Hehe, siangg. Kalian gimana kabarnya? Aku update lagi. Semoga puas sama part ini dan semoga suka. Selamat membaca...
..Aku menatap punggung Avril yang menghilang dari kelas bersama Putri, karena merasa lapar akupun ikut menyusul ke kantin untuk segera mengisi perut yang kosong.
Setelah memesan makanan aku duduk sendiri. Sejak tadi ada beberapa teman sekelas pria yang mengajakku berteman namun wku menolak mengingat sahabatku berhianat. Aku sudah tidak respek lagi dengan orang lain. Hanya Avril yang berhasil membuatku bertahan hidup setelah semua orang tidak menganggap keberadaanku.
Mengingat Avril, dia juga sepertinya tidak menyukai aku. "Aku harus bersikap bagaimana nantinya?" tanyaku sendiri. Pikiranku sibuk makan sementara tangan bergerak menyuapkan makanan sampai habis tidak tersisa. Selesai dengan urusan makan aku pergi meninggalkan kantin dan berjalan ke kelas lagi menunggu jam selanjutnya.
Kelas kembali penuh, Avril juga sudah duduk di tempatnya. Aku mengerutkan dahi melihat Avril diam dari biasanya. Dia terlihat berpikir keras dengan lamunannya sampai tidak menyadari kedatangan pak guru yang sudah mulai mengabsen selepas menyapa murid.
"Avril!"
Melihat Avril masih melamun aku yang melihat pak guru akan marah menyenggol lengan yang kebetulan diatas meja untuk menyadarkannya.
"Hah?" refleks Avril berteriak. Aku tersenyum geli melihat respons berlebihannya.
"Kenapa kamu berteriak Avril?"
"Eh gapapa kok Pak."
"Lo sih." Tiba-tiba dia menyalahkanku yang seharusnya berterima kasih karena sudah menyadarkan dia. Tapi aku merespon dengan ketus mendengar dia menyalakanku.
"Dih, salah siapa bengong."
"Apa? Suka-suka gue dong,"
"Udah dikasih tau malah nyolot," cibirku kesal mendapatkan respon Avril yang tidak biasanya.
"Apa!"
"Apa!" Aku membalas dengan kata yang sama membuat dia menahan marah dengan wajah yang memerah.
"Ya tapi kan ..., udah-udah kalian ini malah saling menyalahkan." Perkataan Avril di potong oleh pak guru yang menghentikan percekcokan kami.
"Kalian mau mengikuti pelajaran saya atau tidak? Jika tidak silakan keluar dan nilai kalian kosong."
Mendengar ancaman itu kami buru-buru menjawab bersamaan tidak akan mengulanginya lagi. Lalu pak guru kembali menerangkan pembelajaran. Materi-materi diberikan dan kami catat point pentingnya.
Sementara semua murid lainnya semakin hening tidak ingin membuat keributan yang nantinya dimarahi oleh pak guru. Pembelajaran hari ini selesai dengan begitu lambat dan seperti biasa setelah bel berbunyi semuanya berlomba keluar kelas lebih dulu.
..
Aku berputar arah menuju Gramedia mengingat ada buku yang dirinya perlukan. Sampai di pusat pembelajaran yang di dalamnya ada Gramedia aku segera masuk dan menatap gadis yang ia sering temui akhir-akhir ini.Kakiku malah mengikutinya yang berjalan bersama sahabat satu kelas kami, siapa lagi jika bukan Putri?
Melihat Putri yang berjauh setelah berbicara singkat pada Avril aku masih diam menatap dari beberapa menter memperhatikannya.
Melihat dia yang amat kukenali sedang melamun membuatku berfikir dia memiliki beban sendiri. Padahal seharusnya senang dan berbelanja bersama kedua sahabatnya namun aku melihat dia seorang diri di Gramedia.
Aku dengan iseng berjalan mendekatinya dan mengambil sebuah buku novel dengan asal lalu melihat-lihat seakan-akan aku serius akan membeli buku ini.
Aku yang berpura-pura fokus, dan Avril yang memundur membuatnya meminta maaf tanpa melihat siapa orangnya. Aaku tersenyum, mungkin dia akan kaget melihat keberadaanku.
"Sorry," Dan sesuai pradugaku, dia kaget seketika membalikan tubuhnya dan menatapku sepenuhnya.
Melihat dia mengerjakan matanya lucu, aku memalingkan kepala menahan tawa. "Jay?" panggil dia memastikan. Aku membalasan dengan deheman membuktikan Avril tidak salah lihat menemukan keberadaanku di sini.
"Lo suka baca buku apa?"
Mendengar pertanyaan antusias aku menatapnya dan bertanya heran. Apa maksudnya? Apa karena aku memengang buku novel yang fiksi remaja?
"Menurut lo, buku itu gimana?" tanya dia antusias. Rasa excited dia kembali hadir. Padahal aku jelas tadi melihat dia murung melihat respons kebingunganku.
"Kalau penasaran baca sendiri," suruhku yang karena tidak tahu harus merespons bagaimana dan tanpa sadar aku menjawab dengan perkataan sarkasme.
"Sekali lagi gue tanya, menurut lo bukunya gimana?" Dia mengulang pertanyaanya dengan sabar. Menahan diri untuk tidak mengamuk kesal, terlihat jelas sekali ekspresinya.
"Gue gak baca," jawabku akhirnya dan berniat akan berkata jujur. Tapi dia kembali berbicara dengan serius. Avril, dia teman sebangku dan sosok motivasi terlihat beda dari kebiasaan jika di sekolah. Apa emang semuanya akan berbeda jika tidak berada di lingkungan sekolah ya?
"Gue mau minta tolong secara paksa," katanya yang seakan tidak mau di tolak. "Lo baca buku ini gue tungguin setelah ity beritahu gimana alur dan perasaan lo ketika membacanya."
Aku tertarik, apalagi dia akan menungguku maka berati kami akan bersama beberapa menit atau jam ke depan. Tapi aku ingin mengerjainya dan ingin tahu seberapa tekad akan menyuruh aku tetap di sini.
"Gue gak terima penolakan, nanti gue ganti deh waktu lo yang terbuang ini dan lo bebas meminta apapun," Senyum lebar hampir saja terbit mendengar nada putus asa itu. Aku segera duduk di kursi yang memang tersedia dan mulai membaca setelah melihat cover dan judul.
Covernya sangat lucu, apalagi judulnya membuatku tertarik. Lalu, aku segera membuka halaman demi halaman untuk mengetahui isi dalam buku tersebut. Aku yang sudah lima menit dan menghabiskan membaca buku sepuluh lembar itu mengalihkan perhatiannya kepada Avril yang sedang fokus dengan buku catatan seraya bergumam seolah sedang berpikir keras.
"Vril, gue keknya suka sama lo," gumanku tanpa sadar melihat Avril yang terlihat beda dan juga sangat cantik. Perasaan awalnya kagumnya kini berubah menjadi perasaan ingin memiliki.
"Hah?" Dia bertanya mungkin mendengar suaraku samar-samar sehingga tidak mendengar perkataanku. Aku yang sadar segera menggeleng tidak menjawab.
Merasakan getaran di saku, aku merogoh ponsel dan melihat pesan yang aku terima tidak peduli Avril sedang menunggu penjelasan dari suara samarku.
Namun, melihat isi pesan itu aku menyimpan kembali buku ke tempatnya dan pergi begitu saja melupakan keberadaan Avril yang telah membuatku senang beberapa menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Love Jay
Kısa HikayePOV 1 dari Cool vs Cold Apa salah diusia remaja ini membutuhkan kasih sayang dari orang tua? Setelah kepergian sang ibu tercinta aku kembali kehilangan sosok pria nan kukagumi. Seakan kehadiranku tidak ada, dalam satu hari aku mendapatkan hari terbu...