The Next

32.7K 2.3K 31
                                    

Langkah kaki lebar itu terus berlari menyusuri track lapangan dengan kecepatan stabil. Meski nafasnya sudah berhembus tak beraturan, namun Ratu masih tetap semangat berlari dengan tubuh yang penuh keringat. Alunan musik afrobeats dari earphonenya juga memberi intensi untuk menamatkan satu putaran sore itu.

Tanpa Ratu sadari jauh dari sana, ada beberapa pasang mata yang tengah duduk mengamati. El dan ketiga temannya duduk di kursi tribun sambil menonton Ratu sejak 15 menit terakhir.

Keberadaan mereka di sana tidak lain karena rasa penasaran El terhadap anak baru itu. Saat pertama kali masuk kelas, Ratu dengan berani mendongakkan pandangan terhadapnya. Seolah-olah tak ada ketakutan barang setitikpun karena dunia bergerak di bawah kakinya sendiri. Padahal kenyataan yang ia temukan sungguh lucu, Ratu hanyalah penerima manfaat dari dana asuransi.

Mungkin kalau ia masuk kesini karena program beasiswa, El masih bisa menghargainya. Setidaknya ia bisa masuk karena isi otaknya dan usaha sendiri. Tapi ini, ia bergabung di Gasendra hanya karena Ayahnya meninggal. Jadi Ratu hanyalah gadis miskin yang mungkin juga bodoh, yang dulunya berada di lingkungan sekolah terbelakang.

Keberuntungan seumur hidupnya sudah terpakai dengan masuk ke GIS. Dan kini hanya tersisa kesialan saja. Ya, karena mulai sekarang El akan menjadikan gadis itu mainan barunya.

"Buat lo." Begitu Ratu selesai dan naik ke tribun, El memberikan botol air isotonik kepada gadis itu.

Ratu sempat tertegun sambil menerima pemberian El. Selama satu minggu ia berada di sekolah ini, tidak ada satu orang pun yang pernah mengajaknya berbicara lebih dulu. Dan sepertinya El menjadi orang yang pertama.

"Thanks," meskipun bingung namun Ratu tetap berterimakasih dan meminum air isotonik tersebut.

Ratu mengambil duduk tak jauh di sebelah El. Ia mengeluarkan handuk kecil dari tasnya lalu mengelap tubuhnya yang basah oleh keringat.

"Gue liat-liat lo belum punya temen ya di sini, lo mau gak gabung sama kita? Biar lo gak sendirian lagi, tiap istirahat lo bareng sama kita aja," tawar El yang berhasil membuat Ratu semakin mengeryit keheranan.

Bukannya ia terlalu skeptis, tapi perlakuan El ini sangat tiba-tiba dan terasa tidak natural. Maksudnya adalah, El dikenal sebagai siswa kalangan atas yang suka berkuasa. Bukankah aneh kalau ia tiba-tiba ingin bergaul dengan siswa seperti dirinya?

Namun meski bingung, pada akhirnya Ratu tetap mengiyakan dengan ragu. "Iya boleh."

"Anyway, I'm starving, girls, kalian laper gak?" Naura, salah satu teman El menyahut sambil memegangi perutnya.

"Iya nih, gue juga laper. Rat, boleh tolong beliin snack gak di kantin? gue pengen Pringles sama minumnya air Nestle," timpal Beverly.

"Gue pengen Fitbar deh, sama coklat M&M's yang hazelnut," ucap Magika menambahkan.

Seketika Ratu tertegun tak habis pikir. Gila saja. Mereka tidak saling kenal, bahkan tidak satu kelas dan hanya tahu nama tapi bisa-bisanya menyuruh Ratu seperti itu.

Namun meskipun amat-sangat terpantik emosi, ia masih menampilkan ekspresi yang biasa saja. Ini El dan teman-temannya, ia tidak mau mengambil resiko bermasalah di sisa masa sekolahnya.

"Sama kalian aja gimana? Kita ke kantin bareng-bareng," ucap Ratu mengusulkan.

"Gak bisa Rat, kita males kesananya. Sama lo aja ya? Kita kan temen, friends helping friends." Ujar El diikuti seulas senyum lima jari.

"Nih uangnya, lo juga beli sesuatu ya buat diri lo sendiri," tambah gadis itu sambil menyerahkan dua lembar uang pecahan seratus ribu.

