LUKA

2K 128 4
                                    




Zee membuka kelopak matanya secara perlahan, menetralkan cahaya. lampu yang menusuk pupil matanya. Ia menatap ruangan serba abu itu dengan wajah lesu. Tadi zee sempat pingsan didalam mobil. Cio dan yang lainya pun memutuskan untuk membawa ia pulang ke basecamp sesuai permintaan nya. Kini ia berada disalah satu kamar yang ada di basecamp. Sebuah kamar dengan warna abu abu yang terkesan mewah dengan kasur king size putih terlihat begitu nyaman.

"Ahhhk ... " Zee meringis seraya memegangi dadanya yang masih terasa nyeri.

Dengan wajah pucat pasi dia berusaha bangun dari tiduranya meski itu sangat membuat dadanya semakin sakit. Rasanya tubuhnya begitu lemas, dadanya terasa nyeri, nafasnya sesak, perut yang terasa kembung, hingga yang paling sering ia alami, detak jantung lebih cepat berdebar.

"Bengkak lagi" gumam zee memperhatikan tangan kirinya yang memengak karna efek penyakitnya.

Hal yang biasa ia lakukan dalam keadaan seperti ini hanyalah menarik nafas lalu menghembuskan nya secara perlahan hingga menetralkan detak jantungnya serta membuat nyeri didadanya berkurang. Itu ia lakukan sejak dia tahun belakangan.

Bosan? Jelas. Ia bosan melakukan hal itu yang baginya hanya berguna sesaat. Dalam kenyataannya hal itu tidak bisa membantu penyakitnya sembuh.

"Gue capek kaya gini terus anjing! Sampe kapan?" Lirih zee seraya mengacak rambutnya frustasi.

Matanya teralih saat menatap jam dinding yang menunjukkan pukul empat tiga puluh.

"Shalat"

Ia segera beranjak dari tempat tidur dan dengan perlahan berjalan menuju kamar mandi yang ada didalam kamar untuk membersihkan diri sebelum shalat. zee memang cukup taat melaksanakan shalat, meski dalam keadaan sesulit dan selemah apapun pasti tidak akan meninggalkan kewajibannya.

Didalam kamar mandi, zee menatap pantulan dirinya pada cermin wastafel. Penampilan nya terlihat berantakan saat ini rambut acak-acakan, sudut bibir yang membiru, mata yang terlihat sayu, dan bibirnya yang pucat.

Terdapat memar yang membiru cukup lebar di dadanya, mungkin karena keributannya dengan Ares semalam.

Tangannya menggenggam sisi wastafel dengan kuat, seakan tengah meluapkan segala emosinya. Ia benci ketika terlihat lemah dan tidak berguna seperti ini. Apalagi saat melawan Ares. Ia kalah karna Ares menginjak kelemahanya.

"Gue benci penyakit sialan ini anjing!"

Bugh

zee memukul tembok dengan begitu keras, hingga membuat punggung tangan kanannya mengeluarkan darah. Bahkan darahnya tercetak jelas ditembok.

"Gak lo gak boleh gini! lo gak boleh lemah, lo pasti bisa zee ... Lo bisa ..."

Lelaki itu membasuh wajahnya menggunakan air. Mencoba menguatkan dirinya sendiri. Ia sama sekali tidak menyalahkan Tuhan atas apa yang dihadapi dan atas segala penderitaanya selama ini. Ia berterima kasih karna Tuhan masih memberinya kehidupan sampai saat ini. Dan semoga sampai suatu saat nanti.

"Shalat bakal bikin gue lebih tenang" gumam zee.

***

Jam menunjukkan pukul enam pagi namun Cio, Aran, Aldo dan Tian kini tengah duduk santai di basecamp, Mereka semua menginap semalaman untuk menjaga zee.

Tadi setelah melakukan sholat subuh berjamaah dimasjid mereka segera kembali ke basecamp. Shalat berjamaah menjadi rutinitas mereka, apalagi ketika hari Jumat, semua angggota DADU yang beragama islam diwajibkan untuk sholat Jum'at bersama, sementara yang non Islam biasanya berkumpul di basecamp saja.

"Lo ngerasa aneh gak sih sama zee?" Tanya aran membuka topik.

"Aneh gimana?"

"Nih ya gue perhatiin akhir akhir ini dia tu jadi gampang sakit gitu. Dia gampang capek, sering keringetan pedahal cuaca dingin, terus gampang kaget gitu Lo semua ngerasain gak?" Ujar aran menjelaskan semua hal yang ia perhatikan tentang zee.

Heaven ZeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang