Bodoh

24K 1.4K 39
                                    

Seperti biasa, setiap jam istirahat kafetaria selalu dipenuhi oleh para murid yang berdesakkan di depan buffet. Meski begitu, suara bising di sekitar sama sekali tidak membuat Arfa dan Ratu terganggu. Keduanya asik menikmati makan siang sambil berbincang di meja mereka.

“Lo udah registrasi buat pakansi bulan depan?”

Pertanyaan Arfa berhasil membuat Ratu mendongak dari aktivitas makannya sebelum menggeleng pelan.

“Belum, Fa, kayanya gue gak akan ikut.” Ucap cewek itu sambil memasukkan potongan grilled salmon ke mulutnya.

Bulan depan sekolah memang mengadakan darmawisata ke Budapest dalam rangka liburan akhir semester.

Tentu saja Ratu ingin ikut, namun ia tak perlu berpikir dua kali untuk menolak begitu mendengar nominal biaya yang harus dikeluarkan. 2 digit hanya untuk  3 malam perjalanan, jelas ia tidak punya uang sebanyak itu.

Kalaupun ada, lebih baik ia gunakan untuk tabungan uang kuliahnya nanti.

“Seriusan? Kalo lo gak ikut gue juga gak akan ikut,” ucap Arfa. Seketika Ratu mengernyit keheranan.

“Lah kenapa? Ikut aja lagian, gue gak ikut karena gak ada duit. Lo kan ada, ngapain malah ikut-ikutan gue. Kalo disuruh milih gue juga mending ikut ke Budapest daripada harus bikin makalah,”

Siswa yang tidak ikut pakansi di liburan akhir semester memang diberi tugas untuk membuat makalah lengkap soal kota Budapest. Jadi meskipun tidak belajar secara langsung, yang tidak berpartisipasi masih tetap bisa mendapatkan materi pelajaran yang sama.

“Gak apa-apa, males aja gue. Anyway lo udah bikin makalahnya?”

Ratu lantas menggeleng sebagai jawaban. “Belum sih, tapi gue udah bikin kerangka materi sama peta konsepnya.”

“Gue liat boleh gak?”

“Boleh. Asal jangan dicopy ya,” gurau Ratu sambil menyerahkan handphone dari sakunya.

Arfa kemudian memeriksa sekilas-sekilas sedangkan Ratu sibuk menikmati makanannya kembali.

“Gue boleh minta filenya gak? Tenang aja gak akan dicopy kok. Buat bahan referensi gue aja,”

Ratu lantas terkekeh kecil menanggapi. “Iya, santai aja kali Fa, gue tadi becanda. Kalo mau nyalin juga gapapa tapi bayar seratus.” Sahutnya yang membuat Arfa ikut terkekeh.

Laki-laki itu kemudian mengeluarkan handphone miliknya lalu mengirimkan file dari handphone Ratu tersebut. Setelah selesai ia kemudian menyerahkan kembali pada Ratu.

“Nih Rat, thanks ya.”

Ratu hanya mengangguk sambil melirik layar ponselnya sekilas. Kedua alisnya sedikit tertaut saat melihat histori AirDroid-nya yang kosong. Di saat yang sama perhatian keduanya teralihkan ketika El dan ketiga temannya tiba-tiba duduk di depan mereka.

Begitu mendongak, Ratu spontan memutar bola mata jengah sambil menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi.
Semua orang di kafetaria seketika memusatkan perhatian ke arah mereka.

Tentu⎯ini akan menjadi pertunjukan yang menarik. El tidak mungkin akan beramah-tamah setelah menghabiskan waktu 2 jam untuk membersihkan tubuhnya dari kotoran di lab kemarin.

HierarkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang