dia cantik dan lucu

9 6 1
                                    

Kemarin setelah mendapatkan telepon dari ayah yang kupikir kami akan bertemu tapi hanya harapan, aku tidak tahu mengapa beliau bisa pergi begitu saja padahal dia sempat menghubungiku yang berarti mengingat aku sebagai putranya. Tapi, kami tidak sempat bertemu. Kata bi Iyem berpesan untuk tidak menayakan keberadaan beliau lagi.

Aku hanya bisa menghela napas dan bersabar. Mungkin beliau memiliki alasan lain yang tidak kuketahui.

Kedatangan Avril yang terlihat tidak mood itu membuatku heran. Lalu menyusul seorang pria yang kuketahui namanya adalah Bayu. Dia adalah pria yang paling banyak tingkah di kelas kami dan suka sekali membuat masalah dengan beberapa siswi lain.

Bvyu mengajak Avril berbincang namun dia tidak merespon baik malah terlihat marah. Bahkan pertakaanya sedikit sarkas.

"Bisa diem gak? Cukup diem untuk hari ini gue bener-bener males ladenin lo yang gak ada faedahnya."

Pria itu menurut melihat raut wajah Avril yang sangat marah. Aneh juga rasanya, karena selama beberapa hari aku di kelas dan menjadi teman satu bangku baru pertama melihat kemarahan orang yang diam. Memang menakutkan.

"Nih." Aku menyodorkan coklat kepada Avril yang sudah kembali duduk setelah tadi memarahi Bayu sembari berdiri.

"Makasih ..., tumben lo ngasih coklat. Ada apa?" Mendengar nada riang Jay senang dia kembali senang meski pertanyaan agak menyebalkan.

"Gapapa."

"Boong atau jangan-jangan coklat ini buat orang lain. Terus kenapa kasih ke gue?" Dia bertanya sembari tangannya membuka bungkusan coklat lalu mulai memakannya dengan lahap.

"Kalau gak mau, buang aja!"

"Gak mungkinkan lo sengaja beli coklat buat gue?"

Kenapa dia jadi cerewet begini? Padahal sibuk makan. Dasar cewek moodyan.

"Emang. Lo siapa?" ujarku jengah kemudian memberitahu agar tidak banyak tanya. "Itu coklat dari orang lain, gue kasih karena gak suka coklat." sambungku memberitahu.

Dan benar setelah aku memberi tahu dia tidak bersua lagi, dengan anteng seperti anak kecil dia memakan coklat batang itu dengan lahap.

Aku yang gemas berucap, "Makannya biasa aja, gue gak bakal minta," ujarku dengan tangan yang mendekat ke arah wajah dia untuk membersihkan noda di dekat bibir.

Tidak tahu sejak kapan dia menatapku, kami saling menatap, dengan lancang ku teliti wajah cantik yang hanya memoleskan sesuatu di bibir tebalnya dengan warna pink kemerahan.

Dalam hati aku membatin, cantik.

Jelas Avril termasuk cewek good looking, tidak pernah menonjol menjadi pusat perhatian sekitar akan kepintaran atau prestasi tetapi sikap dingin, cuek sekitar juga kecantikan alaminya itu menjadi daya tarik semuanya. Termasuk kaum adam.

Tidak sampai lima detik kami saling menatap, suara yang amati kukenali sahabat Avril itu menyadarkan kami dan kami saling membuang muka. Aku salah tingkah.

"K-kapan datangnya? Udah lama?" Dia mencoba membuat sahabatnya  tidak membahas kejadian barusan tanpa menatap sang lawan, Avril ini memang mudah sekali di tebak. Tetapi sahabat yang tahu dia mengalihkan topik kembali menggodanya.

Ledekan dari sahabatnya berhasil mengundang perhatian seluruh kelas membuat kami menjadi canggung.

"Apa liat-liat?" sentak Avril dingin dan berhasil membuat siswa maupun siswi tidak menatap ke arah mereka lagi. Aku kembali terkejut melihat dia yang marah kembali.

Sahabat dia meminta maaf setelah Avril memarahi teman kelas, tapi ternyata kejahilannya masih berlanjut yang kukira selesai.

Kedua sahabat itu saling berbincang, lebih tepatnya sahabat bernama Putri itu terus meledek Avril sampai aku yang tidak begitu fokus pada mereka memalingkan wajahku untuk menatap Avril yang katanya salah tingkah sampai wajahnya memerah.

Aku jelas repleks menoleh penasaran begitupun Avril langsung memalingkan wajahnya ke arah lain agar aku tidak melihatnya. Tetapi terlambat karena aku sudah terlebih dahulu melihat meskipun sebentar dan tidak begitu jelas tetep saja ada sedikit merah-merah di pipi Avril.

Bibir ini terangkat membentuk senyuman meskipun senyuman tipis. Lucu, batinku.

..
Kelas kami tidak ada guru yang masuk setelah menunggu beberapa menit setelah bel sekolah berbunyi. Semua murid sibuk sendiri di dalam kelas tidak ramai tapi sahutan-sahutan teman satu lain itu masih terdengar meski di batas wajar.

Dia dan sahabatnya sedang berbincang, entah apa yang mereka bahas. Avril yang duduk di kursinya dan Putri yang memutar kursi agar saling hadap.

Sementara aku memainkan Handphone sembari mendengarkan musik menggunakan earphone. Tidak memedulikan sepasang sahabat itu yang sendari tadi mengoceh terus.

Lalu, kesenanganku yang sedang bermain game online itu terhenti lantaran dia menarik salah satu earphone milikku dan aku bertanya dengan mengangkat alis.

"Kita belum cari hewan buat tugas biologi, gimana dong?" Mengerti kodeku dia langsung to the poin dengan panik.

"Yaudah tinggal beli apa susahnya?" Aku menjawab simple.

"Masa gue harus nyari dan beli sendiri, lo buat apa satu kelompok sama gue?" tanya dia dengan sedikit marah karena responsku yang tampang tak panik seperti dia.

Aku menghela napas terlebih dahulu sebelum menjawab "Mau kapan?"

"Gak tau," kata dia dengan menggangkat bahunya pertanda tidak tahu.

"Balik sekolah?"

"Hah, masa dadakan sih? Yang bener aj ...," Mendengar protesan dia sahabatnya itu ikut meyahut.

"Iyah entar sekolah aja soalnya besok udah presentasi." Kemudian dia menerima dengan pasrah mendapatkan saran dari sahabatnya.

Suara bel pergantian mata pelajaran berbunyi bertepatan datangnya guru perempuan dengan tubuh berisi dan kaca mata bulatnya sudah duduk di meja.

Semua kelas menyapanya dan di balasnya dengan langsung menjelaskan materi Matematika peminatan.

Sudah biasa bagi siswa XII IPS saat Bu Dayu masuk kelasnya tidak ada kata ramah.

Namun, melihat dia yang dipanggil guru dengan terpaksa maju ke depan karena Bu Dayu guru mata pelajaran tersebut itu menatap tajam dia.

Aku hanya bisa menatapnya namun aku merasa aneh, dia tidak segera mengerjakan tapi terdiam menghadap papan tulis yang terdapat satu soal. Mendapatkan sinyal aku beranjak dari duduk dan mengambil alih sepidol lalu mengerjakannya tidak membutuhkan waktu yang lama.

Selesai mengisi aku kembali duduk tidak lupa manuntun dia untuk duduk di tempatnya.

Journey Love Jay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang