Kabar bahagia soal dirinya yang diajak ikut penelitian oleh Seno langsung Shana sampaikan pada Ibunya sepulangnya ia dari kampus. Rini menyambut haru berita bahagia yang disampaikan anaknya. Dia cukup lega mendengar Shana yang mulai kembali menemukan semangatnya.
Iya saking semangatnya, hanya perlu 3 hari bagi Shana untuk menyelesaikan proposal.
"Besok pagi-pagi, nemuin Pak Seno beres deh." Tuturnya sembari mematikan laptop dan siap tidur.
Tapi petaka itu datang saat tahu-tahu ia bangun disaat jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih 15 menit! Sementara jadwal bimbingam Seno biasa dimulai pukul 8. Shana hanya punya waktu 45 menit untuk bersiap-siap dan tiba di kampus.
Shana baru tiba di kampus pukul 8 lebih sedikit. Ia langsung berlari menuju ruangan Seno yang ada di lantai 2, sambil berharap semoga ia masih mendapat antrian. Dan sialnya, sudah ada 3 orang yang mengantre untuk bimbingan dengan Seno. Artinya ia gagal membawa proposalnya ke depan pria itu hari ini. Dengan lemas ia berjalan turun menuju tempat favoritnya, sekre himpunan.
Baru saja kemarin semangatnya berapi-api, kini sudah mengendur lagi setelah gagal bimbingan untuk kesekian kalinya.
"Lemes amat tuh muka." Galih yang sudah lebih dulu nongkrong di sekre langsung mencibir kehadiran Shana dengan wajah memelasnya.
"Berisik. Aku mau tidur jangan diganggu." Timpal Shana mengambil posisi di sudut sekre untuk merebahkan tubuhnya. Ia sangat mengantuk karena semalam harus begadang untuk menyelesaikan proposal penelitian.
***
"Shan Shan!" Galih menggoyang-goyang tubuh Shana untuk membangunkan.
"Enghhh." Shana yang tidurnya terganggu perlahan membuka matanya, Galih langsung melirik pintu sekre untuk memberi kode.
Shana yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya tidak bisa mengerti apa yang dimaksud oleh lelaki itu.
"Apa sih Gal, kan udah dibilang aku ngantuk." Shana mendorong pelan tubuh Galih agar lelaki itu menjauh. Kembali menghadapkan tubuhnya pada tembok untuk melanjutkan tidur.
Galih panik melihat hal itu, di depan pintu sudah ada dosen yang terkenal paling galak mencari-cari keberadaan Shana.
"Shan!" Panggilnya lagi. "Itu dicariin Pak Seno."
"Hnggg suruh pergi aja. Muak liat wajahnya."
Galih semakin panik, ucapan Shana barusan pasti di dengar jelas oleh si pemilik nama. Bisa dilihat dari wajahnya yang memerah.
"Shan, itu Pak Seno nya di depan." Galih kembali berusaha membangunkan.
"Iya aku males ketemu, suruh pulang aja."
Seno yang tidak ingin menghabiskan waktunya dengan lebih lama menunggu Shana bangun langsung melepas sepatunya dan masuk ke dalam sekre himpunan yang tidak pernah ia injak sebelumnya.
"Shana." Panggilnya langsung.
Mendengar suara yang tidak asing, Shana membalikkan tubuhnya.
"Pak Seno?" Ucapnya penuh kantuk.
"Ya." Sahut Seno pendek.
"Eh Pak Seno!?" Shana seperti baru sadar akan apa yang terjadi. Ia langsung terduduk ketika baru menyadari bahwa yang ada di depannya ini benar-benar Bhakti Aryaseno.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADVOKASI
ChickLitShana begitu ia akrab disapa. Si paling advokasi begitu julukannya. Bagaimana tidak, ini tahun keduanya menjabat sebagai staff bidang Advokasi di Himpunan. Walau hanya seorang staff, kinerja Shana tidak perlu diragukan lagi. Sampai keluar julukan...