HZ-11

1.8K 137 4
                                    







***

"Harusnya Lo gak perlu temenin gue cel. Lagian gue bisa sendiri kali. yang ada entar gue ngerepotin elo"

"Ngerepotin gimana sih? Gue sama sekali gak ngerasa direpotin sama lo. Lagian Lo kaya sama siapa aja deh. Gue sama lo itu udah temenan lama zee santai aja kali"

Obrolan tersebut berasal dari dua remaja laki-laki dan perempuan yang kini tengah berjalan melewati koridor rumah sakit.

"cel" panggil zee menghentikan langkahnya.

"Hm, kenapa?" Sahut gadis itu mendongakan kepalanya menatap kearah zee.

"Maaf gue selalu ngerepotin lo" ujar zee dengan tatapan bersalah karena sering melibatkan ashel dalam urusan kehidupannya.

"Ngomong apasih! Udah sana masuk, kasian dokter Feni nungguin di dalem" ujar Ashel mendorong pelan tubuh zee untuk memasuki ruangan dihadapannya.

"Yaudah gue masuk yah. Lo tunggu sini jangan kemana-mana"

"Ck. Iya sana masuk gih"

Sejenak zee menundukan kepalanya saat menatap sebuah ruangan dihadapannya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk
Membuka sebuah pintu dihadapannya itu.

Cowok dengan Hoodie berwarna cream itu memasuki ruangan serba putih dengan perasaan tidak nyaman. Tepat didalam ruangan itu, sudah terdapat seorang wanita yang berumur sekitar tiga puluh tahunan tengah duduk di salah satu kursi.

"Permisi dok" ujar zee dengan begitu sopan.

"zee, saya kira kamu tidak datang malam ini" sahut dokter dengan name tag Dr. Feni.

"Kalo saya gak kesini teman saya bisa ngamuk dok" sahut zee terkekeh kecil, mengingat bahwa Ashel pasti akan mengamuk jika ia sampai tidak datang ke rumah sakit.

"Bisa saja kamu. Mari baringkan tubuh kamu, kita mulai saja ya" ujar dokter Feni seraya mempersiapkan alat alat.

Cowo dengan postur tubuh tinggi nya itu pun mulai merebahkan tubuhnya diatas brankar dan segera melepaskan Hoodie yang ia kenakan membuat perut kotak kotaknya terpampang dengan jelas.

Ia melakukan sebuah tes EKG yang berfungsi merekam dan mendeteksi gelombang serta irama jantung melalui beberapa alat yang akan di pasangkan di bagian dada. EKG sendiri sudah rutin zee jalani sejak mengetahui penyakitnya. Bahkan saking rutinya membuat ia cukup akrab dengan dokter Feni.

"Teman kamu itu baik sekali yah. Dia selalu setia mendampingi kamu dalam melakukan pemeriksaan" ujar dokter Feni seraya memasangkan beberapa alat medis pada tubuh zee.

"Ashel memang baik dok, saking baiknya saya jadi merasa merepotkan dia" sahut zee sembari menatap langit-langit ruangan.

"Saya tinggal dulu yah. Saya akan kembali sekitar tiga pulu menit untuk mencabut alat alatnya. Kamu disini saja dan jangan kabur lagi oke" pinta dokter Feni. Pasalnya beberapa waktu lalu zee pernah menghilang dari brankar saat ia pergi meninggalkan nya sebentar, entahlah apa yang dilakukan cowok itu.

"Baik dokter cantik" ujar zee dengan senyum tengilnya.

Dokter Feni membalasnya dengan senyum simpul sebelum akhirnya ia berjalan keluar ruangan meninggalkan zee sendirian.

zee mendongakan kepalanya menatap langit-langit ruangan serba putih itu dengan tatapan sendu. Sangat sulit baginya untuk sekedar menerima kenyataan bahwa penyakit itu sudah membuat fisiknya tidak baik baik saja seperti saat ini.

"Ayah... Bunda... Maaf zee gak bisa jaga tubuh ini dengan baik" lirihnya dengan tatapan melelahkan nya.

Setelah tiga puluh menit berlalu, akhirnya tes membosankan itu telah berakhir. Kini zee dan Dokter Feni tengah duduk berhadapan dikursi dan hanya dibatasi dengan meja direksi rumah sakit.

Heaven ZeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang