25: Tes DNA?

38 4 105
                                    

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Haseena panik.

Bukannya menjawab, Sahej buru-buru bangkit dan bersembunyi di belakang tubuh Haseena. "Gadis psycho itu memukuliku," adunya memelas.

Pandangan Haseena jatuh pada gadis yang ditunjuk Sahej. Maitri, dia dengan wajah datarnya tetap duduk menatap Sahej dan Haseena.

"Kenapa kau memukulinya? Dia adalah pria yang manis. Dia salah apa padamu?" tanya Haseena.

Maitri tersenyum. "Dia kekasihmu?"

Haseena terkesiap. Kekasih? Tentu bukan. Tapi kalau dia jujur, apa mungkin gadis itu tak mau melepaskan Sahej?

"Dia kakakku," ucap Haseena.

Mulut Sahej menganga. Kakak? Apa dia terlihat seperti kakaknya Haseena? Menyedihkan sekali.

"Oh." Maitri bangkit dari duduknya dan mendekat, membuat mulut Haseena ternganga dengan sendirinya. Gadis ini tinggi sekali. Sekarang bagaimana caranya menyelamatkan Sahej? Bagaimana kalau dia malah dipukuli juga?

"Dia sudah menuduhku membuang bayi di depan rumahnya. Dia pikir aku ini apa?" ucap Maitri masih dengan suara tenang.

Haseena menoleh pada Sahej yang menggeleng. "Kau kan mantan pacarnya Aditya, jadi kau salah satu tersangka," ujarnya.

Maitri berdecak. "Aditya? Aditya Srivastav?"

Sahej dan Haseena mengangguk kompak.

"Dia itu pria payah. Dia bahkan tidak berani berciuman, lalu bagaimana caranya punya bayi? Di-download dari play store?" kata Maitri jengah.

Haseena dan Sahej cengengesan sambil menatap satu sama lain. Mereka harus menertawakan Aditya karena payah atau malah memujinya karena tidak sesat? Oh, baiklah, lupkan. Lebih baik sekarang mereka minta maaf dan pergi.

"Baiklah, maaf kami sudah mengganggu. Kami pergi dulu," pamit Haseena.

Sahej masih tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengikuti ke mana langkah Haseena. Setelah sedikit menjauh, kedua teman Sahej, Aryan dan Zavier, berlarian menghampiri Sahej. Lebih tepatnya, mereka ingin menghampiri Haseena.

Tetapi Haseena langsung melengos dengan malas. "Sahej, aku pergi dulu, ya," pamitnya.

"Eh, Haseena, tunggu!" cegah Aryan dan Zavier. Namun, sia-sia. Mana mungkin Haseena mau mendengarkan salah satu dari mereka. Mereka pun berakhir mendengus.

"Parah sekali kalian ini, bisa-bisanya Alia ditinggalkan sendiri di sana. Bagaimana kalau tadi ada penculik lewat? Pasti Alia sudah masuk kantung mereka," oceh Aditya yang baru datang sambil mendorong stroller Baby Alia.

Aryan dan Zavier diam saja, tetapi Sahej melayangkan tatapan tajam pada Aditya. "Sekarang aku semakin yakin Alia adalah anakmu," kata Sahej.

"Kenapa? Padahal yang punya lima mantan sekaligus adalah kau," balas Aditya sinis.

"Tapi mereka tidak sebrutal mantanmu! Lihat, pipiku sakit dan merah semua gara-gara si Maitri sialan itu," omel Sahej.

Aditya menahan tawa. "Ya, setidaknya kau tidak perlu bingung menghafalkan 5P."

"Tapi memang benar. Maksudku, mantannya Adi kejam-kejam, dan surat itu juga berisi ancaman," tambah Aryan.

"Bahkan tadi salah satu dari 5P juga ada yang kejam," sahut Aditya ketus.

Welcome, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang