apakah boleh aku berharap?

3 3 0
                                    

Pengakuanku kemarin kepada dia, sedikit mengurangi rasa sesakku karena aku mendapatkan fakta lainnya. Hanya saja aku bingung ingin berkomunikasi seperti biasanya seperti sebelum ada problem ini.

Aku kembali merasa sendiri lagi, meski dia jutek dan cuek akan sekitar tetapi teman satu kelas seakan memakluminya namun aku yang baru dan kini aku merasa benar-benar sendiri di tempat asing padahal aku hampir mengenal satu kelas.

Kantin tujuanku ketika lapar, aku berjalan sendirian sampai aku bertemu dengan gadis asing. Tadinya kupikir gadis asing itu hanya menyapa tapi dugaanku salah.

"Jay?" Gadis itu berkata memastikan. Aku mengangguk mendapatkan pertanyaan itu. Setelah aku mengangguk dia terlihat senang bertemu denganku. Aku heran, apakah aku terkenal di sini yang mungkin dia salah satu fans.

Tapi tidak mungkin juga, di sekolah aku sekarang tidak banyak tingkah di luaran lingkungan sekolah. Di kelaspun aku menyendiri apa mungkin itu juga berpengaruh untuk menjadi terkenal?

Aku melupakan dan kembali berjalan untuk menuju tujuan karena perutku lapar sekali. Yang kupikir gadis itu tidak akan mengikutiku tapi dugaan tetep dugaan karena pikiran orang tidak bisa di tebak.

Dia mengikutiku dan terus memanggil namaku sampai di kantin yang mulai ramai. Hampir penuh meja kantin pun tapi setelah memesan aku melihat ada satu meja kosong dan segera mengisinya sebelum didahulukan orang lain.

Gadis itu masih setia membuntutiku bahkan dengan berani bergelanjut manja di lenganku yang berotot itu meskipun aku sudah berusaha menolak gadis itu menyentuhku.

"Ih kok dilepasin." Ketika aku berhasil melepaskan gadis itu yang kesekian kalinya tapi 'tak terima, mencoba kembali bergelanjut ke lenganku.

Sampai di meja kosong aku mencoba fokus untuk makan tidak pedulikan gadis itu yang terus mengoceh tidak jelas, hanya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri.

"Misi dong gue mau duduk di sini!" usir dia sangat halus. Aku dibuat melongok akan keberanian dia yang berbicara dengan gadis asing di sampingnya.

Aku yang tadi sibuk dengan makananya menggalihkan pandangan yang terfokus ke makanan yang sedang dimakan, kini melihat dia yang berdiri di samping kanan dirinya lebih tepatnya gadis itu berdiri diantara dia dan cewek yang sedari tadi mengganggunya.

Aku sedikit tidak suka akan balasan yang berarti dia meninggalku bersama gadis aneh ini. Aku berniat kembali melanjutkan makan dengan cepat agar bisa pergi dari gadis aneh ini.

Aku terkejut akan perlakuan dia yang menarikku dan membawa ikut serta untuk pergi. Aku pikir dia yang akan pergi sendiri tapi malah membawaku. Ada rasa senang dia peduli akan kegelisahan yang dekat dengan orang lain apalagi gadis aneh ini.

Ternyata dia tidak mengajak ke meja di mana sahabatnya malah membawa keluar dari area kantin. Bisik-bisik ku dengar tapi aku dan dia tidak pedulikan dan memelih pergi meninggalkan bisik itu.

Aku menatap punggung dia yang mengandeng tanganku berjalan ke arah taman lagi. Ada rasa kesal mengingat di taman ini aku melihat dia dan si ketua juga akan tolakan dia padaku.

Aku jadi susah menebak lagi, apa keinginan dia. Apakah selama ini, apa yang aku tebak salah sampai berpikir dia ada rasa balik kepadaku itu hanya hayalanku saja?

"Terus lo kenapa narik gue ke sini yang lagi makan?"

"Gak kenapa-napa sih, emang lo makan? Bukanya tadi lo liatin gue yang lagi debat?" ucapan dia yang tepat sasaran, membuatku jadi salah tingkah, karena terciduk. Aku juga sempat mengangumi dia dengan cara dia yang berdebat santai.

Mengalihkan topik, ku pikir mungkin hari ini dia mulai ada rasa. Ya semoga yang ini benar bukan hanya tebakan semata.

"Cemburu? Mana ada?" Avril mengelak ucapanku yang menuduhnya cemburu dia tertawa pelan dengan canggung.

"Bohong banget." Aku tidak percaya begitu aja, berharap kali ini dia bisa jujur dan aku bisa sedikit senang.

Mendengar dia yang mulai sewot aku tidak lagi mendesak. Raut wajahku kembali datar tidak lagi menjahilinya.

"Lupain," ujarku cuek.

Semenit setelah pembicaraan itu kami terdiam berdiri saling berhadapan tetapi tidak saling pandang karena yang kami lihat arah samping.

Merasa tidak ada sesuatu hal yang dibicarakan lagi aku berniat pergi karena kami hanya terdiam diri di belakang taman tanpa tahu harus melakukan apa.

"Mau kemana?" tanya dia, mencegahku yang akan pergi.

"Mau apa lagi? Lo juga gak ngomong-ngomong," ujarku yang mulai greget dengan tingkah dia yang tidak seperti biasanya.

Tidak ada respon lagi aku bener pergi tanpa berbalik dan memilih ke kelas saja. Meninggalkan dia seorang diri.

..
Aku berdiam menatap atap kamarku, kembali mengingat dia telah menolongku dan membawa ke taman belakang saat aku yang sedang makan diganggu sama orang yang aku sendiri juga tidak mengenalnya.

Tidak tahu gadis itu kenal aku dari mana, aku tidak memedulikan gadis itu ketika mencoba mendekatiku dan mengajak berbicara. Aku hanya bisa diam karena tidak mau orang-orang melihat aku yang sedang memarahi gadis aneh, cuma hanya menggangguku meskipun itu membuatku risih.

Karena itu, saat gadis aneh itu berada di sekitar aku, aku tidak menganggap ada orang yang sedang berbica. Bahkan juga tadi hampir beberapa kali berjumpa tapi karena keadaan sepi aku berusaha menghindar dan tidak bertatapan. Intinya aku gak mau berurusan dengan gadis aneh yang tidak kuketahui namanya siapa.

Tapi, dengan kejadian itu Avril juga bersikap aneh, kenapa juga dia menggajak aku ke taman belakang saat tidak ada hal yang ingin disampaikan. Meskipun aku senang karena bisa bebas dari gadis aneh itu.

"Kenapa Avril bersikap seperti itu? Apa bener dia cemburu, tapi kenapa? Bukannya dia gak suka aku? Kenapa sih Vril kamu kok muncul terus di pikiranku?" monolongku yang tidak menemukan titik terang akan kejadian hari ini.

Aku menjambak rambut melampiaskan rasa pusing karena hanya memikirkankan sikap Avril yang seperti tadi siang di sekolah.

Kenapa sih dia harus bersikap begitu? Kan aku jadi mikirnya suka balik. Jadi salahkah kalau aku sekarang berharap dia suka aku meskipun tidak mengakui tapi berharap suatu hari nanti dia mengatakan? Kalau gini terus aku gak bakal bisa turutin kemauan dia, aku gak bisa menghilangkan perasaan ini.

Journey Love Jay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang