Berangkat sekolah kali ini agak berbeda, aku dengan niat menjemput dia di rumah. Tidak lama menunggu sosok itu datang dengan berlari, dia terkejut akan keberadaanku yang duduk di motor dengan helm masih menempel.
Melihat dia belum juga naik aku tersadar melempar jaket yang dengan sigap dia menangkap jaket yang kulempar lalu segera dia mengikat jaket itu di pinggangnya.
"Bentar lagi gerbang di tutup gue bakal ngebut." Kemudian kendaraan kuda besi itu berjalan dengan cepat membelah jalanan dengan dia yang sudah melingkarkan tangannya saat aku berkata demikian. Sehingga sampai ke sekolah dengan tepat waktu sebelum gerbang ditutup.
KBM hari ini berjalan begitu saja, ketika jam terakhir di pelajaean matematika disaat guru menjelaskan dia yang duduk di sampingku bergerak tidak nyaman. Aku melirik menggunakan ekor mata dan baru menyadari raut wajahnya terlihat pucat. Lalau, kupastikan lagi dengan mengecek suhu badannya yang terasa sangat panas.
Aku panik, tetapi berusaha mengontrolnya dengan mengangkat tangan untuk izin ke UKS karena dia sedang sakit, setelah diberitahukan maksudku beliau mengizinkan. Mendengar Putri yang sebagai sahabat dipanggil untuk menjaga aku mengajukan diri dan bu guru pun tidak mempermasalahkan.
Segera aku menuntun dia berdiri dan membawanya ke UKS, belum sampai ruang UKS dia yang tidak berdaya untuk menompang tubuhnya lagi aku dengan singgap pun menggendong dia ala body style sampai ruang kesehatan.
Menurunkan dia ke ranjang dengan pelan-pelan lalu berjalan ke luar tanpa pamit karena dia sepertinya tertidur, kembalinya aku membawa bubur, roti serta air hangat.
Dia menggeliat karena terusik aku mengusap pipi chubby itu pelan. Saat sudah mengumpulkan nyawa dia melihat kearahku yang menyodorkan satu mangkuk bubur ke hadapannya. Tidka mendapatkan respon aku berinisiatif menyuapi dia setelah membantu menyandar di kepala kasur.
Baru mau suapan ketiga, dia menolak membuka mulut dan mengatakan sudah. "Sekali lagi deh," bujukku karena dia makan sangat sedikit.
Bakhkan dia menutup mulutnya menggunakan kedua tangan. Akhinya aku menyerah dan menyimpan mangkuk bubur ke meja dengan mengambil obat beserta air, menyodorkan kepada dia.
"Vril, mau ya! Atau mau dari mulut gue?" Ancamku karena jika tidak dipaksa maka akan lama sembuh. Apalagi aku baru sadar dia tadi kesiangan yang pasti tidak sarapan lalu di jam istirahat dia juga duduk di kursi tidak ke kantin bersama yang lain. Jadi harus mengisi obat agar bisa meredakan sedikit sakitnya.
"Nih, biar gak pahit." Aku menyodorkan roti rasa coklat untuk menghilangkan rasa pahitnya.
"Lo tiduran aja atau tidur beneran juga gapapa," yang langsung dipatuhi, aku menunggu dia di UKS dan mengirim pesan pada Putri bahwa aku akan menunggu dia di sini sekalian meminta tolong membawakan tas kami saat pulang nanti. Aku mendapatkan nomor sahabatnya dari Dia yang memberikan sebelum tertidur. Menunggu sampai tertidur.
Entah berapa jam aku ikut tertidur, suara sahabat dia membangun kami. Kupikir dia tidak akan segera bangun tapi kami bangun bersamaan. Setelah mengumpulkan nyawa dia bertanya aku yang ikut tertidur tapi tidak kurespons pertanyaan retorisnya.
Mereka berbincang singkat yang intinya untuk segera pulang karena sudah sore dan gerbang akan ditutup, sebelum dia turun aku bertanya memastikan. "Lo udah mendingan?" Dia berdehem sebagai respon.
...
Beberapa hari kemudian, kami kembali menjalani aktivitas sekolah biasa. Tidak terasa sudah beberapa bulan menimba ilmu di sekolah baru dan aku bisa dekat dengan dia bersama teman-temannya.Kami, aku, dia, Putri, Mega dan Satria berada di kantin satu meja, sejak kedekatan di villa kami semakin dekat dan sering berjumpa sekedar makan bersama.
Dia menghampiri kami setelah selesai dengan urusan di toilet sendirian, awalnya aku tidak paham mengapa hampir semua penghuni kantin menatap dia dengan tatapan yang membuatku kesal saat tahu maksudnya.
Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan dia sampai bajunya basah sehingga transparan dan bisa melihat di balik baju yang dikenakan. Tapi aku diam tidak ingin membuatnya malu akan pertanyaan penasaranku, aku juga mengkode temannya untuk tidak bertanya.
"Pake!" suruhku. Baju yang kulepas menyisakan kaos hitam itu merampas dan memakaikan baju putih ke tubuh dia merangkap baju sekolah dia dengan milikku yang lebih besar. Aku mengancingkan baju dengan sabar sembari mencodongkan badan mendekati dia agar lebih mudah.
Saat sudah mengancingkan semua dan tepat di depan mukanya aku berbicara pelan, yang kupastikan hanya dia yang mendengar, "Baju lo basah dan bra lo keliatan warna hitam."
Tindakanku yang tiba-tiba membuat beberapa perempuan yang melihat memekik histeris tapi kami tidak peduli, sementara teman barunya itu menatap tidak percaya dengan bungkam seribu bahasa.
Waktu pelajaran selesai, aku sudah beralih potensi sebagai kang supir dia, kemana-mana pasti bersama. Aku bener-bener menjalankan janji yang dia buat sendiri untuk selalu berada di sekitar dia.
Aku merasa agak cape berniat bertamu saja di rumah dia Tidka jadi jalan-jalan, sebelum itu mampir ke Alfamart untuk cemilan nanti.
"Lo mau jajanin gue makanan kucing? Gila kali. Kalau gak mau jajanin gak usah nawarin deh," dia langsung sewot, saat melihat di hadapannya makanan kucing.
"Emang lo kucing? Enggak kan. Ini buat kucing yang di rumah lo," sahutku santai. Dia terlihat memilah dan aku meninggalkan ke arah deretan cemilan. Tidka butuh waktu lama aku kembali dengan banyak bawaan, melihat dia celingukan aku terpikir ide jahil dan mengagetkannya.
"Vril," ucapku sembari menepuk bahu belakang Avril.
"Sialan, lo ngagetin gue," umpatnya pelan saat menengok ke arahku di belakang tubuhnya.
"Gak boleh ngomong kasar!" Aku mensentil mulut dia pelan saat mendengarkan umpatan kasar.
Dia mempautkan bibirnya, jemarinya mengusap bibir tipis itu meredakan rasa sakit karena peraniyayaan aku, melihatnya aku membuang muka melihat wajah gemas dia.
Selesai pembayaran, kami lanjut kediaman dia untuk bertemu si kucing karena mengingat terakhir kali bertemu si kucing terlihat mengenaskan berada di tangan dia, yang menjadi ibu.
Kami bermain di teras dengan segala persiapan cemilan, dengan gerbang yang sengaja di buka karena ini masih sore dan tidak mau ada hal yang menimbulkan fitnah dari warga.
Tak terasa sekarang jam sudah menunjukan pukul sebelas lebih, mereka bermain, bercanda tak ingat waktu yang terus saja berputar. Rasanya memang nyaman dan lupa waktu jika bersama seseorang yang dicintai. Seakan dunia milik berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Love Jay
Short StoryPOV 1 dari Cool vs Cold Apa salah diusia remaja ini membutuhkan kasih sayang dari orang tua? Setelah kepergian sang ibu tercinta aku kembali kehilangan sosok pria nan kukagumi. Seakan kehadiranku tidak ada, dalam satu hari aku mendapatkan hari terbu...