***
Didalam ruangan berwarna putih terlihat Ashel yang terbaring lemas diatas brankar, ditemani oleh zee yang setia disamping nya. Lebih tepatnya saat ini mereka tengah berada di UKS sekolah. Saat Ashel pingsan, zee dengan sigap langsung menggendong gadis itu menuju UKS.
Sebenarnya tadi dokter khusus sekolah sudah memeriksa ashel, dan mengatakan bahwa gadis itu hanya kelelahan saja. Namun zee masih tetap kekeh untuk mendampingi dan menunggu gadis itu tersadar dari pingsanya
Ya tadi zee sempat dapat kabar bahwa ashel pingsan dan dengan sigap dia berlari menuju dimana ashel yang berbaring tak berdaya itu.
Atensi zee yang tengah bermain ponsel teralihkan saat mendengar gumaman dari Ashel, yang ternyata sudah mulai tersadar.
"Eh jangan bangun dulu Lo masih lemes" pinta zee saat melihat Ashel berusaha bangun dari rebahanya.
Melihat Ashel memegangi tenggorokan nya, zee langsung menyerahkan segelas air putih yang ada diatas nakas. "Sini dibantu minum" ujar zee seraya membantu gadis itu untuk minum.
Setelah selesai dengan memberikan Ashel minum. Cowo dengan dasi yang terikat asal itu kini menatap kearah Ashel dengan teduh. Sungguh zee sangat mengkhawatirkan kondisi gadis itu, pucat, lemah, dengan mata yang terlihat sayu.
"Kenapa bisa gini sih cel? Gue udah pernah bilang kan, jangan paksain tubuh Lo untuk melakukan kegiatan terus menerus. Lo juga butuh istirahat, kalo ibu Lo tau ini dia pasti sedih dan kepikiran cel" ujar zee dengan penuh kelembutan menasihati ashel.
Bukanya menurut, Ashel justru terkekeh pelan menanggapi zee. "Gue sama Lo itu sama zee. Gausah sok nasihatin gue kalo lo aja gak pernah dengerin nasihat gue" ujar gadis itu, mengingat zee sangat sering mengabaikan nasihatnya untuk istirahat yang cukup dari kegiatanya bersama anggota geng nya.
"Iya gue tau gue emang keras kepala dan gak peduli sama diri gue sendiri. Tapi gue gak mau lo ngikutin kebiasaan buruk gue yang ini. Lo punya ibu lo, kalo Lo kenapa kenapa itu akan berdampak buat ibu lo. Dia bakal sedih cel"
Mendengar itu Ashel hanya memutar bola matanya malas. Ia sangat malas mendengar ucapan zee yang itu.
"Hei. Lo harus baik baik aja sampai lo berhasil suatu saat nanti. Sampai lo bisa beliin ibu lo rumah. Itu kan impian lo? Lo harus kejar impian lo dengan bisa jaga diri baik-baik" ujar zee seraya merapikan rambut gadis itu.
Ashel terdiam mendengar ucapan zee. Gadis itu menatap dalam wajah dan mata zee yang penuh ketulusan memperhatikan dirinya. Sungguh zee membuat perasaanya semakin dalam.
"Lo juga harus bisa kejar impian lo zee. Kita harus sama sama berjuang buat impian dan masa depan kita masing-masing" ujar Ashel.
zee hanya tersenyum tipis menanggapi nya. "Soal impian gue itu biar jadi urusan gue cel. Lo gak perlu berfikir terlalu jauh tentang gue"
"Kenapa lo selalu gini setiap gue bahas masa depan?"
zee terdiam sejenak. Mulutnya terasa tercekat untuk membalas pertanyaan gadis itu. Jujur zee sendiri belum yakin akan masa depannya. Apa mungkin ia mampu bertahan hingga sampai dimasa depan? Doakan saja.
"Gausah dibahas. Lo mau makan apa biar gue beliin dikantin" Tanya zee mengalihkan pembicaraan.
Mendengar itu Ashel hanya semakin menatap zee kesal. Lelaki dihadapannya ini sungguh sangat sulit dimengerti.
Suara pintu terbuka mengalihkan atensi keduanya. Chika gadis itu datang dengan semangkok bubur dan teh anget yang ia bawa menggunakan nampan.
"S-sory kalo gue ganggu. Gue cuma mau bawain makanan atas perintah ibu gaby tadi" ujar Chika dengan tangan yang tiba-tiba terasa lemas saat melihat aktivitas Keuda orang dihadapannya.