mau dibantu?

10 4 0
                                    

Aku merasakan pergerakan dia sedari tadi tak bisa diam, meliriknya dengan selingan memainkan, game online. Aku memang seperti pria lain, suka game online, cuman hanya membatasi diri agar tidak memiliki teman dekat entah itu perempuan maupun laki-laki. Sedikit trauma akan masa lalu yang baru beberapa minggu terjadi.

Ketika dia berdiri hendak berjalan keluar kelas aku memperhatikan yang entah mau pergi ke mana, seketika aku melotot melihat sesuatu yang kutebak itu apa.

"Untung gak ada yang liat, pada sibuk sendiri."

Dengan segera aku menggambil jaket yang berada di dalam tas nan selalu aku gunakan saat pulang sekolah menaiki motor. Berjalan langkah seribu mendekati dia yang masih di depan kelas belum keluar.

Spontan saja aku langsung melingkarkan jaket di pinggang tanpa basa-basi lagi untuk menutupi rok bagian belakang yang terdapat noda merah itu.

Tidak begitu memperhatikan sekitar, tapi aku mendengar bisik-bisik di belakang yang ku pikir teman lain melihatku sedang mengikat jaket di pinggang dengan cara memeluknya di belakang. Tidak bisa di sebut memeluk juga sih, karena aku hanya mengikat dan masih ada jarak di antara kami.

Merasakan dia terkejut akan tindakanku, aku berbicara memberi tahunya bahwa dia sedang kedatangan tamu yang membuat tembus ke rok yang di pakai.

Tanpa menunggu respon dari dia, aku menarik pergelanggan tangannya untuk pergi keluar kelas.

Bahkan handphone yang ku tinggal di meja aku lupakan, yang paling utama membawa Avril keluar dari kelas agar tidak mendapatkan pertanyaan beruntun dari teman kelas yang sepertinya sudah heboh akan tindakanku.

Tidak ada satu menit dia merebahkan diri si ranjang UKS, aku mendengar dia meringis sakit dengan memegang kuat perutnya seakan menahan rasa sakit.

Seolah peka, aku bertanya "Sakit banget?"

"Setiap datang bulan? Biar sembuh pake obat apa?" Kasihan juga dia kesakitan seperti ini, aku jelas tidak tega.

"Gue gak pernah pake obat," balas dia dengan menunduk menahan rasa sakit.

"Terus?"

"Minum teh anget."

"Em ... lo gak pake pembalut?" dengan perasaan ragu, aku bertanya. Agak heran juga kenapa bisa sampai bocor kalau memang mengenakan pembalut.

"Gak, gue gak tau bakal dateng sekarang."

Mendengar jawaban demikian, aku bisa menebak bahwa ini hari pertamanya jadi dia sendiri juga tidak tahu. "Di UKS gak ada?" Spontan aku bertanya.

"Ya enggaklah, emang alfamart. Yang ada obat-obatan," jawab dia dengan nada yang nge-gas.

Aku heran dia marah padahalkan aku bertanya dan dia harusnya jawab santai saja. Mungkin suasana hatinya tidak baik. Aku juga pernah denger dari gadis lain jika kedatangan tamu biasanya mempengaruhi kepada mood naik turun.

"Lo tunggu sini, gue keluar bentar!"

Sebenarnya ini agak ... asing untukku karena berani membeli pembalut di koperasi setelah bertanya kepada Bu koperasi yang memang menyediakan di sekolah.

Setelah mendapatkannya aku kembali ke UKS setelah mengambil handphone di kelas yang baru sadar tidak ada.

Aku langsung memberikan keresek yang sedari tadi di jinjing. Ketika barang itu sudah berpindah tangan, dia yang penasaran apa isinya langsung membukanya.

"L-lo beli sendiri?"

Kenapa banyak tanya sekali, memang aku akan menyuruh siapa sementara aku saja tidak dekat dengan yang lain kecuali dia. Anehh.

"Lo gak malu?" Harus banyak sabar, padahal aku mengenal dia tidak cerewet dan banyak tingkah namun beberapa hari terakhir memang dia terlihat agak beda dan kami lebih akrab.

"Sana pake!"

Sembari menunggu dia selesai dengan urusannya, aku menatap sekeliling di sekolah batunya. Ini bisa di sebut pertama kali karena belum pernah menginjakan kaki di UKS begitu juga di sekolah lama karena tidak ada hal yang dia urus ke sini. Mungkin jika kejadian ini tidak ada aku tidak akan pernah memasuki ruang yang putih dan bersih juga beberapa alat dan obat tersedia.

Seketika aku menatap fokus ke arah teh, kakiku melangkah untuk membuat teh yang kupikir bisa meredakan sakit yang Avril rasakan.

Bertepatan dengan selesai menyeduh teh, aku berjalan mendekat membantu untuk merebahkan diri di kasur dengan kelas teh yang masih di pegang.

"Masih sakit?" Tanyaku saat dia sudah nyaman tiduran setelah meminum setengah teh hangat.

"Hm, cuma gak sesakit tadi."

"Mau di bantu?"

"Bantu?" Dia mengulang pertanyaanku yang mungkin tidak bisa menangkap apa maksudku.

"Usapin perut."

"Emang gapapa?" Melihat dia bertanya dengan mimik lucu membuatku menahan senyum yang akhir-akhir ini sering datang.

Aku mengusap perutnya tanpa kata, memfokuskan diri dengan hati berucap agar tidak sakit lagi. Agak aneh sendiri aku berdoa seakan membaca mantra.

"Mau sesuatu gak?" tanyaku untuk memperbaiki mood dia.

"Mau es krim sama coklat," ujar dia antusias saat mendengar tawaran dariku, aku senang jika dia juga senang. Karena, sekarang bahagiaku hanya dia.

"Ehh, coklat aja deh," Aku menggerutkan dahi saat dia tidak jadi es krim lantaran penasaran aku bertanya padahal kalau mau keduanya aku sanggup membelikannya kok.

"Kenapa gak jadi beli es krim?"

"Katanya kalau lagi datang bulan gak boleh."

Mendengar alasan itu aku tidak bertanya lagi.

Tiba-tiba pintu UKS dibuka dengan kasar dan munculah seseorang seperti habis berlari di kejar setan.

"Ly, lo gapapa?" Cowok itu memfokuskan pandangannya kepada Avril, tidak menghiraukan keberadaanku yang masih ada di sana.

"Gak kok, kenapa ngos-ngos san? Putri mana?"

"Lari ke sininya. Kalau gak salah pulang duluan deh. Lo udah baikan?" Dia menjawab dengan anggukan kepala tanda mengerti dengan apa yang pria itu jelaskan.

Aku yang sedari tadi menyimak interaksi dia dan pria yang kukenal adalah si ketua kelas dan mantan ketua osis itu melotot. Tidak terima jika Avril dibawa pergi padahal dia sudah memiliki janji untuk membelikan coklat.

"Gak bisa, Avril pulang bareng gue." Spontan tidak mengizinkan pria itu pulang bersama dia, aku langsung membatah.

Kami saling berseru tidak mau mengalah. Sampai dia bertanya yang membuatku kesal. Apa ketua kelas tidak sadar selama beberapa minggu terakhir menjadi teman satu meja dengan Avril.

"Lo siapa sih?"

Aku memilih tidak menjawab tetapi langsung menarik tangan Avril untuk ikut denganku. Pria itu menahan dan mengajak berbicara tapi kuhiraukan dan melangkahkan kaki dengan cepat.

Kalau ada typo maaf ya gak sempet revisi karena masih kurang sehat. Semoga kalian selalu sehat

Journey Love Jay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang