04 - Pampers Terbang

126 10 213
                                    

"Kau yang sialan!" seru ketiga teman Sahej serempak.

Setelah berteriak begitu, mereka bahkan tak mau repot-repot membantu Sahej mengambilkan sendok yang terpental. Terpaksa, Sahej menaruh sebentar bayi itu ke sofa dan mengambil sendok tersebut, lalu menyuapkan susunya kembali.

"Dicuci dulu, Bodoh!" rutuk Zavier.

Sahej malah membuat ekspresi mengejek dan kembali menyendokkan susu tersebut tanpa sedikitpun rasa bersalah atau takut nantinya bayi itu kenapa-napa. Ketiga temannya hanya geleng-geleng menyaksikan masih dalam posisi saling merangkul sambil terus memperhatikan gerak-gerik Sahej. Untuk sementara ini, mereka diam dulu karena tak mau bayi itu kembali menangis.

Maka setelah hampir setengah jam, Sahej berhasil menidurkan bayi itu. Susu di gelas itu pun hampir habis. Sepertinya bayinya memang kelaparan, hanya saja keempat pria payah ini tidak mengerti.

"Sekarang apa mau kalian?" Sahej bersedekap dada menghadap ketiga temannya yang seperti bersekongkol memusuhinya.

"Mau kami, kau mengaku kalau itu adalah bayimu," ujar Aditya.

"Dengar, di film Heyy Babyy, Akshay dan teman-temannya mencari satu per satu mantannya untuk menanyakan kalau itu bayinya atau bukan. Dan kita? Kita bahkan belum mencari mantan-mantan kita," kata Sahej.

"Itu sangat sulit, Yaar. Mantanku menyebar di seluruh penjuru kota. Mencari mereka semua akan butuh banyak waktu," balas Aryan setengah mengeluh.

"Memang apa perlunya? Bayi itu kan sudah terbukti milik Sahej," celetuk Aditya dengan santainya.

"Maumu apa sebenarnya? Kenapa terus menuduhku, ha?"

Aditya baru akan menjawab, tapi kalah cepat dengan Zavier. "Tapi Adi ada benarnya juga. Bagaimana kau bisa langsung mengatakan nama bayi itu adalah Saira? Kau sebenarnya tahu nama asli bayi itu, kan?"

Sahej menarik napas panjang-panjang dan menghembuskannya sampai beberapa kali. "Tatto di pergelangan tangan Adi," ucapnya.

Pandangan Zavier dan Aryan langsung tertuju ke pergelangan tangan kiri Aditya, kemudian beralih lagi menatap Sahej. "Tatto Adi kenapa?"

"Tatto itu yang membuatku mendadak kepikiran nama 'Saira'!" jerit Sahej.

"Hei, inisial S di tatto ini artinya Sandhya," Aditya mengklarifikasi.

Klarifikasi itu malah membuat Sahej tertawa keras sampai memegangi perutnya. "Kalau mau berbohong, minimal pakai otakmu," ujarnya diiringi senyuman miring.

Aditya melotot tak terima. "Apa maksudmu?!"

"Dengar, kita sudah saling mengenal sejak lima tahun yang lalu, sedangkan kau baru mengenal Sandhya sebulan lalu, kalian juga baru berpacaran selama sepuluh hari, tapi tatto itu? Tatto itu sudah ada di pergelangan tanganmu sejak pertama kali kita semua berkenalan. Dan sekarang, kau mau mengatakan huruf S itu artinya Sandhya? Aku tidak sebodoh itu, Bro!" ujar Sahej panjang lebar.

Pandangan Aryan dan Zavier kembali terbawa pada Aditya dan tattonya yang ditutupi. Pria jangkung itu menunduk, membuat tanda tanya di kepala Aryan dan Zavier semakin besar saja.

"Dan, satu lagi," lanjut Sahej, membuat Aryan dan Zavier kembali menatapnya serius. "Kenapa kau sejak tadi seperti tak mau menyebut nama 'Saira'? Apa ada yang salah dengan nama itu? Kau selalu saja menggunakan kata ganti ketika harus menyebut nama Saira. Sekarang katakan padaku, Adi, ada masalah apa kau dengan nama itu?"

Aditya menunduk dalam-dalam. Keberaniannya untuk melawan Sahej beberapa saat yang lalu bagai hilang terbawa ombak. Entah apa yang pria itu pikirkan, hingga membuatnya seperti tak punya keberanian menatap ketiga sahabatnya.

Welcome, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang