***"Ngapain sih Lo ajak gue kesini?" Tanya Chika.
"Kan mau obatin luka Lo tadi, Sini duduk" ujar zee seraya menepuk kursi disampingnya.
Setelah kejadian dilapangan basket tadi zee mengajak Chika ke roftof sekolah yang berada dilantai tiga. Sebuah roftof yang sudah dimodifikasi menjadi basecamp khusus anak-anak Daisy Duke, dengan kursi yang berjejer rapih dan meja yang diambil dari gudang sekolah serta logo dadu ber titik 6 milik geng Daisy Duke yang tertempel lebar ditembok menambah kesan menarik. Biasanya tempat ini selalu dijadikan lokasi untuk bolos pelajaran.
"Gue baru tau ada tempat ini" ujar Chika seraya duduk disamping zee.
"Nih minum" zee menyerahkan minuman botol yang ia dapat dari kulkas kecil portabel yang ada disana.
"Ini apa?" Tanya Chika menatap minuman yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
"Itu teh pucuk pilihan dari kebun nenek" sahut zee ngaco "Minum aja gak gue kasih racun kok"
"Gue gak pernah minum ini sebelumnya" ujar Chika seraya membuka minuman dan meneguk beberapa kali.
zee membalasnya dengan senyuman tipis. Tangannya bergerak membuka laci yang berada dibawah meja, ia mengambil sebuah kotak p3k disana.
"Sini tanganya"
"Gak usah gue bisa sendiri!"
"Kan gue bilang jangan bantah, biar gue yang obatin"
"Lo cuma modus kan?" Terka Chika seraya menunjuk muka zee menggunakan telunjuknya.
"Batu banget sih" ujar zee yang langsung menarik tangan Chika, terdapat luka gores disikunya.
"Lep.." Chika yang hendak mengatakan sesuatu terhenti saat zee menaruh telunjuknya tepat dibibir gadis itu, membuat Chika seketika kicep.
"Sssstss diem, nurut sama gue"
Dengan telaten zee membuka kotak p3k ditangannya. Mengambil sebotol alkohol dan selembar handsaplas didalamnya.
"Terserah kalo Lo mau anggep gue modus, tapi intinya gue sama sekali gak ada niat buat modus. Bahkan gue gak pernah tau caranya modus sama perempuan. Gue bukan aldo yang suka sama banyak perempuan, gue juga paling gak suka liat perempuan terluka karna gue, apalagi sampe nangis karna ulah gue" ujar zee panjang lebar.
Chika menatap Lamat wajah zee. Mencari sebuah kebohongan dimatanya, namun ia sama sekali tidak menemukan nya. Yang ia lihat seperti sebuah ketulusan dimata lelaki itu.
"Shhhsss" Chika meringis saat zee meneteskan cairan alkohol ke lukanya.
"Sakit yah? Boleh gue tiup?"
Chika mengangguk dengan ragu sebagai jawaban.
"Kasian tangannya sampe lecet gini gara-gara gue" ujar zee seraya meniup dengan telaten tangan gadis itu.
Chika terpaku saat melihat perilaku zee terhadapnya. Entahlah padahal itu hanya luka kecil, namun zee seolah menganggapnya serius. Apa ini sosok zee yang shani katakan.
"Lo sama sekali gak pernah pacaran?" Tanya dengan Chika tiba tiba.
zee mendongakkan kepalanya setelah mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut gadi itu. Seuntas senyum tipis terlintas dibibir tebal nya.
"Gue terlalu takut buat pacaran"
"Takut kenapa?" Tanya Chika dengan polosnya.
"Gue takut nanti bakal nyakitin dia. Gue bukan laki-laki yang baik Chika, hidup gue penuh dengan kejelekan. Berantem, balapan, nakal" sahut zee seraya membuka kemasan handsaplas.