***zee yang baru saja sampai dikost nya itu berjalan sempoyongan menuju kamarnya yang berada dilantai dua. Kondisi kost saat ini sangat sepi karena sudah hampir tengah malam. Semua orang sudah berada didalam dan beristirahat tenang.
Cowo dengan rambut acak-acakan itu mencengkram kuat pegangan tangga dengan gemetaran, tubuh ripuh nya itu sangat susah untuk diajak kompromi. Sakit, itulah yang dirasakan zee saat seluruh tubuhnya terasa amat sakit. Terutama dibagian dadanya.
Setelah berhasil melewati tangga, kini lelaki dengan langkah sempoyongan itu memasuki kamar kost. Tangannya tak henti hentinya memijat pangkal hidung yang terasa begitu pusing.
Bruk.
Didalam kamar yang didominasi warna putih abu abu itu zee langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur sederhana miliknya.
Setelah mengantar shani pulang tadi, tubuhnya benar benar terasa seperti diremukan. Tubuhnya terasa panas seperti terbakar dengan keringat dingin yang membanjiri tubuhnya, tidak pernah lupa dengan nafas yang terasa sesak dan jantung berdetak kencang. Ketika penyakit nya kambuh, semua rasa sakit itu akan datang bersamaan menyerang dan menyiksa tubuhnya hingga puas.
"S-sakit Ahggrrr!" Lirih zee berguling kekanan dan kekiri menahan sakit.
Memang seharusnya ia tidak boleh memaksa untuk melakukan segala sesuatu yang mungkin berakibat pada kesehatan tubuhnya. Namun zee tetaplah zee, seorang yang keras kepala, yang selalu mengedepankan orang lain tanpa memikirkan kondisi tubuhnya yang jauh dari kata baik.
Beberapa kali ia mencoba menetralkan detak jantungnya dengan menarik nafas lalu menghembuskan perlahan. Namun disaat detak jantung dan nafasnya mulai beratura. seperti semula, kini giliran perutnya yang terasa mual dan ulu hati yang seperti ditekan.
Dengan sempoyongan zee berlari menuju kamar mandi. Ia memuntah kan segala isi perutnya selama beberapa kali kedalam wastafel. Dengan tangan yang meremas kuat perutnya, zee terduduk dilantai dan punggung bersandar ditembok.
"Obat" gumam zee seraya kembali berjalan menuju kasurnya.
Tangannya bergerak membuka sebuah laci disamping tempat tidur. Didalam nya terdapat beberapa botol obat dengan ukuran nya masing-masing. Terdapat sebuah kertas rumah sakit juga disana.
Dengan tangan bergetar zee mengambil surat tersebut dan menatapnya dengan tatapan sendu, tersirat sebuah kenyataan pahit disurat itu.
______________________________________
Hasil diagnosa rumah sakit
Atas nama : Zean Amarta
Jenis kelamin : laki laki
Umur : 17
Dengan ini dokter menyatakan saudara Zean Amarta mengidap penyakit JANTUNG KORONER.
______________________________________
"Ck. Penyakit sialan!" Umpat zee setelah membaca surat yang sudah dua tahun lamanya ia simpan rapih didalam laci.
Jantung Koroner. Sebuah penyakit yang tidak pernah ia duga-duga sebelumnya kini sudah dua tahun menyerang fisik dan mentalnya secara perlahan. Melewati sakit itu sendirian dan hanya ditemani oleh sepi. Tidak ada yang mengetahui hal ini selain Ashel yang saat itu menemaninya cek up dan mendapatkan hasil menyakitkan ini.
"Harusnya waktu itu gue nolak buat jadi wakil Daisy Duke. Cowo penyakitan kaya gue itu gak pantes jadi wakil geng. Lemah, gak berguna, ngerepotin" ujar zee pada dirinya sendiri.
"Tuhan apa aku boleh menyerah sekarang? Aku ingin istirahat, aku lelah dengan semuanya" lirih zee sembari mengusap wajahnya gusar.
Saat ini fisik nya tengah diuji oleh penyakit ganas dan mentalnya diuji dengan segala kejadian yang menimpa nya selama ini. Mulai dari kehilanganmu kedua orang tuanya, hidup dengan kesendirian, dan menerima kenyataan pahit tentang penyakitnya. Dan sebuah rahasia besar tentang keluarganya.