Shana punya julukan baru untuk suaminya, pelor alias nempel molor. Hal itu karena semakin kesini Shana semakin sering menemukan Seno yang mudah sekali tertidur kapanpun dimanapun. Yang penting asal ada bagian tubuhnya yang Shana sentuh, pasti Seno akan tertidur.
Bingung kan?
Sama, Shana pun begitu.
Kalau Seno sih beralasan sapuan ringan Shana di lengan atau tangannya terlalu lembut hingga dirinya terbuai kantuk.
Seperti yang terjadi saat ini, Seno tadi minta ditemani menonton sepak bola di ruang tv lantai bawah. Sudah Shana bilang tidak perlu memaksakan menonton bola kalau memang mengantuk, apalagi besok Seno ada rapat pagi-pagi dengan rektor. Tapi pria itu kekeh ingin menonton karena yang sedang bertanding adalah tim favoritnya.
Ya sudah Shana manut saja pada Yang Mulia Bhakti Aryaseno. Termasuk permintaan pria itu yang ingin memakan bubur kacang hijau sambil menonton bola pun Shana turuti. Yang terpenting tidak tantrum, itu saja.
"Hoammm iklan Shan." Ucap Seno memberi informasi yang menurut Shana tidak penting karena Shana pun sudah melihat sendiri.
"Udah jam satu lewat, udah yuk bobo." Bujuk Shana karena tidak sekali dua kali ia memergoki suaminya yang berulangkali mengoap.
"Tanggung Shaaann 45 menit lagi." Tolak Seno, kembali mencari posisi paling nyaman di dekapan istrinya. "Kamu sudah ngantuk? Tidur saja nanti saya gendong."Shana menggeleng, dia punya kebiasaan harus sudah tidur sebelum jam 12 malam. Kalau sudah lewat jam 12 malam, makan dia akan sulit tidur dan berakhir begadang hingga subuh.
"Matanya udah segaris gini Mas Mas." Ledek Shana meniup pelan mata Seno yang sedikit lagi juga akan terpejam.
"Saya kan memang sipit," elak Seno. Pria itu lalu menengadahkan kepalanya untuk bisa mencuri 1 kecupan kilat di bibir istrinya. "Saya ada ide Shan." Ucapnya tiba-tiba mendadak bersemangat. "Mari kita isi jeda antar babak dengan kegiatan favorit saya," seringainya seolah baru menemukan penemuan termutakhir di seluruh dunia. "Make out." Bisiknya pelan.
Shana menepuk bahu Seno seraya tergelak. "Tadi sebelum pertandingan mulai udah, ini lagi?"
Seno mengangguk-angguk polos, "please?" Mohonnya dengan mata berkedip-kedip.
"Just make out ya?"
"Iya sayaangg, kan ini habis ini mau ada bola mana bisa saya 15 menit saja."
Dan setelah itu Shana hanya bisa pasrah, membiarkan Seno meringsek menaiki tubuhnya. Shana seperti dibuat terbuai, sebab kecupan-kecupan basah yang Seno berikan di bibirnya hingga tidak menyadari tahu-tahu bajunya sudah dilepas oleh pria itu.
"Hai?" Sapanya pada dua benda kembar yang sudah ia nobatkan sebagai miliknya sejak malam pertama mereka. "Dua-dua punya saya." Gumamnya diantara desahan Shana yang semakin sulit ditahan. "Shan kamu lihat deh, nen kamu gede sebelah ini. Soalnya saya memang lebih suka yang sebelah kanan Shan. Maaf ya, kiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADVOKASI
أدب نسائيShana begitu ia akrab disapa. Si paling advokasi begitu julukannya. Bagaimana tidak, ini tahun keduanya menjabat sebagai staff bidang Advokasi di Himpunan. Walau hanya seorang staff, kinerja Shana tidak perlu diragukan lagi. Sampai keluar julukan...