Ratu masih bergeming. Kedua tangannya terkepal menahan emosi. Ia tahu kemana arahnya sekarang, El dan temannya yang lain mecoba merisak Ratu. Ah sialan, seharusnya ia tahu hal ini sejak awal.

Untuk beberapa saat Ratu hanya diam. Ia dan El saling tatap, dan meski El masih tersenyum namun atmosfer tetap terasa sengit di antara keduanya.

"Oke." Pada akhirnya Ratu mengalah. Ia mengambil uang itu lalu beranjak pergi.

Meskipun kesal setengah mati dan ingin menghajar satu persatu wajah tengik anak mami itu, namun Ratu memutuskan untuk menurut. Ia sadar diri kalau ia sama sekali bukanlah tandingan mereka. Satu-satunya respon yang masuk akal adalah tetap mengendalikan diri dan tak gegabah selama ingin hidup tenang di sini.

Sesampainya di mini-mart sekolah, Ratu membeli semua pesanan teman-teman El. Ia juga memilih beberapa snack yang lumayan pricey. Setidaknya setelah menjadi pesuruh mereka ia harus membeli jajanan mahal untuk dirinya sendiri.

Sambil menunggu kasir menghitung belanjaannya, Ratu membuka handphone untuk memeriksa notifikasi. Ada beberapa pesan masuk dari grup kelas juga teman-temannya di sekolah dulu. Ia sedikit tersenyum melihat grup percakapan yang diisi perbincangan nyeleneh dari teman-temannya.

Namun yang menarik perhatian Ratu lebih banyak adalah sebuah pesan email dari pengirim anonim. Di sana terdapat link yang tertaut dengan tulisan dan logo GIS. Karena Ratu pikir untuk keperluan sekolah, tanpa pikir panjang ia langsung menekan tautan itu.

Sistem ponsel seketika mengarahkannya untuk menginstal sebuah program perangkat lunak. Saat di buka aplikasi menampilkan layar web dengan tulisan GIS's Posh Talkz dengan logo sekolah. Namun dari desainnya yang agak nyeleneh, Ratu rasa ini bukanlah laman resmi milik GIS. Karena penasaran ia kemudian menekan tombol 'about us' yang tampil di halaman depan.

GIS's Posh Talkz is the home of biggest news stories and the most up-to-date issues on Gasendra International High School.

This forums were created in 2010 as a way for students to begin discussions about issues and news in school.

Ratu rasa ini adalah forum diskusi dan berita dari Gasendra. Namun jelas bukan tentang informasi akademik, jadwal ujian atau hal-hal semacamnya. Begitu Ratu melihat-lihat berita di halaman utama, di sana terdapat artikel soal penglobian suap nilai ujian salah satu siswa, guru yang terlihat di klub malam, bahkan skandal seks sepasang siswa kelas 11.

Namun yang membuat Ratu lebih kaget adalah berita tentang hubungan gelap Amaris dengan seorang produser film terkenal. Bukan hanya omong kosong belaka, di sana juga terlampir foto-foto bukti kebersamaan mereka.

Sungguh luar biasa, bahkan media dan wartawan pun tidak ada yang tahu mengenai skandal paling panas itu.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Baru saja Ratu memikirkan soal Amaris, gadis itu tiba-tiba sudah berdiri di samping antrian kasir sambil membawa tampon dari display. Refleks Ratu menampilkan cengiran kecil ke arahnya—yang seperkian detik kemudian baru ia sadari malah terkesan aneh. Padahal Amaris yang bertingkah tapi ia yang merasa canggung sendiri. Tanpa membalas senyumannya, Amaris pun beralih menatap barang belanjaan Ratu yang sedang dipindai dengan scanner oleh store crew.

"Ini semua belanjaan lo?" Tanya Amaris, melihat snack yang cukup banyak di atas meja kasir.

"Enggak. Itu gue sekalian beliin buat El sama yang lain." Sahut Ratu.

Untuk satu detik pertama Amaris sempat tertegun sebelum kembali menetralkan ekspresinya.

"So you're the next." Celetuk Amaris setelah beberapa hening.

Ratu pun menoleh, memandang Amaris yang sama sekali tidak menatapnya. Ia lalu kembali mengalihkan pandangannya ke depan.

"Ya, I'm the next." Katanya pelan.

Keduanya pun saling pandang, melemparkan tatapan yang seolah saling dipahami satu sama lain. Well, kini keduanya mengetahui hal yang sama; Ratu adalah target El yang selanjutnya.

HierarkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang