21 - Perang dan Kegilaan

105 10 136
                                    

"Haseen---hmmmpth---" Mulut Sahej dibekap dari belakang dan diseret menjauh ke halaman sebelum sempat melangkah masuk. Pelakunya sudah pasti adalah Aryan.

"Apa-apaan kau ini?!" protes Sahej.

"Untuk apa memanggil Haseena? Dengar, yang menelponku ini adalah sepupuku, sepupuku!" desis Aryan tajam.

"Oh, ya?" Sahej menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Apa buktinya kalau itu sepupumu?" tantangnya.

Aryan menunjukkan layar ponselnya. "Baca sendiri, namanya Kanha!"

Sahej menggeleng. "Tidak, tidak, tidak. Itu pasti Radha atau Rukmini. Kanha hanya nama samaran darimu. Lagipula sejak kapan kau punya sepupu namanya Kanha?"

Aryan menggeram kesal. "Sejak dia lahirlah!"

Sahej masih menatap Aryan tidak percaya. Dengan terpaksa, Aryan memberikan ponselnya pada Sahej. "Cek sendiri!"

Tanpa menunggu lagi, Sahej menekan kontak bernama Kanha itu dan menempelkan ke telinganya.

"Bagaimana, Kak? Setuju?"

Sahej langsung menjauhkan ponsel Aryan dari telinganya, menatap aneh benda di tangannya itu. "Suara laki-laki?"

Aryan bersedekap dada dengan angkuhnya. "Bukankah sudah kukatakan yang menelponku adalah sepupuku?!" sungutnya.

Sahej masih terlihat tak percaya. Kembali ia tempelkan ponsel itu ke telinganya. "Kau siapa?" tanyanya.

"Kau yang siapa? Aku Kanha," jawab suara di ujung telepon. 

"Oh, baiklah, maaf." Sahej mematikan sambungan teleponnya dan dengan ogah-ogahan mengembalikan ponsel itu pada pemiliinya.

Aryan menatap Sahej sinis sambil menerima ponselnya. "Kanha menelponku sejak semalam seperti rentenir menagih hutang, tentu saja aku kesal," ceritanya sebelum diminta Sahej.

Sahej langsung terkekeh. "Kenapa? Kau pinjam seratus padanya dan tidak kau kembalikan?" ejeknya.

"Bodoh! Dia ingin datang ke sini dan tinggal bersama kita."

"Izinkan saja, apa masalahnya?" ujar Sahej.

"Yaar, masalahnya adalah ..." Aryan menghentikan kalimatnya dan menarik napas dalam-dalam, sedikit terengah-engah seperti orang sesak napas.

"Hey, kenapa kau ini? Apa masalahnya?" sahut Sahej.

Sekarang Aryan menghembuskan napasnya panjang. "Masalahnya adalah dia tertular Adi! Dia mau kabur dengan kekasihnya dan datang ke sini!" jelasnya begitu menggebu-gebu.

Mendengar kata 'kekasih', senyum di bibir Sahej mengembang. "Itu sama sekali bukan masalah. Malah bagus, jadi akan ada makhluk cantik untuk dipandang. Bosan sekali aku melihat wajah-wajah kalian."

Aryan kembali mendengus. "Masalahnya bukan itu, Yaar!" serunya semakin terlihat putus asa.

"Lalu apa, Sayangku?" tanya Sahej mencoba sabar.

"Masalahnya ...." Aryan menggantungkan kata-katanya dan terlihat sangat putus asa.

Sahej yang sudah tidak sabar pun berdecak, "Masalahnya apa? Jelaskan!"

Aryan kembali menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Entah sudah berapa kali saja adegan ini dia lakukan.

"Pertama, kekasih sepupuku itu punya lima kakak laki-laki yang kejam. Lima, bayangkan! Kanha bilang, siapa pun yang berani mendekati adiknya itu, harus menghadapi mereka semua. Kedua, gadis itu sudah dijodohkan sejak sebelum dia lahir, seperti anaknya penjahat di cerita sebelah. Ketiga, keluarganya juga kejam dan sangat berpengaruh. Dan keempat, sepupuku berencana kabur karena gadis itu akan dinikahkan. Mengerti?"

Welcome, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang