18 - Kemeja Penuh Warna

54 8 119
                                    

Sejak pulang dari rumah para pria playboy itu pagi tadi, Saanvi hampir tidak berbicara. Meski Vijay terus mengoceh sampai mulutnya nyaris berbusa, istrinya itu hanya menanggapi dengan gelengan, dehaman, atau malah tidak sama sekali.

Vijay tahu, Saanvi pasti masih ingin mengadopsi bayi tadi, Alia. Dia juga setuju-setuju saja dan tidak masalah dengan hal itu, tapi dia juga tak tahu harus bagaimana kalau pemilik bayinya tidak mau.

"Kau ingin mengadopsi Baby Alia?" tanya Vijay pada Saanvi yang saat ini melamun di balkon kamar mereka.

Saanvi menoleh ke arah Vijay yang baru datang, kemudian mengangguk pelan.

Vijay menghela napas panjang. "Tapi mereka tidak mengizinkan bayinya diadopsi."

"Kita minta bantuan Rasika dan Nick? Mereka kan tetangga," saran Saanvi.

Vijay menatap Saanvi. "Tapi ... apa kita tidak cari bayi yang lain saja? Yang statusnya lebih jelas, agar nanti di masa depan kita tidak terkena masalah juga," ujarnya mencoba menawar.

"Aku hanya mau Alia ..." pinta Saanvi memelas.

Vijay tersenyum kecil, kemudian menggenggam kedua tangan Saanvi. "Iya, nanti kita usahakan, ya? Kau tidak perlu risau."

***

Racquel saat ini menemani Saira makan. Tempat duduk mereka ada di pojok, tapi tetap bisa melihat Navin dan kedua gadis itu dengan jelas. Saira tadi memang sudah makan, tapi sekarang makan lagi dengan tak kalah lahap hanya karena melihat Navin tampak akrab dengan kedua gadis asing itu.

"Eh, gadis itu ..." ucap Racquel tiba-tiba. Kata-katanya menggantung dan matanya tak lepas dari salah satu gadis yang bersama Navin. "Dia yang kemarin kejar-kejaran dengan temannya Sahej," lanjutnya.

"Kejar-kejaran bagaimana?" tanya Saira penasaran.

"Bayi yang keracunan susu basi saat itu bukan bayi milik temannya Sahej, ...." Cerita mulai mengalir dari bibir Racquel, persis seperti apa yang ia dengar dari Sahej dan teman-temannya tempo hari.

"Gadis bernama Sandy itu kekasih Aditya," tutup Racquel pada ceritanya.

Saira kembali cemberut. "Terserah, aku tidak peduli."

Racquel mengedikkan pundak dan mengambil ponselnya di meja. Entah apa yang ia lakukan, yang pasti ia senyum-senyum sendiri sambil mengetik.

Saira yang penasaran mencoba mengintip, tapi tak bisa melihat dengan jelas sebab posisi mereka berhadapan. Saira tak punya kemampuan membaca tulisan yang terbalik, apalagi tingkat kecerahan layar ponsel Racquel sangat buruk. Maksudnya, gelap sekali.

"Sedang menghubungi siapa?" Saira pada akhirnya memilih bertanya langsung daripada dilanda rasa penasaran yang tak berkesudahan.

"Sahej. Aku bilang kalau kekasih kedua temannya ada di sini, siapa tahu Aditya dan Aryan mau datang membujuk kekasih mereka yang marah," jawab Racquel dengan polos dan bangga.

Saira seketika ternganga. Belum sempat dia melayangkan protes, tapi sebuah suara terdengar memanggil Racquel.

"Racquel!"

"Sahej," Racquel langsung berdiri dan tersenyum bahagia. "Kau cepat sekali?" tanyanya sedikit malu-malu.

"Kami tadi memang sedang berada di perjalanan ke supermarket," jawab Sahej yang juga tersenyum lebar-lebar.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain sambil mengembangkan senyuman. Di sisi Sahej, Aryan cengar-cengir sendiri menyaksikan sembari menggendong Baby Alia, Aditya menunduk, dan terakhir Saira diam datar.

Welcome, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang