***
Suasana tegang saat ini menyelimuti ruangan ber ac dingin itu. Beberapa orang yang ada disana memasang wajah seriusnya, namun berbeda dengan seorang siswa yang malah asik mengunyah kue kering diatas meja.
zee saat ini tengah berada diruang bk sekolah. Setelah kasus keributan yang terjadi antara dirinya dan badrun kemarin, sekolah langsung memanggilnya untuk menyelesaikan, karena katanya orang tua badrun tidak menerima begitu saja.
Cowo dengan perban yang masih nelekat didahinya itu mengabaikan ucapan-ucapan pedas dari seorang wanita dan pria tengah baya yang merupakan kedua orang tua badrun.
"Pokoknya saya tidak terima anak saya babak belur karna anak berandalan ini!" Pekik seorang wanita tengah baya dengan penampilan glamornya.
"Saya dan istri saya mau kasus ini diusut lebih lanjut, dan anak brandal itu dikeluarkan!" Ujar Pria dengan jas yang melekat ditubuhnya yang diketahui merupakan ayah dari badrun.
"Bapak dan ibu tenang dulu, kita tidak boleh gegabah seperti ini. Kita harus dengarkan cerita dari dua belah pihak antara zee dan badrun" ujar Pak samsul berusaha menenangkan suasana.
"Tinggal keluarin aja sih repot amat. Miskin juga tuh anak" cibir badrun dengan bekas pukulan diwajahnya.
"Cih. Miskin-miskin gini masih mampu buat babak belur anak modal omong doang kaya lo!" Ujar zee dengan santai tanpa rasa takut sedikitpun.
"zee, badrun tolong kalian tenang!" Perintah Bu gaby.
"Saya tenang, alim gini bu dari tadi. Mereka aja yang marah marah kaya gak dapet bansos" sahut zee.
"HEH ANAK KURANG AJAR! BERANI-BERANINYA BICARA SEPERTI ITU PADA ORANG YANG LEBIH TUA! GIMANA CARA MENDIDIK ORANG TUA KAMU HAH?!" Pekik ayah badrun menatap tajam pada zee.
"Mana sih orang tua kamu?! Saya perlu beritahu bahwa anaknya bersikap kurang ajar seperti ini?! Atau jangan-jangan orang tua kamu tidak mendidik kamu dengan baik?!" Sambung ibu badrun.
"Mah, pah dia itu anak yatim piatu. Ayah bundanya kan udah mati jadi ubi, iya kan zee?" Ujar badrun terkekeh kecil.
BRAK
Tepat setelah badrun mengatakan itu, zee dengan tiba-tiba menggebrak meja dengan cukup hingga membuat seisi ruangan terkejut.
"MAKSUD LO APA HAH?!" Pekik zee saat lagi lagi disangkutkan dengan kedua orang tuanya.
"zean lo tenang dulu, jangan kepancing" ujar Chika yang ada disana berusaha menenangkan zee. Gadis itu diminta untuk menjadi salah satu saksi dalam kejadian itu.
"zee tenang nak. Kamu jangan emosi seperti ini. Ayo duduk lagi" ujar pak samsul yang sebenarnya takut melihat kemarahan zee. Bahkan saking kuatnya gebrakan zee, hingga membuat meja kayu itu sedikit retak.
zee berusaha menenangkan dirinya, apalagi ada Chika disini ia tidak ingin membuat gadis itu ketakutan seperti kemarin. Namun jujur dia sangat benci jika ada yang mengatakan tidak-tidak tentang kedua orang tuanya.
"Saya tidak suka mereka terus mencaci maki dan menghina kedua orang tua saya!" Ujar zee penuh penekanan seraya menatap kedua guru itu dengan begitu tajam.
"Baik saya harap kalian semua yang ada disini untuk tenang agar tidak memancing keributan lagi. Dan untuk zee, apa ada wali yang bisa mendampingi kamu menyelesaikan kasus ini?" Tanya pak samsul.
zee terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari pak smsul. Jujur ia sendiri cukup sedih karna disaat dalam masalah seperti ini kedua orang tuanya tidak ada disampingnya. zee benar-benar membutuhkan peran seorang ibu dan ayah saat ini.