja, lalu mengikuti ajakan Zavier. 

Di waktu yang sama, di tempat berbeda, Harleen tengah mengusap-usap bahu gadis yang terisak-isak sambil menyandar di pundaknya. Gadis itu adalah Saira, yang satu jam lalu ia jemput dari restoran.

Sambil terus menenangkan Saira yang tak tahu kenapa, Harleen melamun. Apa ini wujud dari pepatah 'ucapan adalah doa?'. Saat itu, aku asal saja bilang pada Zavier kalau Saira adalah putriku, dan sekarang, Saira datang padaku, menangis, seperti anak kecil yang mengadu pada ibunya setelah mainannya dirusakkan teman, batinnya.

Harleen menggeleng menyadarkan dirinya dan menyengir. Saat melihat ke sisinya, Saira sudah tidur. Sekarang ia merasa benar-benar punya bayi besar.

Gadis itu pun memindahkan Saira dengan hati-hati ke sofa agar tidurnya lebih nyaman. Kenapa tidak ke tempat tidur? Kebetulan sofa ini ukurannya besar, Harleen juga lebih sering tidur di sini daripada di kamarnya.

Selesai. Sekarang, Harleen duduk di samping sofa, memandangi wajah tidur Saira. Otaknya terus bertanya-tanya, apa yang membuat Saira menangis? Gadis kejam ini bisa menangis juga?

"Ish, dasar bodoh! Kenapa aku malah melamun di sini? Navin pasti panik mencari-cari Saira. Aku harus mengabarinya," oceh Harleen saat tersadar dari kegiatan melamunnya.

Di tempat berbeda, yang Harleen prediksi benar terjadi. Navin saat ini tengah panik luar biasa karena tak menemukan Saira. Sudah berjam-jam ia berkeliling, tapi gadis itu tetap tak ketemu.

Welcome, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang