***Saat ini jam menunjukkan pukul sebelas malam. Namun itu tidak menghalangi kebiasaan anggota Daisy Duck yang masih memenuhi basecamp. Hampir semua anggota, malam ini ada dibangunan bersejarah bagi geng motor mereka. Terutama anggota inti yang masih asik bercanda ria sembari memakan dan menonton bola.
"papa,... mama..."
Suara lirihan seseorang mengalihkan atensi mereka yang ada di dalam. Dengan bersamaan mereka menatap kearah zee yang tertidur di diatas sofa dengan tidak nyaman. lelaki itu mengigau ditengah tidurnya.
"Dia baik baik aja kan?" ujar aldo memperhatikan wajah zee yang pucat dengan penuh keringat.
"Keringetan?" Ujar cio mematikan ponselnya dan menatap zee serius.
"Dia sakit dah kayanya keringatan pucat gitu mukanya" sambung aran.
"pa-pa... mama..."
Suara serak zee yang mengigau membuat mereka semua bingung sekaligus tak tega melihat wajah zee yang terlihat begitu pucat. Bahkan ia sesekali bergumam tidak jelas membuat yang lain memandang satu sama lain.
"Apa kita bangunkan saja?" Ujar tian yang terlihat khawatir.
"Dia kangen sama ortunya. Bangunin aja, dia gak tenang tidurnya" ujar Aldo.
"Oke biar gue aja. zee.. zee bangun, bangun zee..." aran berusaha membangunkannya dengan menggoyangkan tubuh lelaki itu.
"p-ahhh,..."
Melihat zee masih memejamkan matanya sembari terus bergumam tidak jelas membuat mereka semua memandang simpati. Pasti lelaki itu sangat merindukan kedua orang tuanya.
"Coba gue" aldo mencobany membangunkan. "zee,.. bangun zee... Lo jangan bikin gue khawatir anjir! Lo kenapa? zee!!"
"PAPA!!"
zee membuka matanya dengan nafas terengah engah saat mendengar suara dari tenna temannya. Dengan keringat yang membasahi wajahnya lelaki manatap sekelilingnya dengan tatapan tak bisa dijelaskan. Ia kembali memimpikan hal itu setelah sekian lama.
"zee Lo kenapa anjir sampe ngigo gitu?" Ujar aran panik.
zee tak menjawab, lelaki itu mengusap keringat di wajahnya menggunakan tisu yang ada dimeja. Lelaki itu menyisir rambut berantakan nya menggunakan jemarinya.
"Biar saya ambilkan minum" ujar tian yang berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman untuk zee.
Mereka semua memandangi zee dengan tatapan penuh tanya sekaligus tidak tega. "Ck. Gue gapapa, cuma mimpi biasa aja" ujar zee sembari melepas jaket yang sedari tadi melekat ditubuhnya.
"Kita temenan udah lama. Lo kangen ortu Lo. Gue tau itu" ujar cio menyalakan sepuntung rokok ditangannya.
"Hehe. Sedikit, gausah dipikirin" sahut zee seraya menaikkan suhu AC yang ada disana.
"Ini minum, biar tenang" kedatangan tian dengan membawa segelas air putih mengalihkan atensi zee.
Lelaki itu meneguk hingga habis air putih nya. "Thanks"
"Gue khawatir anjir! Gue kira lu kesurupan reog atau kenapa, taunya kangen sama ortu Lo" ujar aldo mengipasi wajah zee menggunakan buku yang ada dimeja.
"Nih minum, gue gak mau Lo sakit" aran melemparkan kresek yang berisi obat untuk zee. "Nanti gak ada yang nemenin gue gangguin pak samsul lagi"
zee menerimanya dengan senyuman tipis. Lelaki itu sangat senang karena masih ada orang orang baik yang menyayanginya layaknya seorang saudara. Mungkin saat ini hanya anak mereka lah menjadi alasan dirinya bertahan, dan satu lagi yang tidak boleh dilupakan. Chika, gadis itu yang kini menjadi alasan untuk bertahan.